Tips Diet Sehat dengan Terapi Functional Food

Apa itu Functional Food?

Bahan makanan yang telah diolah menjadi bahan makanan tertentu sehingga memberikan kandungan gizi

Kelebihan Terapi Functional Food:

  1. Memiliki kandungan gizi yang ada alami dari bahan makanan
  2. Kandungan gizinya telah terbukti secara ilmiah mampu mencegah atau mengobati suatu penyakit
  3. Functional food bisa diperoleh dari semua bahan makanan

Kunjungi Klinik Katarina Pusat Anti Obesitas dan Kesehatan Holistik untuk mengetahui kondisi kebugaran yang didukung oleh Tim Medis yang profesional.

Artikel terkait: https://pantirapih.or.id/rspr/klinik-anti-obesitas/

 

Info Pelayanan :
Klinik Katarina Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
Lantai 6 Gedung Rawat Jalan Borromeus
Jl Cik Ditiro 30 Yogyakarta 55223
Telepon : 0274 – 563333 ext 1512
WA : 08112847276
Senin – Sabtu, pk 07.00 – 14.00 WIB
Hari Minggu atau tanggal merah libur

Pendaftaran :
Pendaftaran 24 Jam (0274) 514004 / 514006
Aplikasi PantiRapihKU (Play Store dan App Store)

 

Mengenal Radiologi Intervensi

Radiologi Intervensi adalah sub-spesialisasi radiologi yang memanfaatkan prosedur minimal invasif untuk mendiagnosa dan mengobati penyakit pada hampir semua organ tubuh dengan menggunakan panduan gambar/foto yang dihasilkan dari alat-alat radiologi (USG, CT Scan, MRI, Fluoroskopi).

Secara garis besar, radiologi intervensi dapat dibagi menjadi Radiologi Intervensi Vaskuler dan Non vaskuler. Radiologi intervensi vaskuler: berhubungan atau melalui pembuluh darah, sedangkan radiologi intervensi non vaskuler: tidak melalui atau berhubungan dengan pembuluh darah.

Keuntungan yang diperoleh pada prosedur radiologi intervensi adalah dengan meminimalkan trauma fisik kepada pasien (ukuran luka operasi), tidak membutuhkan anestesi umum, mengurangi resiko infeksi, mempercepat waktu pemulihan, serta memperpendek waktu tinggal di rumah sakit.

Prosedur yang dilakukan radiologi intervensi sebagian besar menggunakan kateter melalui sayatan sepanjang kurang dari 0.5 cm, dengan tindakan pembiusan lokal, jadi selama dikerjakan pasien dalam keadaan sadar.

Jenis-jenis tindakan yang dapat dilakukan intervensi radiologi vascular dapat dibedakan menjadi 2 kelompok tindakan, tindakan diagnostik (mencari penyebab penyakit) dan tindakan terapi (pengobatan). Tindakan diagnostik yang dilakukan adalah tindakan angiografi (angio : pembuluh darah, graph : gambar) yaitu prosedur membuat gambar dari pembuluh darah suatu organ. Sedangkan untuk tindakan terapi, prosedur terapi yang dilakukan prinsipnya adalah yang melancarkan pembuluh darah yang tidak lancar/tersumbat dan menambal pembuluh darah yang bocor/perlu disumbat.

Prosedur yang dapat dilakukan oleh Radiologi Intervensi Vascular

Angiografi dan Angioplasti
Prosedur ini sama dengan prosedur yang sering dilakukan oleh ahli pembuluh darah dan jantung yaitu PTCA (Percutaneus Transluminal Coronary Angioplasty) dalam mengintervensi penyakit jantung koroner. Namun perbedaannya, radiologi intervensi bisa dilakukan di pembuluh darah yang lain untuk mengatasi sumbatan pada arteri tersebut. Angioplasty merupakan suatu prosedur yang dilakukan untuk memperlebar diameter pembuluh darah secara mekanik dengan menggunakan balon dan dapat dilanjutkan dengan pemasangan stent untuk mempertahankan diameter yang telah diperbaiki. Pasien yang memerlukan angioplasty biasanya adalah pasien dengan penyempitan pembuluh darah yang disebabkan oleh diabetes, aterosklerosis atau hal lain.

Embolisasi
Prosedur embolisasi dapat digunakan untuk mengatasi dan menghentikan pendarahan, biasanya pada saluran cerna. Tindakan yang dilakukan adalah menyumbat pembuluh darah yang mengalami kebocoran (embolisasi) baik menggunakan coil ataupun embolan lainnya. Embolisasi juga dilakukan pada kasus CCF (Carotid Cavernous Fistula), AVM (Arteri Venous Malformation) dan Aneurysma.

Prosedur ini juga dapat digunakan untuk terapi kanker dengan metoda TACE (Transarterial Chemoembolisasi),
prosedur yang dilakukan dengan pemberian obat kemoterapi melalui kateter ke pembuluh darah yang memberi makan tumor, setelah itu dapat dilanjutkan dengan menutup (embolisasi) pembuluh darah tersebut, sehingga diharapkan tumor akan mati / mengecil. Prosedur ini juga sering dilakukan pada pasien dengan Mioma uteri dan pembesaran prostat (PAE: Prostate Arterial Embolization).

Intraarterial Trombolisis (Injeksi Clot-Lysing Agent) / Intra Arterial Flushing
Metode ini dilakukan dengan menginjeksikan suatu bahan yang dapat melarutkan gumpalan bekuan darah yang berisiko menyumbat pembuluh darah. Trombolisis biasanya ampuh untuk mengatasi kasus CHD (Coronary Heart Disease) akibat bekuan darah maupun stroke. Masih banyak tindakan atau prosedur lain yang dapat dilakukan oleh radiologi intervensi vaskuler. Sedangkan radiologi intervensi non vaskuler banyak dipakai untuk melakukan biopsi dengan panduan USG, CT Scan ataupun modalitas lainnya. Selain itu dengan panduan USG CT Scan juga, dapat melakukan terapi kanker dengan metode Radio Frequency, ethanolisasi dan lain-lain.

Radiologi intervensi non vascular juga dapat membantu melakukan punctie pleura, punctie ascites, drainase bilier. Perkembangan terakhir ektraksi batu ductus choledochus sudah dapat dilakukan dengan metoda radiologi intervensi.

Di Indonesia khususnya RSCM, Radiologi Intervensi mulai berkembang tahun 1992. Transfer teknologi/ilmu dari Jepang, Norwegia, Australia, Singapura, Italia, Belanda, Inggris, USA. Prosedur IVR pada awalnya ada di Jakarta, Bandung, Semarang, Jogja, Surabaya dan Makasar. Saat ini sudah lebih meluas lagi seiring dengan pembangunan Rumah Sakit yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana Cathlab.

RS Panti Rapih yang sudah memiliki sarana dan prasarana yang sangat modern & canggih, diantaranya Cathlab, MRI 1.5 Tesla, CT Scan 64 Slice, USG 4D, dan computed radiografi, RS Panti Rapih berusaha untuk memberikan pelayanan yang terbaik untuk para sejawat yang membutuhkan tindakan radiologi intervensi.

Artikel terkait: https://pantirapih.or.id/rspr/instalasi-radiologi/

 

Artikel ditulis oleh:
Unit Radiologi Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

Informasi Pelayanan : 
RADIOLOGI
Lantai 1 Gedung Rawat Jalan Borromeus RS Panti Rapih Yogyakarta
Telepon : 0237 – 563333 ext 1056
Senin – Sabtu, pk 07.00 – 20.00 WIB
Hari Minggu & tanggal merah libur

Pendaftaran :
Pendaftaran 24 Jam (0274) 514004 / 514006
Aplikasi PantiRapihKU (Play Store dan App Store)

Serba-Serbi Vaksinasi COVID-19

Apa itu Vaksin?

Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme atau bagiannya atau zat yang dihasilkannya yang telah diolah sedemikian rupa sehingga aman, yang apabila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu, sehingga apabila suatu saat terpapar dengan penyakit tersebut makan tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.

Siapa sasaran penerima Vaksinasi COVID-19?

Kelompok prioritas penerima vaksin adalah penduduk yang berdomisili di Indonesia yang berusia ≥ 18 tahun dan dilaksanakan di puskesmas, puskesmas pembantu, klinik rumah sakit dan /atau unit pelayanan kesehatan di kantor kesehatan pelabuhan (KKP ), Calon penerima Vaksin COVID-19 akan mendapatkan SMS-Blast untuk melakukan registrasi ulang dan memilih tempat dan waktu pelayanan vaksinasi COVID-19, pemberian vaksinasi dilakukan oleh dokter, perawat, atau bidan yang memiliki kompetensi.

Siapa yang melakukan Vaksinasi Covid-19? Pemberian vaksinasi COVID-19 dilakukan oleh dokter, perawat atau bidan yang memiliki kompetensi.

Siapa saja yang boleh dan tidak boleh divaksinasi COVID-19?

Vaksin diberikan hanya untuk mereka yang sehat.

Ada beberapa kriteria inidvidu atau kelompok yang tidak boleh di imunisasi Covid-19 :

  • Orang yang sedang sakit, tidak boleh menjalani vaksinasi
  • Jika sedang sakit, peserta harus sembuh terlebih dahulu sebelum divaksin. Memiliki penyakit penyerta. Orang dengan penyakit penyerta yang tidak terkontrol seperti diabetes atau hipertensi disarankan tidak menerima vaksin. Oleh karena itu, sebelum pelaksanaan vaksinasi, semua orang akan dicek kondisi tubuhnya terlebih dahulu. Mereka yang memiliki penyakit komorbid harus dalam kondisi terkontrol untuk mendapat persetujuan vaksinasi dari dokter yang merawat.
  • Tidak sesuai usia Sesuai anjuran pemerintah, orang yang mendapat vaksin COVID-19 adalah kelompok usia 18+ tahun. Artinya, mereka yang diluar kelompok tersebut seperti anak-anak, belum boleh menerima vaksin.
  • Memiliki riwayat autoimun
  • Penyintas COVID-19
  • Wanita hamil

Apakah vaksinasi COVID-19 ini wajib?

Masyarakat yang mendapatkan pemberitahuan melalui Short Message Service (SMS) Blast wajib mengikuti pelaksanaan Vaksinasi COVID-19.

Apakah manfaat dari Vaksin COVID-19?

Sebagaimana manfaat dari vaksin lainnya, Vaksin COVID-19 bermanfaat untuk memberi perlindungan tubuh agar tidak jatuh sakit akibat COVID-19 dengan cara menimbulkan atau menstimulasi kekebalan spesifik dalam tubuh dengan pemberian vaksin.

Manfaat vaksin jauh lebih besar dibandingkan risiko sakit karena terinfeksi bila tidak divaksin.

Apakah setelah divaksin kita pasti kebal terhadap COVID-19?

Vaksin tidak 100% membuat kita kebal dari COVID-19. Namun, akan mengurangi dampak yang ditimbulkan jika kita tertular COVID-19. Untuk itu, meskipun sudah divaksin,  masyarakat harus tetap menerapkan 5M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan dan mengurangi mobilitas).

Apa itu KIPI (Kejadian Ikutan Paska Imunisasi)?

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) merupakan semua kejadian medik yang terjadi setelah imunisasi, menjadi perhatian dan diduga berhubungan dengan imunisasi. Misalnya demam atau nyeri pada area suntikan.

Reaksi apa yang mungkin terjadi setelah vaksinasi COVID-19?

Reaksi yang mungkin terjadi setelah vaksinasi COVID-19 hampir sama dengan vaksin yang lain.

Beberapa gejala tersebut antara lain:

  • Reaksi lokal, seperti nyeri, kemerahan, bengkak pada tempat suntikan dan reaksi lokal lain yang berat, misalnya selulitis.
  • Reaksi sistemik seperti demam, nyeri otot seluruh tubuh (myalgia), nyeri sendi (atralgia), badan lemah, dan sakit kepala.
  • Reaksi lain, seperti alergi misalnya gatal-gatal, bengkak, reaksi anafilaksis, dan syncope (pingsan)

Efek samping dari vaksinasi bersifat segera dan sementara, dan pada umumnya ringan. Untuk antisipasi, di tiap sesi vaksinasi, penerima vaksinasi akan dipantau sesuai dengan vaksin yang digunakan, sebelum bisa meninggalkan lokasi vaksinasi. Selain itu, ada pencatatan barcode per vial untuk tiap penerima vaksin, sehingga penelusuran risiko dapat dilakukan.

 

Link terkait:

https://www.instagram.com/rspantirapihyogyakarta/

https://pantirapih.or.id/rspr/cara-dan-alur-pelayanan-vaksin-di-rs-panti-rapih/

Mulai 6 Juni 2021 Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta melayani Vaksin Covid-19 untuk kelompok Pra Lansia, Lansia dan Kelompok Pelayan Publik Kota Yogyakarta. Bagi Sahabat Sehat Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta yang memenuhi ketentuan tersebut dapat melakukan Pendaftaran minimal H-1, dengan menghubungi nomor RS Panti Rapih 0274-514004, 514006 atau datang langsung ke Bagian Pendaftaran Lantai 2 Gedung Rawat Jalan Borromeus Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.

Informasi lebih lanjut dapat menghubungi 0274-563333 ext 1116 (pada hari kerja)

 

 

Materi sejenis ini pernah ditayangkan di Webinar RS Panti Rapih, Hari Rabu, 20 Januari 2021, Sosialisasi Vaksinasi COVID 19,  Alur Pemberian Vaksinasi COVID-19, narasumber dr. Levina Prima R., Sp. PD

Untuk materi edukasi vaksin covid19 dapat dibuka di channel youtube RS Panti Rapih, atau pada video berikut.

#TipsPantiRapih : Tips untuk mendukung Keberhasilan Kehamilan

Kehamilan tentu sangat diidamkan bagi pasangan, mari #SahabatSehatPantiRapih kita simak bersama tips-tips yang membantu dan mendukung keberhasilan kehamilan.

  1. Menerapkan pola hidup sehat, hindari rokok, minuman beralkohol dan obat terlarang, serta hindari depresi, siapkan makanan bergizi, terutama kacang-kacangan dan biji-bijian, makanan tinggi protein dan batasi cafein
  2. Konsumsi asam folat, perempuan yang sedang merencanakan kehamilan dianjurkan mengonsumsi 400 mikrogram (mcg) asam folat per hari, setidaknya satu bulan sebelum kamu hamil sampai akhir kehamilan trimester pertama. Mengonsumsi asam folat mampu mengurangi resiko mengandung bayi cacat tabung saraf seperti spina bifida hingga 50 sampai 70 persen dan juga mencegah bayi cacat lahir
  3. Catat jadwal masa subur biasanya masa subur terjadi 12-14 hari sebelum menstruasi pertama
  4. Konsultasi ke dokter kandungan. Konsultasikan riwayat kesehatan kamu dan pasangan mulai dari penyakit genetik yang harus diantisipasi, kesehatan organ reproduksi, hingga suplemen-suplemen yang wajib dikonsumsi jelang kehamilan. Dokter kandungan juga akan merekomendasikan beberapa vaksin imunisasi seperti TORCH, untuk  mengantisipasi risiko kehamilan dengan bayi cacat lahir dan meninggal saat lahir
  5. Waspadai kemungkinan Infeksi. Buat pasangan yang sedang merencanakan kehamilan hindarilah daging dan ikan mentah, telur setengah matang dan jus yang tidak dipasteurisasi karena bisa saja mengandung bakteri salmonella atau E-coli. Makanan tersebut merupakan sarang bakteri yang menyebabkan listeriosis yaitu penyakit yang mengakibatkan keguguran atau bayi lahir mati. Pastikan untuk sering mencuci tangan saat akan menyiapkan makanan, pakailah sarung tangan saat berkebun dan membuang sampah, jauhi kucing dan hewan yang  sangat mungkin terkontaminasi toksoplasmosis, karena hal ini berbahaya bagi perkembangan janin

Itulah beberapa tips untuk mendukung keberhasilan kehamilan, untuk informasi lebih lanjut mengenai program hamil dapat mengunjungi Klinik Obgin Anna dan atau Klinik Kandungan RS Panti Rapih Yogyakarta.

Layanan Obgin RS Panti Rapih meliputi Klinik Obgin, Senam Hamil, Hypnobirthing, dan Klinik Laktasi. RS Panti Rapih selalu siap memberikan pelayanan yang prima bagi Bunda dan bayi.

Konsultasikan kesehatan kandungan dengan aman dan nyaman bersama RS Panti Rapih. Kami tunggu kedatangannya ya Bunda. Bayi sehat, ibu sehat.

Untuk mengetahui informasi layanan lain dapat mengunjungi https://www.instagram.com/rspantirapihyogyakarta/

Informasi Pelayanan : 
Klinik Kebidanan & Penyakit Kandungan
Lantai 3 Gedung Rawat Jalan Borromeus RS Panti Rapih Yogyakarta

Pendaftaran :
Pendaftaran 24 Jam (0274) 514004 / 514006
Aplikasi PantiRapihKU (Play Store dan App Store)

Tips Mencegah Cedera Saat Berolahraga

Saat berolahraga tentu kita menghindari terjadinya cedera, tips-tips berikut setidaknya membantu #SahabatSehatPantiRapih untuk menghindari terjadinya cedera selama berlatih.

  1. Lakukan pemanasan
  2. Stretching/peregangan otot
  3. Mengetahui batas tubuh
  4. Olahraga yang tepat untuk kondisi tubuh
  5. Jangan memaksakan diri
  6. Didampingi pelatih jika diperlukan
  7. Tetap beristirahat saat capek
  8. Minum air yang cukup

Demikian tips untuk mengurangi terjadinya risiko cedera saat berolahraga. Jaga kondisi tetap sehat dan bugar dengan rutin berolahraga dengan kadar yang sesuai dengan tubuh.

Jangan lupa selalu pastikan konsumsi makanan yang dimakan juga yang sehat dan bergizi, supaya tubuh kamu bugar dan prima yaaa. Selamat beraktivitas!

Jika anda mengalami masalah pada kesehatan anda segera hubungi Instalasi Rehabilitasi Medik

Rehabilitasi Medik adalah terapi yang dilakukan guna mengembalikan fungsi tubuh yang mengalami masalah. Biasanya bagi seseorang yang telah menjalani pengobatan atau paska tindakan operasi akibat cedera, stroke ataupun lainnya.

Artikel terkait: https://pantirapih.or.id/rspr/rehabilitasi-medik/

 

Informasi Pelayanan : 
Rehabilitasi Medik
Lantai 1 Gedung Rawat Jalan Borromeus RS Panti Rapih Yogyakarta
Telepon : 0274 – 563333 ext 1012
Senin – Sabtu pukul 07.00-16.00 WIB. Hari Minggu & Tgl Merah Tutup.

Pendaftaran :
Pendaftaran 24 Jam (0274) 514004 / 514006
Aplikasi PantiRapihKU (Play Store dan App Store)

Cara Lanjut Usia Bahagia Bersama Keluarga

Setiap tanggal 29 Mei , diperingati sebagai Hari Lanjut Usia Nasional, hari dimana seluruh masyarakat diharapkan mempunyai semangat untuk menjadikan inspirasi orang- orang  tua di atas usia 60 tahun sebagai panutan, role model, suri tauladan bagi kita semua. Semakin menghargai orang-orang tua, menjaga agar tetap sehat, bahagia dan produktif bersama,  serta mengajar agar kita menjaga tubuh dan jiwa agar menjadi semakin tua, sehat produktif, dan bijaksana

  1. Kasih Orang tua Membawa Berkat
  • Sekiranya hari ini kita masih didampingi oleh orang tua kita, maka bahagia dan Berkat selalu menaungi kita, tanpa mereka, kita tak pernah hadir di dunia ini. Jadikanlah Berkat ini dalam aktivitas dan pekerjaan kita sehari-hari.
  • Sekiranya, sudah tidak berada di sekitar kita, jadikanlah kenangan kebahagiaan bersama sebagai energy positip karena mereka telah memberikan semua kasih sayang, kerja keras dan yang terbaik buat kita.
  • Kontaklah selalu dan jagalah, sebaiknya orang tua tetap tinggal di rumah, kecuali jika dalam keadaan sakit atau perlu kontrol ke dokter.
  • Persiapkan diri kita agar menjadi orang tua yang baik dan memberikan berkat bagi generasi berikutnya.
  1. Bakti Anak Kepada Orang Tua Membawa Kebahagiaan
  • Pantau dan berikan makan minum yang sehat dan bergizi.
  • Luangkan waktu untuk berkomunikasi, maksimal 1 minggu sekali, sekiranya masa COVID ini mengganggu, lakukan dengan telpon atau video call (WA, Zoom, Google meet dll). Berbagi kebahagiaan dari apa yang dikerjakan, suami, istri, anak atupun cucu, jika bisa diajak bergerak bersama akan lebih baik.
  • Hindari kunjungan ke rumah orang tua, jika tak sangat diperlukan. Jika harus bertemu, usahkan anda dan keluarga dalam keadaan sehat, dan tidak mempunyai riwayat panas, batuk, pilek, sesak selama 2 minggu ataupun melakukan tes screening COVID.
  • Pantau kesehatan orang tua dengan memberikan pemeriksaan berkala, screening atau deteksi dini dengan Medical Check Up pada lansia secara holistik – menyeluruh. Medical Chek Up lansia tak hanya fisik (pemeriksaan dokter, laboratorium dan radiologi), psikis (pemeriksaan kognitif, depresi, sosial,dll) dan gizi, fisoterapi serta penilaian aktivitas kesehari-harian secara mandiri.

RS Panti Rapih melayani pemeriksaan Medical Check Up  di Lantai 2 Gedung Rawat Jalan Terpadu  dan juga mempunyai Pelayanan Lansia / Geriatri Rawat  Jalan Golden Care di Poliklinik Lukas, Lantai 1 Gedung Rawat Jalan Terpadu.

Klinik Pelayanan Golden Care Rumah Sakit Panti Rapih, melayani

  1. Pemeriksaan Medical Check Up bersama dokter Spesialis Geriatri dan Tim Spesialis ( Interna, Jiwa, Gizi dll)
  2. Pelayanan Day Care, pelayanan rawat jalan sehari di RS Panti Rapih bersama petugas yang trampil dan terlatih dalam pendampingan konseling, aktivitas motorik dan psikis serta assessment geriatric.

 

Artikel ini ditulis oleh:
dr. Tandean Arif Wibowo, MPH
(
Dokter Medical Check Up – Home Care Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta)

Informasi Pelayanan : 
Klinik Medical Check Up
Lantai 1 Gedung Rawat Jalan Borromeus RS Panti Rapih Yogyakarta
Telepon : 0274 – 563333 ext 1125
Senin – Sabtu pukul 07.00-14.00. Hari Minggu & Tgl Merah Tutup.

Pendaftaran :
Pendaftaran 24 Jam (0274) 514004 / 514006
Aplikasi PantiRapihKU (Play Store dan App Store)

Patuh Minum Obat, Untuk Kualitas Hidup Yang Lebih Baik

Siapa yang ingat kalimat tersebut tertulis di mana? Betul, tertulis pada plastik klip obat sejak tahun dua ribu awal. Lalu mengapa kepatuhan obat bisa meningkatkan kualitas hidup? Bagaimana cara meningkatkan kepatuhan penggunaan obat? Apa sajakah faktor-faktor yang bisa mengurangi kepatuhan penggunaan obat dan bagaimana kita menghindari dan mengatasi faktor-faktor tersebut?

Di dalam memberikan terapi pengobatan, seorang dokter berprinsip Rational Use of Medicine sesuai definisi WHO pada tahun 1985, berupa pengobatan yang rasional, yaitu pasien menerima obat sesuai dengan keadaan klinisnya, dengan dosis yang memenuhi kebutuhan individualnya selama jangka waktu tertentu, serta biaya yang terjangkau bagi pasien dan juga komunitasnya.

Beberapa indikator untuk menilai rasionalitas pengobatan, antara lain: 1) Tepat pasien, 2) Tepat indikasi, 3) Tepat Obat, 4) Tepat dosis, cara pemberian, dan lama penggunaan obat, serta 5) Waspada terhadap efek samping obat. Sebenarnya bahkan bisa dijabarkan lebih banyak lagi misalnya tepat waktu pemberian (pagi, siang, malam atau sebelum, sewaktu, sesudah makan).

Dalam mewujudkan praktek pengobatan yang rasional ini, kepatuhan pasien menjadi bagian yang penting, artinya dengan peresepan yang sudah tepat pasien, tepat indikasi, dan tepat obat pun, apabila pasien tidak menggunakan obat tersebut sebagaimana mestinya, maka keberhasilan terapi akan sulit dicapai.

Bagaimana menilai keberhasilan terapi?

Tergantung pada tujuan terapi yang diberikan, obat bisa memberikan efek mengurangi rasa sakit, mengurangi gejala, menyembuhkan penyakit, mengendalikan penyakit, mencegah penyakit, dan lain sebagainya. Kita bisa menilai keberhasilan terapi apabila tujuannya tercapai, dan keberhasilan ini selain peran dokter, pasienpun memiliki peran yang tidak kalah besarnya dalam menunjang keberhasilan pengobatan.

Dampak Ketidakpatuhan Pasien dalam Proses Terapi

Ketidakpatuhan pasien menjadi permasalahan tidak hanya di negara maju namun juga di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Angka kepatuhan yang rendah terbukti menimbulkan masalah seperti peningkatan angka penyakit kronis beserta komplikasinya, penurunan kualitas hidup pasien, biaya pengobatan yang membengkak dan tidak efisien, bahkan peningkatan angka mortalitas (kematian).

Beberapa hal yang dapat dikategorikan sebagai ketidakpatuhan pasien dalam menggunakan obat antara lain:

  1. Tidak menebus obat yang telah diresepkan oleh dokter
  2. Dosis yang tidak sesuai (under dose ataupun over dose)
  3. Menghentikan pengobatan sebelum waktunya
  4. Mengonsumsi obat pada waktu yang tidak tepat
  5. Mengonsumsi obat yang diresepkan untuk orang lain
  6. Mengonsumsi obat bersamaan dengan makanan, minuman, cairan ataupun obat lain yang berinteraksi
  7. Mengonsumsi obat yang sudah melewati masa kadaluwarsa
  8. Mengonsumsi obat yang sudah rusak
  9. Menyimpan obat-obatan tidak sesuai dengan aturan penyimpanannya
  10. Menggunakan obat yang tidak sesuai dengan cara penggunaannya (misalnya: tablet antibiotik digerus kemudian ditaburkan pada luka)

Berbagai bentuk ketidakpatuhan tersebut dapat menimbulkan kerugian bagi pasien sendiri, maupun bagi tenaga/sarana kesehatan. Bagi pasien, ketidakpatuhan minum obat dapat berakibat penyakit yang diderita tidak kunjung sembuh, semakin parah, maupun mengalami efek samping seperti halnya apabila pasien mengonsumsi obat bersamaan dengan makanan atau minuman atau obat lain yang tidak diperbolehkan, dan biaya terapi yang menjadi tidak efisien. Sementara itu, bagi tenaga/sarana kesehatan, ketidakpatuhan pasien bisa saja menghilangkan atau mengurangi kepercayaan pasien terhadap tenaga kesehatan karena dianggap kurang tepat dalam memberikan obat sehingga kondisi pasien tidak membaik, padahal sebenarnya hal tersebut terjadi akibat ketidakpatuhan dalam menggunakan obat yang diberikan.

Faktor Penyebab Ketidakpatuhan

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan rendahnya tingkat kepatuhan pasien dalam menggunakan obat, antara lain: faktor penyakit, faktor pasien, faktor tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan serta pemerintah.

Penyakit, terutama penyakit kronis (hipertensi, diabetes mellitus, dsb) harus mengkonsumsi obat dalam jangka panjang atau mungkin seumur hidupnya, sehingga tingkat kepatuhannya lebih rendah dibandingkan penderita penyakit atau gangguan kesehatan akut. Jumlah dan macam obat yang diterima pasien terkait dengan kondisinya juga berpengaruh terhadap kepatuhan, terlebih apabila obat-obat tersebut memiliki jadwal pemakaian yang berbeda-beda ataupun perlu digunakan dengan cara yang rumit (terutama terjadi pada pasien lanjut usia).

Sementara dari sisi pasien, ada cukup banyak faktor yang bisa berpengaruh pada tingkat kepatuhan pasien dalam menggunaan obat, misalnya:

  1. Persepsi pasien terhadap penyakit yang dideritanya
  2. Tingkat pendidikan dan pengetahuan tentang penyakit dan kesehatan
  3. Kurangnya kepercayaan terhadap efektivitas pengobatan modern
  4. Pengalaman atau ketakutan akan efek samping obat, seperti misalnya pada penggunaan obat-obatan diuretik untuk menurunkan tekanan darah tinggi, pasien merasa terganggu dengan efek samping obat yang menyebabkan pasien sering buang air kecil
  5. Faktor lupa
  6. Kondisi sosial ekonomi pasien sehingga pasien tidak memperoleh obat yang diperlukannya karena harga obat yang tidak terjangkau
  7. Kondisi cacat fisik
  8. Faktor lain seperti takut mengalami ketergantungan pada obat
  9. Kurangnya kesadaran untuk melakukan modifikasi gaya hidup untuk menunjang keberhasilan terapi

Tenaga kesehatan sepeti dokter, bidan, apoteker, perawat, dan ahli gizi, memiliki tanggung jawab untuk membantu pasien agar terapi yang dilakukan berhasil. Faktor yang berasal dari tenaga kesehatan yang dapat mengurangi tingkat kepatuhan pasien antara lain:

  1. Kurangnya komunikasi dua arah yang antara pasien dengan tenaga kesehatan terkait penyakit, obat (mencakup jenis, jumlah, kegunaan, dosis, cara pakai obat), diet dan perubahan gaya hidup yang diperlukan pasien, maupun mengetahui hambatan yang dihadapi pasien dalam menjalankan terapi
  2. Kurangnya kolaborasi interprofesi antara satu tenaga kesehatan dengan tenaga kesehatan yang lain untuk mewujudkan praktek pengobatan yang ideal dan mendukung kesembuhan pasien

Melihat banyaknya faktor yang menjadi penyebab rendahnya kepatuhan pasien dalam menggunakan obat, maka bagaimanakah pendekatan dan upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan pasien?

Hal yang dapat diupayakan antara lain:

Pasien

Faktor yang terpenting adalah bagaimana pasien dapat menerima kondisi klinis tertentu yang mengharuskan pasien menjalani terapi. Dengan demikian pasien termotivasi untuk sembuh dengan cara menggunakan obat-obatan yang diterimanya secara patuh serta melakukan perubahan gaya hidup untuk mendukung kesembuhan. Faktor psikologis lain seperti ketakutan akan peralatan medis atau takut mengalami ketergantungan obat dapat diatasi dengan pemberian informasi yang cukup dan pendampingan dari keluarga dan tenaga kesehatan. Pendamping Minum Obat (PMO) memegang peranan penting bagi peningkatan kepatuhan pasien terutama pasien-pasien lanjut usia dan pasien dengan penyakit kronis seperti diabetes mellitus, hipertensi, TBC, dan lain sebagainya.

Bagaimana dengan faktor lupa, yang konon dianggap tidak dapat dimodifikasi? Sebenarnya selain orang-orang terdekat/keluarga diharapkan dapat mendampingi, namun demikian ada beberapa cara yang dapat dilakukan, misalnya:

  1. Menggunakan kotak pengingat minum obat, terutama untuk obat-obatan yang diminum dalam jangka panjang dan kontinu
  2. Memasang jam alarm atau pengingat (reminder) pada telepon genggam
  3. Membuat poster kecil yang diletakkan di tempat yang selalu didatangi pasien setiap hari, contoh: kaca wastafel, di sudut tempat tidur, atau di meja kantor

Faktor biaya terapi yang sering menjadi hambatan bagi pasien yang berasal dari kalangan ekonomi tertentu untuk mendapatkan obat yang dibutuhkan saat ini sudah tersedia solusinya, antara lain dengan adanya program Obat Generik Berlogo (OGB) dari pemerintah, ataupun menggunakan fasilitas BPJS.

Tenaga kesehatan

Untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam minum obat, seluruh tenaga kesehatan harus berkolaborasi sesuai dengan keahlian masing-masing. Praktek kolaborasi ini terbukti dapat meningkatkan keberhasilan terapi dan kualitas kesehatan secara komprehensif, karena pasien mendapatkan pemeriksaan, menerima obat, mendapatkan perawatan dan pendampingan dari tenaga yang kompeten.

Disarikan dari Serial Patient Compliance dan sumber-sumber lain

 

Artikel ini ditulis oleh:
Dra. AM. Wara Kusharwanti, M.Si
(Apoteker Farmasi Klinis RS Panti Rapih)

Informasi Pelayanan : 
Instalasi Farmasi
Lantai 1 Gedung Rawat Jalan Borromeus RS Panti Rapih Yogyakarta
Telepon : 0274 – 563333 ext 1031/1033

Perlukah Saya di Vaksin Hepatitis?

WHO – World Health Organization atau Organisasi kesehatan dunia, masih menjadikan negara Indonesia sebagai daerah endemisitas hepatitis kategori sedang hingga tinggi.  Hal ini disebabkan karena jumlah pasien penderita hepatitis di Indonesia masih sangat banyak. Berdasarkan Riskesdas – Riset kesehatan dasar Indonesia tahun 2013 ada peningkatan prevalensi hepatitis sebesar 1,2% atau hampir 2 kali dibanding tahun 2007 sebesar 0,6%. Prevalensi semakin meningkat pada penduduk berusia di atas 15 tahun. Jenis hepatitis yang sering menginfeksi adalah Hepatitis B (21,8%), Hepatitis A (19,35%), Hepatitis C (2,5%) dan Hepatitis lainnya (1,85%).

Vaksinasi atau imunisasi adalah upaya untuk memberikan vaksin (zat atau senyawa yang mengandung bagian atau rekayasa bakteri atau virus penyebab lain yang telah dilemahkan atau dimatikan), sehingga saat di masukkan ke tubuh, vaksin akan merangsang sistem kekebalan tubuh untuk memproduksi antibodi agar dapat melawan saat penyakit tersebut masuk ke tubuh kita agar tubuh tidak menjadi sakit.

Vaksin hepatitis untuk dewasa sangat dianjurkan kepada :

  1. Orang yang pasangannya atau keluarga satu rumah menderita Hepatitis
  2. Orang yang akan bepergian di daerah endemis hepatitis
  3. Petugas kesehatan (Medis: dokter, perawat, bidan, laboratorium, kesehatan lingkungan, laundry, dll)  atau publik yang beresiko tinggi terkena paparan cairan penderita
  4. Petugas gizi atau pekerja yang menyiapkan makanan-minuman dari bahan mentah sampai menjadi matang, penyajian dan pembersihan
  5. Orang yang beresiko dengan penyalahgunaan narkoba dan seks bebas, tattoo dll
  6. Orang dengan penyakit menahun yang bersiko terkena komplikasi seperti penyakit ginjal, diabetes, infeksi HIV atau gangguan imunitas
  7. Orang atau siapapun yang ingin terlindung dari hepatitis

Apakah anda termasuk salah satu yang termasuk di kriteria di atas?

Jika anda termasuk, maka persiapkan diri untuk vaksin hepatitis.

Di Indonesia vaksin yang tersedia baru vaksin untuk hepatitis A dan B, belum tersedia vaksin untuk hepatitis C,D dan E. Negara kita sudah mempunyai program nasional vaksinasi dasar untuk hepatitis. (lihat tabel Rekomendasi IDAI 2020 dan PAPDI 2017).

Jadwal imunisasi rekomendasi IDAI 2020 adalah:

Vaksin Hepatitis B, di berikan 4 x yaitu saat bayi baru lahir, dilanjutkan usia 2, 3 dan 4 bulan dan 1x saat usia 18 tahun.

Vaksin Hepatitis A diberikan 2 x antara umur 12 tahun sampai usia 18 tahun dengan rentang interval 6 bulan – 36 bulan.

Jadwal imunisasi Dewasa  rekomendasi PAPDI 2017 adalah:

Vaksin Hepatitis B 3x , saat pertama kali, 1 bulan dan 6 bulan berikutnya.

Vaksin Hepatitis A 2x  rentang 6 bulan.

 

Saya Mau Vaksin Apa?

Vaksinlah sesuai kebutuhan dan kondisi kesehatan yang ada sekarang, Janganlah di tunda!

Pilihan vaksin ditentukan oleh kebutuhan anda dan keluarga saat itu.

Vaksin hepatitis A, dianjurkan jika anda dalam waktu dekat melakukan perjalanan ke daerah endemis hepatitis. Vaksin Hepatitis A diberikan 2x dengan rentang waktu 6 bulan,

Vaksin hepatitis B, dianjurkan jika anda petugas kesehatan di klinik atau rumah sakit baik dokter, perawat, bidan, penunjang medis, laboratorium, radiologi, farmasi, gizi , medical record atau tenaga kesehatan lainnya seperti petugas kesehatan lingkungan, kendaraan dan keamanan, laundry serta petugas administrasi rumah sakit. Vaksin hepatitis B diberikan 3 x dengan rentang 0 bulan, 1 bulan dan 6 bulan dari saat penyuntikan 1.

Sebaiknya jika anda mempunyai putra-putri yang dilahirkan saat itu atau akan melahirkan di waktu yang dekat, pertimbangkan untuk melakukan vaksinasi dasar hepatitis B.

Saat ini masih belum tersedia vaksin hepatitis C, D dan E.

Pastikan jadwal jangan sampai terlambat atau diluar jadwalnya, agar hasil menjadi maksimal. Dengan vaksin anda terlindungi, keluarga yang anda terkasihi terlindungi, sahabat anda di instansi juga terlindungi akhirnya masyarakat sekitar menjadi lebih aman dan sehat,

RS Panti Rapih melayani vaksinasi Hepatitis di Poliklinik Vaksin Non COVID, setiap hari di jam kerja, di Poliklinik Medical Check Up, Lt 2 Gedung Rawat Jalan Borromeus.

 

Artikel sebelumnya …  Tahukah Anda? Pentingnya vaksin Hepatitis

Dapat dilihat pada tautan berikut ini: https://pantirapih.or.id/rspr/tahukah-anda-pentingnya-vaksin-hepatitis/

Bersambung ke artikel selanjutnya…   3 Cara vaksin Hepatitis yang Aman, Mudah dan Akurat

Medical Check Up merupakan pemeriksaan komprehensif terhadap diri seseorang untuk menentukan status kesehatan dan/atau menemukan penyakit secara dini. Manfaat Medical Check Up itu sendiri untuk mengetahui adanya penyakit secara dini sehingga penyakit tersebut dapat ditanggulangi seawal mungkin.

Segera deteksi kesehatan Anda sekarang juga di Medical Check Up RS Panti Rapih.

Artikel ini ditulis oleh:
dr. Tandean Arif Wibowo, MPH
(
Dokter Medical Check Up – Home Care Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta)

Informasi Pelayanan : 
Klinik Medical Check Up
Lantai 1 Gedung Rawat Jalan Borromeus RS Panti Rapih Yogyakarta
Telepon : 0274 – 563333 ext 1125
Senin – Sabtu pukul 07.00-14.00. Hari Minggu & Tgl Merah Tutup.

Pendaftaran :
Pendaftaran 24 Jam (0274) 514004 / 514006
Aplikasi PantiRapihKU (Play Store dan App Store)

Waspadai dan Cegah Kanker Serviks

Salah satu penyakit yang menjadi perhatian bagi kaum wanita adalah kanker serviks. Di Indonesia, diperkirakan lebih dari satu wanita meninggal dunia karena kanker serviks setiap jamnya. Kanker serviks adalah pertumbuhan sel-sel kanker di leher rahim bagian bawah yang menghubungkan ke vagina. Kanker serviks bermula saat sel yang sehat yang berada di mulut rahim mengalami perubahan dan bermutasi menjadi sel-sel abnormal dan selanjutnya menjadi Atumor dan dapat menyebar ke organ atau jaringan lain.

Human Papillomavirus (HPV) merupakan salah satu penyebab utama dari kanker serviks. HPV merupakan virus umum yang bisa ada pada setiap orang dan mudah menular. Umumnya, orang tidak menyadari jika memiliki HPV sebelum terjadi masalah kesehatan serius. HPV juga dapat menyebabkan penyakit lain, salah satunya adalah kutil kelamin baik pada wanita maupun pria.

Masa inkubasi virus ini adalah 10-20 tahun. Pada seseorang dengan daya tahan tubuh rendah, misalnya pada pasien HIV dan tuberkulosis masa inkubasi bisa menjadi lebih singkat. Ada sekitar 130 tipe HPV dan empat diantaranya paling sering menginfeksi manusia, yaitu tipe 6, 11, 16, dan tipe 18. Kanker serviks atau leher rahim, adalah jenis kanker yang disebabkan oleh HPV tipe 16 dan 18. Sekitar 70% atau tujuh dari 10 pria dan wanita terpapar HPV, jadi tanpa disadari HPV ada di sekitar kita semua, pasangan, bahkan keluarga kita.

Pencegahan kanker serviks bisa dilakukan dengan pemberian vaksin HPV dan deteksi dini. Deteksi dini kanker bisa membuat penderitanya berpotensi untuk mendapatkan keberhasilan terapi dan tingkat kesembuhan lebih tinggi serta memiliki usia lebih panjang. Dokter akan menyarankan Deteksi dini pada usia 21 tahun atau sudah pernah berhubungan seksual. Beberapa pemeriksaan yang dianjurkan adalah pap smear, tes IVA dan tes HPV DNA.

Pencegahan kanker serviks juga dapat dilakukan dengan pemberian vaksin HPV. Pemberian vaksin HPV bagi wanita dianjurkan sebanyak dua atau tiga dosis tergantung usia. Vaksin HPV saat ini direkomendasikan diberikan pada anak-anak mulai usia sembilan tahun. Jenis vaksin HPV ada tiga, yang pertama adalah bivalent yang digunakan untuk mencegah kanker serviks dan infeksi HPV-16 juga HPV-18, vaksin ini dikhususkan bagi wanita.

Selanjutnya ada Quadrivalent yang digunakan untuk mencegah kanker dan pra kanker serviks, vulva, vagina, dan anus. Yang terakhir adalah Vaksin HPV yang dapat melindungi dari sembilan strain virus yang memiliki cakupan pencegahan virus HPV lebih luas serta dapat digunakan oleh pria.

Untuk mendeteksi kesehatan Anda atau pasangan Anda sejak dini, dapat melakukan pemeriksaan dan konsultasi di Medical Check Up RS Panti Rapih.

 

Artikel ini ditulis oleh:
dr. Bambang Triono Cahyadi, Sp.OG, M.Kes
(
Dokter Spesialis Obgin Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta)

Informasi Pelayanan : 
Klinik Kebidanan & Penyakit Kandungan
Lantai 3 Gedung Rawat Jalan Borromeus RS Panti Rapih Yogyakarta

Pendaftaran :
Pendaftaran 24 Jam (0274) 514004 / 514006
Aplikasi PantiRapihKU (Play Store dan App Store)

Patahkah Tulang Saya?

Kejadian trauma/benturan pada kasus kecelakaan lalu lintas banyak kita temui dalam kehidupan sehari-hari, apalagi di era padatnya lalu lintas, dengan jumlah kendaraan bermotor yang cenderung semakin meningkat yang digunakan masyarakat. Selain itu, bahkan setiap pilihan kegiatan tubuh kita semua memiliki risiko untuk terjadinya trauma dari yang ringan sampai ke yang berat, apalagi jika dilakukan dengan tidak tepat/aman.

Dalam hal ini, banyak sekali asumsi awal dari penderita/korban yang merasakan gejala pertama dari benturan berupa sakit/ nyeri yang timbul pasca sebuah benturan terjadi. Hampir rata-rata cepat untuk berpikir bahwa sudah timbul patah pada tulang di area benturan yang terjadi di tubuhnya, sehingga tidak sedikit pasien atau korban yang cenderung akan “mendesak” dokternya untuk keperluan pemeriksaan pencitraan/ imaging tulang untuk “membuktikan” rasa takut akan patah tulang pada dirinya.

Definisi Patah Tulang / Fraktur

Fraktur/patah tulang sendiri dapat diartikan sebagai proses terhentinya kontinuitas jaringan tulang yang disebabkan oleh proses trauma, meski begitu, tulang juga dapat menjadi lebih rentan patah dari biasanya karena gangguan lain /penyakit lain baik yang berasal dari tulang itu sendiri maupun merupakan kasus penyebaran dari penyakit di lokasi lain.

Mekanisme trauma/ sebuah benturan dapat menimbulkan patahnya sebuah tulang jika mampu melampaui ambang batas flexibilitas sebuah tulang, oleh sebab itu, sangatlah bervariasi terkait varibel usia, jenis tulang, lokasi benturan serta kekuatan mekanisme trauma, di mana semua menjadi faktor utama bagi seorang dokter memperkirakan risiko timbulnya fraktur.

Penyakit lain yang terkait baik secara langsung maupun tidak langsung dengan tulang, misal osteoarthritis, osteoporosis, rheumathoid arthritis, osteomyelitis, sampai dengan penyakit keganasan/ neoplasma/ tumor/ kanker pada tulang tersebut, ataupun merupakan penyebaran/metastase dari keganasan di regio yang lain, juga dapat menjadi faktor pencetus terjadinya sebuah mekanisme patah tulang yang lebih dikaitkan dengan menurunnya flexibilitas tulang serta turunnya komposisi kepadatan/densitas sel tulang.

Tanda Patah Tulang
Paska sebuah benturan/trauma yang berpotensi patah tulang, tanda-tanda yang utama harus diperhatikan meliputi perubahan atau kelainan bentuk/ deformitas di regio yang dicurigai, rasa nyeri, gangguan fungsi/ gerak, bunyi krepitus tulang. Tiga dari empat tanda utama ini pasti dapat ditemukan pada kasus yang dicurigai Fraktur pada tulang.

Tanda-tanda lain, lebih cenderung digunakan oleh pada tenaga kesehatan untuk memprediksi lebih lanjut tingkat beratnya fraktur, ataupun gambaran kondisi jaringan di sekitar lokasi yang dicurigai patah tulang, misalnya, pada kecurigaan patah tulang iga, maka gerakan dinding dada pasien saat bernafas menjadi tanda khas yang harus diperhatikan oleh dokter, contoh lain, tanda terganggunya aliran darah ke tepi-tepi ekstremitas seperti nadi tangan dan nadi di kaki dapat menjadi indikasi beratnya sebuah kecurigaan Fraktur sehingga berpotensi melukai pembuluh darah yang berada di sekitarnya.

Perlu dibedakan antara timbulnya deformitas pada beberapa lokasi yang dapat saja tidak terkait dengan patah tulang misal pada daerah sendi mata kaki yang terkilir/ jatuh pada posisi yang tidak sempurna/baik, maka perlu dilakukan pemeriksaan medis dengan baik meliputi gerak pasif dan aktif sendi, nyeri yang timbul, palpasi
atau perabaan terhadap krepitasi atau nyeri yang timbul pada tulang-tulang yang membentuk sendi tersebut. Deformitas yang terjadi di area-area tersebut dapat saja hanya berupa gangguan jaringan lunak seperti tendo otot, otot ataupun kapsul sendi, serta hanya bekuan darah / hematoma yang muncul akibat pecahnya pembuluh darah dan terakumulasinya darah tersebut di bawah kulit tetapi tidak melibatkan jaringan tulang di regio tersebut.

Pemeriksaan Penunjang Fraktur
Seharusnya dengan sebuah pemeriksaan radiologi sederhana berupa rontgen / X Ray tulang sudah dapat menegakkan diagnosa fraktur, pada kasus khusus yang dicurigai bahwa sumber timbulnya kerapuhan tulang sehingga timbul Fraktur Patologis (Fraktur yang dipengaruhi kondisi sakit yang lain), maka modalitas pemeriksaan radiologi/pencitraan dapat bervariasi dari CT Scan tanpa/dengan kontras, dan MRI, umumnya tahapan pemeriksaan ini juga digunakan sebagai pelacakan terhadap sumber penyakit yang menimbulkan rapuhnya jaringan tulang, atau pelacakan tingkat penyebaran penyakit tersebut.

Penggunaan sinar X pada rontgen polos/ dasar,sebetulnya sudah pada takaran yang aman bagi tubuh manusia, sehingga dalam hal khusus memang dapat saja dilakukan serial pemeriksaan rontgen, misal pada fraktur beberapa ruas tulang iga yang berpotensi juga mengganggu paru-paru, sehingga jika pasien timbul gejala yang lebih lanjut, dokter dapat meminta dilakukan kembali evaluasi rontgen dada, bahkan dalam waktu kurang dari 24 jam. Hanya saja, dunia kedokteran/medis itu juga menganut prinsip pemeriksaan fisik dasar yang sampai saat ini masih menjadi pemeriksaan utama, dibandingkan pemeriksaan yang sifatnya menunjang (tidak harus selalu dilakukan) seperti halnya pemeriksaan radiologi. Sehingga seorang petugas medis wajib melakukan pemeriksaan fisik dasar di area yang dicurigai potensial patah tulang tersebut dengan baik dan benar serta menyeluruh.

Dalam menentukan sebuah kecurigaan kasus fraktur, sebetulnya tanda-tanda yang dapat diobservasi mayoritas sudah dapat menunjukkan arah diagnosa tersebut, pada tahap ini, sebaiknya mempercayakan pada pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh dokter, dalam hal keragu-raguan atau pembuktian kecurigaan patah tulang yang berdasarkan temuan pemeriksaan fisik seperti di atas, maka foto X-Ray sederhana/polos sudah cukup dalam membantu menegakkan diagnosa Fraktur sebagai pemeriksaan penunjang awal.

 

Artikel terkait: https://pantirapih.or.id/rspr/mri-magnetic-resonance-imaging/

Artikel ini ditulis oleh:
dr.  John Hartono, Sp. KFR
(Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik RS Panti Rapih Yogyakarta)

Informasi Pelayanan : 
Klinik Ortopedi & Traumatologi
Lantai 4 Gedung Rawat Jalan Borromeus RS Panti Rapih Yogyakarta

Pendaftaran :
Pendaftaran 24 Jam (0274) 514004 / 514006
Aplikasi PantiRapihKU (Play Store dan App Store)