Hari Hepatitis Sedunia No ratings yet.

Hari Hepatitis Sedunia (World Hepatitis Day) diperingati setiap tahun pada tanggal 28 Juli, untuk meningkatkan kesadaran akan virus hepatitis, yang menyebabkan peradangan hati, gagal hati (sirosis) atau penyakit hati parah (fulminan) dan kanker hati (hepatoma).

Kejadian infeksi virus hepatitis ini berupa ribuan infeksi hepatitis virus akut yang terjadi pada anak, remaja dan orang dewasa setiap tahun. Sebagian besar infeksi hepatitis akut menyebabkan penyakit ringan dan bahkan tidak terdeteksi. Tetapi dalam beberapa kasus, hepatitis dapat menyebabkan komplikasi dan berakibat fatal. Pada tahun 2019 saja, diperkirakan 78.000 kematian terjadi di seluruh dunia akibat komplikasi infeksi hepatitis A hingga E akut.

Upaya global memprioritaskan penghapusan infeksi khusus hepatitis B, C dan D. Tidak seperti hepatitis virus akut, 3 jenis infeksi tersebut menyebabkan hepatitis kronis yang berlangsung selama beberapa dekade, dan berujung pada lebih dari 1 juta kematian per tahun akibat sirosis dan kanker hati. Ketiga jenis infeksi hepatitis kronis ini bertanggung jawab atas lebih dari 95% kematian karena hepatitis. Meskipun sudah tersedia panduan dan alat untuk mendiagnosis, mengobati, dan mencegah hepatitis virus kronis, layanan ini sering kali tidak terjangkau oleh masyarakat, dan terkadang hanya tersedia di rumah sakit rujukan atau khusus saja.

Tema peringatan Hari Hepatitis Sedunia 2022 adalah perawatan hepatitis lebih dekat (bringing hepatitis care closer to you). Saat ini diperlukan upaya mendekatkan layanan hepatitis ke fasilitas kesehatan primer dan masyarakat luas, sehingga lebih banyak warga memiliki akses yang lebih baik ke layanan diagnosis, pengobatan dan perawatan, apa pun jenis hepatitisnya.

Pesan kunci kampanye kali ini meliputi 5 hal sebagai berikut:
– Membangun layanan hepatitis berkualitas tinggi, dengan memastikan setiap orang memiliki akses ke layanan hepatitis yang sesuai dengan kebutuhan mereka dan yang adil, efektif, efisien, tepat waktu dan dengan kualitas yang dapat diterima
– Membentuk layanan hepatitis sedekat mungkin dengan rumah pasien, dengan desentralisasi perawatan hepatitis ke fasilitas kesehatan perifer, berbasis komunitas dan tempat lain di luar rumah sakit
– Mempromosikan pembagian tugas dengan melibatkan para dokter dan tenaga kesehatan non-spesialis yang terlatih di bidang ini
– Mengintegrasikan dan menghubungkan perawatan hepatitis dengan layanan kesehatan masyarakat yang ada, karena pengobatan hepatitis dapat diperluas dan digabungkan dengan layanan perawatan primer, HIV, narkoba, serta layanan kesehatan warga binaan di penjara
– Memastikan sistem kesehatan yang tangguh, adil dan kuat, karena didanai dan dilengkapi secara memadai untuk memberikan perawatan hepatitis yang berkualitas kepada semua orang

Segenap warga masyarakat diingatkan untuk mendidik diri sendiri dan berperan untuk menghentikan penularan hepatitis di masyarakat. Berkonsultasi dengan dokter keluarga dan pastikan tes dan pengobatan tepat waktu untuk mencegah sirosis dan kanker hati. Pastikan ibu menjalani tes hepatitis B jika hamil, tes karena ini dapat mencegah penularan ke bayi. Selain itu, juga pastikan setiap bayi divaksinasi hepatitis B dalam waktu 24 jam setelah lahir.

Untuk segenap pemimpin global, diharapkan untuk fokus pada desentralisasi layanan kesehatan untuk hepatitis ke fasilitas kesehatan tingkat rendah, layanan kesehatan primer dan layanan terkait penyakit lainnya seperti HIV, pengurangan dampak buruk narkoba, dan layanan warga binaan di penjara. Selain itu, juga memprioritaskan perawatan hepatitis yang berpusat pada orang dengan  penjaminan pendanaan yang memadai, termasuk mobilisasi dana domestik. Juga mewujudkan cakupan kesehatan semesta atau UHC (Universal Health Coverage) untuk semua orang yang hidup dengan hepatitis B dan C kronis.

Pada 21 April 2022 pertama kali dilaporkan adanya 169 kasus hepatitis akut misterius di 11 negara Eropa dan 1 negara Amerika. Kasus telah dilaporkan di Inggris (114), Spanyol (13), Israel (12), Amerika Serikat (9), Denmark (6), Irlandia (< 5), Belanda (4), Italia (4), Norwegia (2), Prancis (2), Rumania (1), dan Belgia (1). Kasus hepatitis ini menyerang anak berusia 1 bulan hingga 16 tahun, 17 anak (sekitar 10%) membutuhkan tindakan transplantasi hati, dan setidaknya satu kematian telah dilaporkan.

Hepatitis akut ini ditandai dengan peningkatan yang nyata kadar enzim hati dalam darah. Banyak kasus memiliki gejala sakit perut, diare dan muntah, dan peningkatan kadar aspartate transaminase (AST) atau alanine aminotransaminase (ALT) yang lebih besar dari 500 IU/L dan kulit berwarna kuning (ikterus). Sebagian besar kasus tidak mengalami demam. Virus umum yang menyebabkan hepatitis virus akut (virus hepatitis A, B, C, D dan E) tidak terdeteksi dalam kasus ini. Namun demikian, adenovirus tipe F 41 telah terdeteksi dalam 18 dari setidaknya 74 kasus. SARS-CoV-2 diidentifikasi dalam 20 kasus dan 19 terdeteksi dengan koinfeksi SARS-CoV-2 dan adenovirus.

Perkembangan penyakit hepatitis akut misterius di Indonesia hingga hari Jumat, 24 Juni 2022 lalu tercatat sebanyak 70 kasus dugaan yang tersebar di 21 provinsi, paling banyak di Jakarta, dan sebanyak 40 pasien adalah ‘discarded’ atau dikeluarkan dari dugaan kasus tersebut, karena penyebabnya sudah diketahui, sehingga tidak masuk dalam kelompok hepatitis akut ini. Gejala klinis paling banyak terjadi adalah demam sebanyak 76 persen, kemudian diikuti mual, muntah dan jaundice atau kulit berwarna kuning. Gejala klinis ini jelas berbeda dari yang dilaporkan di Inggris, di mana jaundice (warna kekuningan pada kulit atau bagian putih mata) menjadi gejala utama, baru kemudian diikuti muntah, lethargy (rasa lelah yang parah) dan diare.

Target global adalah mencapai eliminasi hepatitis pada tahun 2030. Untuk mencapainya, setiap negara perlu untuk mencapai target spesifik. Pertama, mengurangi infeksi baru hepatitis B dan C hingga 90%. Kedua, mengurangi kematian terkait hepatitis akibat sirosis hati dan kanker sebesar 65%. Ketiga, memastikan bahwa setidaknya 90% orang dengan virus hepatitis B dan C terdiagnosis. Dan keempat, setidaknya 80% dari kasus hepatitis yang memenuhi syarat menerima pengobatan yang tepat.

 

Sumber: https://dokterwikan.com/

Artikel ini ditulis oleh: DR. dr. FX. Wikan Indrarto, Sp.A
(Dokter Spesialis Anak Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta)

🏥 Kunjungi Klinik Klinik Tumbuh Kembang Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
Lantai 3 Gedung Rawat Jalan Borromeus
Jl Cik Ditiro 30 Yogyakarta 55223

📲 Informasi lebih lanjut dapat menghubungi 0274-514004, 514006, 521009 (24 jam)

Mohon dapat memberikan rating

Okupasi Terapi No ratings yet.

Okupasi terapi adalah profesi kesehatan yang menangani pasien / klien dengan gangguan fisik dan atau mental baik yang bersifat sementara atau menetap dengan menggunakan aktifitas terapeutik yang disesuaikan untuk membantu mempertahankan atau meningkatkan kemampuan fungsional pasien pada komponen kinerja okupasional ( senso-motorik, persepsi, kognitif, social dan spiritual ) dan area kinerja okupasional (aktifitas sehari – hari /Activity Dailly Living/ADL, produktivitas /Productivity, dan pemanfaatan waktu luang/Leisure Activity) sehingga pasien/klien mampu meningkatkan kemandirian, derajat kesehatan dan partisipasi di masyarakat sesuai perannya.

Tujuan Okupasi Terapis adalah membantu seseorang menjadi mandiri dalam beraktivitas baik dengan alat bantu ataupun tanpa alat bantu karena kemandirian sangat penting untuk pasien penca
terlebih bagi orang yang bukan penca dari lahir. Mereka harus belajar dari awal.
Okupasi Terapis dapat menerapi pasien kondisi:
a. Pediatri (Anak-anak) seperti Autis, ADHD (Attention Devisite Hiperactive Dysorder), Asperger Syndrome, Down Syndrome, Mental Retardasi, Keterlambatan Perkembangan (DD), Gangguan Belajar (Learning Disability),Cerebral Palsy (CP)
b. Kasus Neurologi seperti pasien pasca Stroke, Traumatic Brain Injury, Low Back Pain, Parkinson, GBS (Guillain – Barre Syndrome).
c. Kasus Muskuloskeletal antara lain Remathoid Arthitis, Scoliosis, Frozen Shoulder, Carpal Tunnel Syndrome, Trigger Finger, dsb
d.Kasus Orthopedi seperti rehabilitasi pasca operasi fraktur (patah tulang), dislokasi sendi, dsb
e. Geriatri (Orang tua) yang biasa menderita demensia, terganggunya pola makan atau tidur, masalah kesehatan, keseimbangan gerak, keseimbangan, baal/kesemutan, dsb


A. Aktivitas sehari-hari
Okupasi terapis melatih pasien agar dapat melakukan aktivitas sehari – hari secara mandiri seperti memakai/melepas/mengancingkan baju, transfer dari kursi roda ke toilet/kursi/tempat tidur, makan, minum, mandi, berhias, menggosok gigi, membersihkan setelah BAB/BAK dll
Contoh:
a. Okupasi terapis melatih bagaimana pasien post amputasi kedua tangan bisa makan minum sendiri. Jika diperlukan okupasi terapis akan mendesain alat bantu untuk makan agar pasien bisa makan sendiri
b. Melatih pasien stroke untuk transfer dari tempat tidur ke tempat lain, melatih pasien stroke untuk menerapi/melatih dirinya sendiri ( tangan yang kuat untuk menggerakkan tangan yang lemah, melatih keseimbangan tubuh pasien, melatih pasien untuk meningkatkan kekuatan gerak otot-otot tangan dan kaki dengan melalui aktivitas, dilatih untuk menggerakkan jari – jari tangan dengan melalui aktivitas), melatih pasien

B. Aktivitas Produktif
Okupasi terapis melatih penyandang cacat untuk dapat melakukan kegiatan yang produktif, seperti sebelum mengalami kecacatan. Misalnya aktivitas menjahit untuk pasien dengan kecacatan satu tangan, pasien dilatih untuk memaksimalkan fungsi tangannya baik dengan alat bantu maupun tanpa alat bantu, dapat juga dengan memodifikasi alat kerja tersebut. Melatih pasien dalam melakukan aktivitas rumah tangga seperti mencuci, menyetrika baju, memasak, dsb dengan memaksimalkan kemampuannya dengan memodifikasi alat maupun tanpa modifikasi. Pada prinisipnya setiap pasien dilatih bagaimana ia bisa mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Yang dapat anda lakukan sebagai kader RBM membantu paca untuk tetap menggunakan kemampuan fisiknya secara optimal untuk melakukan aktivitas produktif, mendesain alat kerja paca kalau memang ada kesulitan dalam menggunakannya.

C. Aktivitas di Waktu Luang
Okupasi terapis juga memikirkan tentang kegiatan di waktu luang misalnya bermain /kegiatan yang sifatnya menyenangkan bagi pasien / hal yang bisa dilakukan oleh pasien yang bersifat rekreasi untuk mengisi waktu luang. Misalnya melukis, membuat kerajinan tangan, dll

D. Aksesibilitas Lingkungan
Bagi rumah yang aksesibilitasnya kurang memenuhi syarat bagi penyandang cacat, Okupasi Terapi akan mendesain lingkungan yang dapat diakses oleh penyandang cacat untuk menunjang kemandirian penyandang cacat dalam beraktivitas dirumah.
Yang dapat anda lakukan sebagai kader RBM adalah melihat lingkungan sekitar paca apakah sudah dapat dengan mudah diakses oleh paca atau belum? Kalau belum tentunya anda dapat memberi masukan/saran kepada anggota keluarga paca/paca untuk mendesain lingkungannya sehingga mudah untuk diakses.
Misalnya:
1. Bagaimana kamar mandi yang bisa digunakan / akses untuk penyandang cacat?desain yang ideal untuk kamar mandi adalah kursi roda dapat leluasa keluar masuk kamar mandi (cukup luas untuk paca dengan kursi roda)
2. Dikanan/ kiri terdapat handrail / pegangan, sehingga aman bagi paca
3. Kloset duduk (kalau tidak ada dapat dibuatkan kursi yang berlubang)
4. Shower (kalau tidak ada bak mandi diusahakan tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah), sehingga mudah dijangkau oleh paca tanpa merepotkan anggota keluarga lain
5. Kran air bertangkai panjang sehingga mudah digunakan oleh paca
6. Lantai kamar mandi terbuat dari bahan yang tidak licin sehingga aman untuk paca
7. Bagaimana kursi roda bisa masuk ke setiap ruangan? Usahakan lebar pintu cukup untuk keluar masuk kursi roda (± 100cm), sehingga memudahkan paca dalam bermobilitas tanpa mengganggu anggota keluarga lain
8. Untuk kondisi disekitar lingkungan rumah mungkin jalanmenanjak / menurun, sebaiknnya untuk menjaga keselamatan penyandang cacat diberi handrail / pegangan ditempat – tempat yang sering dilalui oleh paca
9. Kondisi lantai juga tidak kalah pentingnya untuk diperhatikan, karena lantai yang terbuat dari bahan licin (keramik) akan lebih membahayakan paca
10. Pintu rumah / kamar / kamar mandi juga penting untuk diperhatikan, pilih desain pegangan pintu yang bertangkai dan terbuat dari bahan yang ringan sehingga paca dengan mudah dapat membuka / menutup pintu

Okupasi Terapi juga melibatkan keluarga dalam melatih penyandang cacat karena peran keluarga sangat penting dalam kehidupan penyandang cacat. Anda sebagai kader RBM tentu juga harus melibatkan keluarga paca dalam hal ini sehingga program dapat terlaksana. Semua ini dengan harapan dapat membantu kemandirian penyandang cacat dan meningkatkan rasa percaya diri karena dapat melakukan aktivitas secara mandiri tanpa tergantung orang lain.

Baca juga artikel:
https://pantirapih.or.id/rspr/layanan-rehabilitasi-medik-rs-panti-rapih/
https://pantirapih.or.id/rspr/dilema-anak-telat-bicara/
https://pantirapih.or.id/rspr/low-back-pain/
https://pantirapih.or.id/rspr/paket-fisioterapi-rs-panti-rapih/

Informasi lebih lanjut hubungi:

Instalasi Rehabilitasi Medik
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
Jl Cik Ditiro 30 Yogyakarta 55223
Telp 0274-514004, 514006, 521009 (24 jam) ext 1012

Mohon dapat memberikan rating

Tindakan Laser di Klinik Estetika Lucia RS Panti Rapih No ratings yet.

Teknologi laser, biasa digunakan untuk penanganan penuaan dini kulit yang disebabkan paparan sinar matahari dan kondisi-kondisi estetik lain yang sering ditemukan.

Tujuannya adalah untuk mengembalikan kesehatan kulit dan memperbaiki penampilan dengan menghilangkan pigmentasi, kulit kasar dan kerutan halus. Pada penuaan kulit, secara alamiah akan terjadi penipisan kulit dan penurunan elastisitasnya.

Proses penuaan kulit ini dipengaruhi oleh faktor dari dalam dan faktor dari luar, yang biasanya disebabkan oleh paparan sinar matahari yang berlebihan. Masalah kulit yang sering timbul adalah perubahan tekstur kulit menjadi kasar dan berkerut, munculnya hiperpigmentasi pada kulit dan kekendoran serta kerapuhan kulit.

Teknologi laser dapat mengurangi tekstur kasar dan kerutan pada kondisi tersebut di atas dan mengatasi hiperpigmentasi yang muncul.

Laser bekerja secara selektif melalui mekanisme panas yang diserap oleh kulit, dan menghasilkan berbagai respon pada jaringan kulit.

Kegunaan terapi laser pada berbagai masalah kulit, terutama adalah untuk penanganan hiperpigmentasi, kulit kasar dan kerutan, serta menghilangkan tatto dan tanda lahir.
– Memperbaiki tekstur kulit dengan mengurangi kerutan dan mengatasi permukaan kulit yang kasar, serta pori-pori besar, melalui peningkatan produksi kolagen dan ketebalan lapisan dermis.
– Menghilangkan bercak hiperpigmentasi dengan mengurangi sel-sel kulit yg mengandung pigmen.
– Menghilangkan tatto, dengan cara merusak butiran tinta oleh panas yang dihasilkan laser.

Laser Fractional Nd-YAG dan Laser Fractional CO2 merupakan dua jenis laser yang saling melengkapi untuk penanganan masalah-masalah tersebut di atas.

Jika Anda mengalami masalah pada kulit dan ingin mengembalikan kesehatan kulit silakan konsultasi ke Klinik Estetika Lucia. Klinik ini menyediakan layanan konsultasi dokter, berbagai tindakan medis seperti chemical peeling, mikrodermabrasi, microneedling, yang akan direkomendasikan oleh dokter Sp.KK sesuai dengan kebutuhan tiap pasien.

Link terkait: https://pantirapih.or.id/klinikestetika/

Informasi lebih lanjut hubungi:
Klinik Estetika Lucia
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
Jl Cik Ditiro 30 Yogyakarta 55223
Pendaftaran 0274-514004, 514006, 521009 (24 jam) ext 1409

Mohon dapat memberikan rating

Pencegahan Jatuh di Rumah Sakit 5/5 (1)

Kejadian jatuh di RS sering terjadi karena beberapa faktor. Oleh karena itu, kami memberikan Tips Pencegahan Jatuh di RS untuk Sahabat Sehat Panti Rapih.

Definisi
Jatuh adalah suatu peristiwa dimana seorang mengalami jatuh dengan/atau tanpa disaksikan oleh orang lain, tak sengaja/tak direncanakan, dengan arah jatuh ke lantai, dengan/atau tanpa menciderai dirinya. Penyebab jatuh dapat meliputi, faktor fisiologis (pingsan) atau lingkungan (lantai yang licin) (Morse Falls Risk Assesmen Tools th 2022).
Jatuh adalah ketika seorang pasien anak belajar berjalan atau pada saat berjalan karena faktor risiko lingkungan, atau anak/bayi dengan tidak sengaja dijatuhkan oleh orang tua atau pengasuh (Humpty Dumpty Falls Risk Assesmen Scale).

Faktor Penyebab Pasien Jatuh
1. Cara berjalan meliputi; kesadaran pasien akan keterbatasan dirinya dalam melakukan aktivitas
2. Lingkungan: penerangan kurang, lantai licin, pengaman tempat tidur yang tidak dipasang dll
3. Usia: pada anak-anak yang mulai belajar jalan sangat memungkingkan untuk jatuh
4. Keadaan umum pasien: pada pasien yang gelisah, berontak, pikun
5. Alat bantu yang digunakan meliputi: kruk, tongkat, walker atau berpegangan pada perabotan disekitarnya (meja, kursi, dinding)
6. Pengobatan yang didapat pasien

Pencegahan Jatuh Pada Pasien
1. Kenali kamar dan lingkungan dimana Anda dirawat
2. Pastikan posisi tempat tidur dalam kondisi yang memudahkan anda naik atau turun tempat tidur
3. Pastikan roda pada tempat tidur anda dalam keadaan terkunci dan pengaman tempat tidur terpasang dengan baik
4. Bila Anda akan berjalan pastikan seimbangkan badan (bila merasa belum stabil dalam aktivitas duduk, berdiri, berjalan mintalah pendampigan dalam aktivitas tersebut)

Cara Mencegah Jatuh
1. Gunakan alas kaki yang tidak licin
2. Berikan pendampingan pada anak Anda saat beraktivitas dan bermain
3. Laporkan pada petugas bila Anda menemukan kondisi lingkungan yang bisa menyebabkan jatuh (lantai licin, kurangnya penerangan di kamar mandi, lantai kamar mandi basah sehingga berpotensi menimbulkan jatuh)
4. Bila Anda diberikan tanda risiko jatuh (klip berwarna kuning pada gelang identitas dan gambar risiko jatuh pada tempat tidur Anda) pastikan keluarga selalu memberikan pendampingan
5. Beritahukan kepada perawat bila Anda meninggalkan pasien seorang diri
6. Bila Anda meninggalkan pasien pastikan pengaman tempat tidur terpasang dengan baik
7. Bila Anda mengalami masalah dalam cara berjalan gunakanlah alat bantu jalan (walker, kruk ataupun handrail)
8. Mintalah penjelasan dari dokter/apoteker/perawat tentang efek obat yang Anda konsumsi

Informasi lebih lanjut hubungi:
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
Jl Cik Ditiro 30 Yogyakarta 55223
Telp 0274-514004, 514006, 521009 (24 jam) 

Mohon dapat memberikan rating

Acne (Jerawat) No ratings yet.

Jerawat adalah suatu peradangan kronis dari kantung kelenjar minyak dengan penyebab multifaktor. Beberapa hal yang diduga turut berperan, terdiri atas faktor intrinsik (genetik, ras, hormonal) dan faktor ekstrinsik (stres, iklim/suhu/kelembaban, kosmetik, diet dan obat-obatan).

Beberapa mekanisme yang paling berpengaruh pada timbulnya jerawat adalah:
– Peningkatan produksi minyak
– Sumbatan di muara saluran kelenjar oleh penumpukan kulit ari
– Kolonisasi mikroflora P. Acnes
– Proses peradangan

Wujud jerawat yang muncul banyak dapat bermacam-macam dan terjadi di area kulit yang mengandung banyak kelenjar minyak seperti wajah, leher, dada, punggung, bahu dan lengan atas.

Secara sederhana, masalah jerawat dibagi menjadi dua kondisi utama, yaitu:
– Tanpa peradangan, ditandai dengan bentuk komedo tertutup dan terbuka
– Dengan peradangan, dapat muncul dalam bentuk papul, pustul, nodul & kista

Selanjutnya bila jerawat sudah reda, maka masalah yang muncul adalah hiperpigmentasi dan parut jerawat (dapat berupa lubang atau penebalan). Terapi yang diberikan disesuaikan dengan tingkat keparahan dan dapat berupa obat oles, obat telan atau keduanya.

Beberapa terapi penyerta yang disarankan, adalah:
1. Acne peeling, bertujuan untuk mengeringkan jerawat dan menghilangkan bekas jerawat, dengan melakukan pengolesan suatu bahan aktif yaitu, asam salisilat
2. Light therapy, bertujuan untuk mengendalikan koloni P. Acnes, memperbaiki gangguan fungsi kelenjar minyak dan mengatasi peradangan
3. Perawatan kulit yang tepat, yaitu:
– Membersihkan wajah dengan lembut
– Menggunakan pelembab yang sesuai
– Memilih produk perawatan dan kosmetik yang non komedogenik
– Tidak melakukan perawatan facial selama kondisi jerawat masih meradang
4. Suplemen antioksidan

Terapi pada parut jerawat:
1. Obat oles /topikal, dikombinasi dengan salah satu di bawah ini
2. Microneedling
3. Chemical peeling / Mikrodermabrasi
4. Laser Fractional CO2
5. Subsisi

Terapi pada hiperpigmentasi:
1. Chemical / Acne Peeling
2. Laser Fractional NdYAG3
3. Mikrodermabrasi

Jika Anda mengalami masalah Jerawat silakan konsultasi ke Klinik Estetika Lucia. Klinik ini menyediakan layanan konsultasi dokter, berbagai tindakan medis seperti chemical peeling, mikrodermabrasi, laser, microneedling, yang akan direkomendasikan oleh dokter Sp.KK sesuai dengan kebutuhan tiap pasien.

Link terkait: https://pantirapih.or.id/klinikestetika/

Informasi lebih lanjut hubungi:
Klinik Estetika Lucia
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
Jl Cik Ditiro 30 Yogyakarta 55223
Pendaftaran 0274-514004, 514006, 521009 (24 jam) ext 1409

Mohon dapat memberikan rating

Waspada Dengue No ratings yet.

Pada masa pandemi COVID-19 ini, sekitar 50 juta infeksi Dengue juga terjadi setiap tahun dan bahwa penyebaran geografis, insiden, dan tingkat keparahan Demam Berdarah Dengue (DBD) terus meningkat di daerah tropis, termasuk Indonesia.

Sampai saat ini infeksi Dengue tidak termasuk dalam algoritma Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) yang digunakan luas di seluruh dunia, meskipun merupakan diagnosis banding yang penting untuk kasus demam pada anak, yang datang ke fasilitas kesehatan tingkat pertama di daerah tropis. MTBS adalah strategi petugas di fasilitas kesehatan tingkat pertama di negara berkembang, dalam manajemen lengkap anak balita sakit secara rawat jalan, agar tidak ada hal penting yang terlewat. Pada Pedoman MTBS, ada penilaian awal untuk Tanda Umum Penyakit Berbahaya, yaitu tidak dapat minum atau menyusui, muntah hebat, kejang, lesu atau tidak sadar, agar kondisi darurat medis dapat dikenali dan ditangani segera. Selanjutnya diikuti oleh penilaian, klasifikasi, dan pengobatan awal untuk ISPA, diare, malaria, campak, gangguan telinga, gizi buruk, dan bayi muda yang sakit.

Pada MTBS untuk setiap kondisi medis anak mengikuti skema kode warna, yaitu hijau untuk penyakit ringan, misalnya pilek atau diare tanpa dehidrasi, kuning untuk penyakit sedang, misalnya pneumonia yang membutuhkan obat antibiotik telan atau diare dengan dehidrasi yang memerlukan terapi rehidrasi oral. Selain itu adalah merah untuk penyakit parah yang memerlukan rujukan segera ke rumah sakit, misalnya pneumonia berat atau diare dengan dehidrasi berat.

Karena DBD dinyatakan sebagai masalah kesehatan yang signifikan, 13 negara telah memasukkan DBD ke dalam MTBS adaptasi. Ada variasi yang luas dalam adaptasi oleh setiap negara tentang algoritme DBD. Salah satu yang penting adalah daftar tanda bahaya nomer 1 DBD berupa syok, penurunan kesadaran, perdarahan hidung atau mulut dan bintik kemerahan di kulit atau petechiae. Tanda ke 1 ini memiliki sensitivitas 63% dan spesifisitas 92%, dengan nilai prediksi positif 32% dan nilai prediksi negatif 98%. Daftar tanda bahaya nomer 2 berupa ke 4 tanda bahaya 1 ditambah muntah. Untuk mengenali DBD, tanda ke 2 ini memiliki sensitivitas lebih tinggi menjadi 79% dan spesifisitas 64%, dengan nilai prediksi positif 12% dan nilai prediksi negatif 98%.

Penelitian di Indonesia dan Filipina menyimpulkan bahwa keuntungan dari daftar tanda bahaya nomer 2 adalah mengandung kurang dari setengah daftar jumlah tanda dan gejala yang selama ini telah digunaan secara luas. Penambahan tanda bahaya lain seperti sakit kepala, sakit perut dan nyeri tekan, demam tinggi selama tiga hari atau lebih, dan tes tourniquet ternyata tidak menambah sensitivitas yang signifikan untuk deteksi DBD. Data penelitian ini tidak termasuk peran tes laboratorium sederhana, yaitu hematokrit dan jumlah trombosit.

Pada anak demam berusia >2 bulan sampai lima tahun, secara khusus harus diwaspadai karena sifat DBD yang progresif. Mungkin saja tanda aman atau warna hijau dapat keliru, terutama selama beberapa hari pertama demam, karena anak mungkin tidak memiliki tanda bahaya apapun, seperti di kotak merah atau kuning, pada hal masih perlu ditindaklanjuti dengan hati-hati. Syok, rewel, penurunan kesadaran dan perdarahan mukosa, dengan atau tanpa penambahan bintik kemerahan pada kulit atau petechiae dan muntah, adalah tanda bahaya DBD yang penting. Sebaliknya, anak tanpa tanda bahaya ini boleh dianggap aman dan diminta kembali kontrol setiap hari. Setiap petugas kesehatan seharusnya juga mengenali banyak tanda syok lainnya, misalnya ekstremitas dingin, nadi radial lemah, atau waktu isi ulang kapiler memanjang.

Kelemahan potensial adalah rujukan ke RS yang berlebihan, jika hanya petechiae ringan sudah dianggap sebagai tanda bahaya DBD. Pedoman tentang bagaimana tindak lanjut harus dilakukan, dan apa yang harus merupakan tanda bahaya khusus DBD yang mudah dikenali dan diwaspadai oleh orang tua atau pengasuh anak, masih terus dikembangkan. Penelitian kualitatif juga sedang dilakukan, untuk melengkapi penentuan tanda klinis apakah pada anak yang dapat dikenali oleh orang tua di rumah.

Banyak negara ingin memasukkan temuan pemeriksaan fisik anak seperti pembesaran hati atau hepatomegali, bahkan juga hasil tes laboratorium sederhana (hematokrit dan jumlah trombosit) dalam algoritmadi MTBS, tetapi sampai sekarang masih diteliti manfaatnya. Memang layak untuk memeriksa hematokrit bahkan di fasilitas kesehatan primer, baik menggunakan pengambilan darah standar atau mikrokapiler yang mengambil darah dari tusukan jari. Tes ini berbiaya rendah dan membutuhkan peralatan dan keterampilan teknis yang minimal.

Penapisan atau uji saring anak balita dengan demam terkait kewaspadaan akan DBD sangat penting dilakukan, termasuk menggunakan MTBS. Selain agar tidak terlewat, tentunya juga agar tidak terjadi peningkatan beban penyakit, dampak sosial dan ekonomi yang tidak perlu, seperti rujukan ke RS yang berlebihan. Meskipun telah terjadi beberapa kemajuan yang dicapai dalam mengurangi tingkat fatalitas kasus DBD dan pengembangan vaksin dengue, tetapi kedua kemajuan ini belum terjadi merata dan tidak tersedia untuk penggunaan luas bagi masyarakat umum.

Sumber: https://dokterwikan.com/

Artikel ini ditulis oleh: DR. dr. FX. Wikan Indrarto, Sp.A
(Dokter Spesialis Anak Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta)

🏥 Kunjungi Klinik Klinik Tumbuh Kembang Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
Lantai 3 Gedung Rawat Jalan Borromeus
Jl Cik Ditiro 30 Yogyakarta 55223

📲 Informasi lebih lanjut dapat menghubungi 0274-514004, 514006, 521009 (24 jam)

Mohon dapat memberikan rating

Low Back Pain No ratings yet.

Fisioterapi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari, mengembangkan dan menerapkan teknologi terkini untuk perkembangan, perbaikan, serta pemulihan kesehatan sehingga tercapai kondisi prima dan optimal untuk melakukan berbagai aktivitas yang mandiri. Dalam pelayanan kesehatan fisioterapi ditujukan kepada individu atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara, serta memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan. Pelayanan dilakukan baik secara manual untuk peningkatan gerak, maupun dengan peralatan yang bersifat fisik, pelatihan fungsi dan komunikasi.

Di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta, layanan fisioterapi diberikan dengan kualitas global dan berorientasi pada problematika pasien. Layanan di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta  menggunakan konsep fisioterapi terkini, didukung oleh alat-alat fisioterapi modern dan tenaga fisioterapis yang profesional.

Low Back Pain adalah suatu sindrome dengan manifestasi klinis berupa nyeri di daerah pinggang bawah bersifat local dengan atau tanpa gejala yang berasal dari organ dalam daerah lain.

Gambaran klinis berupa nyeri pinggang bawah disebabkan oleh:
– Cidera angkat barang / cidera olahraga dengan posisi yang tidak tepat (Muscle Back Strain)
– 
HNP lumbal
– Spondylolisthesis lumbal
– Spondylosis / spondyloarthrosis
– Syndrome myofascial
– Canalis stenosis medulla spinalis
– Compresi fraktur vertebra lumbal
– TBC tulang belakang
– Osteoporosis vertebra lumbal
– Tumor / varices spinalis

PEMERIKSAAN
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan khusus
3. Pemeriksaan penunjang

PENATALAKSANAAN
Fase Akut (kurang dari 48 jam setelah terjadi gangguan)
1. Bed rest total
2. Cold teraphy / Terapi dingin
3. Tens / Interferential terapi
4. Positioning
5. Stabilisasi lumbal

Fase Pemulihan:
1. Terapi hangat
2. Terapi stimulasi (Tens / Interferential terapi)
3. Terapi stabilisasi pasif (pasang korset)
4. Terapi stabilasi aktif (senam untuk meningkatkan kekuatan otot lumbal dan perut)
5. Lumbal traksi elektris jika memungkinkan sesuai dengan hasil MRI
6. Manual terapi lumbal

Fase Rehabilitasi:
1. Lifting teknik yang benar: cara mengangkat / dorong beban dll
2. Ergonomic saat beraktivitas (tidur, duduk, berdiri, jalan, posisi meja dan kursi saat bekerja dll)
3. Berenang

Baca juga artikel:
https://pantirapih.or.id/rspr/layanan-rehabilitasi-medik-rs-panti-rapih/
https://pantirapih.or.id/rspr/dilema-anak-telat-bicara/
https://pantirapih.or.id/rspr/paket-fisioterapi-rs-panti-rapih/

Informasi lebih lanjut hubungi:

Instalasi Rehabilitasi Medik
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
Jl Cik Ditiro 30 Yogyakarta 55223
Telp 0274-514004, 514006, 521009 (24 jam) ext 1012

Mohon dapat memberikan rating

Anak Autis No ratings yet.

WHO merilis versi online program pelatihan untuk para pengasuh anak dengan keterlambatan perkembangan, termasuk autisme. Program yang telah diujicobakan dalam format tatap muka di lebih dari 30 negara, seperti Brasil, India, Italia, dan Kenya, mengajarkan keterampilan sehari-hari kepada orang tua dan pengasuh, agar dapat membantu meningkatkan kesejahteraan dan perkembangan anak autis dan gangguan perkembangan lainnya. 

Di banyak bagian dunia, khususnya di wilayah berpenghasilan rendah, orang yang merawat anak autis sering kekurangan akses ke informasi dan layanan yang mereka butuhkan. Peluncuran modul pelatihan versi elektronik berarti bahwa ribuan keluarga sekarang akan dapat memperoleh manfaat darinya. Pelatihan online mencakup sesi informasi yang direkam sebelumnya, tentang topik umum untuk menggunakan kegiatan rutin sehari-hari sebagai kesempatan bagi anak untuk belajar, terlibat aktif dengan teman melalui permainan, dan pemecahan masalah. Program ini telah dikembangkan dengan kolaborasi bersama organisasi ‘Autism Speaks’, yang secara khusus dirancang untuk membantu komunitas dengan sumber daya rendah.

Gangguan Spektrum Autisme (ASD) adalah kelompok kondisi mental yang beragam, yang dicirikan dengan beberapa tingkat kesulitan interaksi sosial dan komunikasi. Karakteristik lainnya adalah pola aktivitas dan perilaku yang tidak biasa, seperti kesulitan transisi dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya, fokus pada detail, dan reaksi yang tidak biasa terhadap sensasi. Karakteristik autisme dapat dideteksi pada anak usia dini, tetapi autisme sering tidak terdiagnosis sampai jauh di kemudian hari. Anak dengan autisme sering memiliki penyakit saraf pusat lainnya yang terjadi bersamaan, seperti epilepsi, depresi, kecemasan, hiperaktif, gangguan pemusatan perhatian dan perilaku yang berbahaya seperti kesulitan tidur dan keinginan melukai diri sendiri. Derajat intelektual anak autis sangat bervariasi, mulai dari gangguan berat hingga tingkat yang lebih tinggi.

Diperkirakan di seluruh dunia sekitar satu dari 100 anak menderita autisme. Prevalensi autisme di banyak negara berpenghasilan rendah dan menengah tidak diketahui. Bukti ilmiah yang tersedia menunjukkan bahwa mungkin ada banyak faktor yang membuat anak lebih mungkin menderita autisme, termasuk faktor lingkungan dan genetik. Data epidemiologi yang tersedia menyimpulkan bahwa tidak ada bukti hubungan sebab akibat antara vaksin campak, gondok dan rubella (MMR) dengan autisme. Penelitian sebelumnya diklaim menunjukkan hubungan sebab akibat, ternyata penelitian tersebut ditemukan penuh dengan kelemahan metodologis. Juga tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa vaksin masa balita lainnya dapat meningkatkan risiko terjadinya autisme. Tinjauan bukti tentang hubungan potensial antara pengawet thiomersal dan ajuvan aluminium yang terkandung dalam vaksin yang tidak aktif dan risiko autisme, telah disimpulkan bahwa dengan sangat meyakinkan bahwa vaksin tidak meningkatkan risiko autisme.

Berbagai intervensi medis dan psikologis pada anak usia dini dan sepanjang rentang kehidupan, dapat mengoptimalkan perkembangan, kesehatan, kesejahteraan, dan kualitas hidup anak autis. Akses tepat waktu ke intervensi psikososial, memiliki bukti awal dapat meningkatkan kemampuan anak autis untuk berkomunikasi secara efektif dan berinteraksi secara sosial. Pemantauan perkembangan anak sebagai bagian dari perawatan kesehatan ibu dan anak secara rutin, sangatlah direkomendasikan.

Semua anak, termasuk penyandang autisme, berhak untuk menikmati standar kesehatan fisik dan mental tertinggi yang dapat dicapai. Namun, anak autis sering mengalami stigma dan diskriminasi, termasuk perampasan perawatan kesehatan yang tidak adil, pendidikan dan kesempatan untuk terlibat dan berpartisipasi dalam komunitas mereka. Anak dengan autisme memiliki masalah kesehatan yang sama dengan populasi umum. Namun demikian, anak autis memiliki kebutuhan perawatan kesehatan khusus yang berkaitan dengan autisme atau penyakit lain yang terjadi bersamaan. Anak autis mungkin lebih rentan untuk mengalami penyakit kronis tidak menular, karena faktor risiko gangguan perilaku seperti aktivitas fisik yang aneh dan pilihan diet yang buruk, dan mengalami risiko yang lebih besar mengalami kekerasan, cedera dan pelecehan.

Anak dengan autisme memerlukan layanan kesehatan untuk kebutuhan perawatan kesehatan umum, termasuk layanan promotif dan preventif serta pengobatan penyakit akut dan kronis. Namun demikian, anak autis memiliki tingkat kebutuhan perawatan kesehatan yang tidak terpenuhi, justru lebih tinggi dibandingkan dengan populasi umum. Program pelatihan versi online bagi pengasuh anak autis yang dikembangkan ‘Autism Speaks’ pada komunitas dengan sumber daya rendah, akan membantu anak autis mendapatkan haknya dalam layanan kesehatan, kesejahteraan dan juga pendidikan.

Sumber: https://dokterwikan.com/

Artikel ini ditulis oleh: DR. dr. FX. Wikan Indrarto, Sp.A
(Dokter Spesialis Anak Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta)

🏥 Kunjungi Klinik Klinik Tumbuh Kembang Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
Lantai 3 Gedung Rawat Jalan Borromeus
Jl Cik Ditiro 30 Yogyakarta 55223

📲 Informasi lebih lanjut dapat menghubungi 0274-514004, 514006, 521009 (24 jam)

Mohon dapat memberikan rating

Pencegahan Malaria No ratings yet.

Jumat, 3 Juni 2022 diterbitkan rekomendasi WHO yang telah diperbarui untuk pencegahan atau kemoprevensi malaria pada anak dan ibu hamil. Terdapat 3 rekomendasi pencegahan (kemoprevensi) malaria utama, yaitu musiman, perenial pada bayi dan intermiten pada kehamilan.

Kemoterapi preventif adalah penggunaan obat, baik tunggal atau dalam kombinasi, untuk mencegah infeksi malaria dan komplikasinya. Pemberian obat antimalaria ditujukan untuk populasi yang rentan, yaitu bayi, anak balita dan ibu hamil, pada periode waktu dengan risiko terinfeksi malaria terbesar, terlepas dari status infeksinya. Kemoterapi preventif termasuk pengobatan pencegahan intermiten pada bayi, anak sekolah dan wanita hamil, kemoprevensi malaria musiman, kemoprevensi malaria pasca pulang dari daerah endemis dan pemberian obat massal.

Di beberapa daerah, malaria sangat musiman, dengan sebagian besar kasus terjadi dalam waktu singkat selama musim hujan. Kemoprevensi malaria musiman dirancang untuk melindungi anak dari infeksi yang ada dan mencegah infeksi malaria selama musim tersebut. Hal ini dicapai melalui pemberian obat antimalaria setiap bulan, biasanya kombinasi sulfadoksin pirimetamin plus amodiakuin (SP+AQ), selama musim hujan berlangsung.

Rekomendasi WHO yang diperbarui tentang kemoprevensi malaria musiman berbeda dari rekomendasi awal 2012 setidaknya dalam 2 hal yang signifikan, yaitu batas geografis dan dosis. Tidak ada lagi batasan geografis penggunaan hanya di subkawasan Sahel di Afrika. Sebelumnya tidak direkomendasikan kemoprevensi malaria musiman di luar Sahel, meski dengan penularan malaria musiman yang tinggi, seperti di Afrika bagian selatan, karena tingkat resistensi yang tinggi terhadap obat-obatan (SP dan AQ) di daerah tersebut. Rekomendasi yang diperbarui menyebutkan bahwa di bagian lain Afrika dengan variasi musiman yang tinggi dalam beban malaria, juga dapat memperoleh manfaat kemoprevensi malaria musiman, dan bahwa ketersediaan obat baru dapat menjadikannya intervensi yang layak.

Rekomendasi awal menyatakan bahwa maksimal 4 dosis obat kemoprevensi malaria musiman harus diberikan selama musim hujan dalam penularan malaria yang tinggi. Panduan yang diperbarui menyatakan bahwa kemoprevensi malaria musiman harus diberikan selama musim puncak penularan malaria, tanpa menentukan jumlah siklus bulanan yang spesifik. Sementara rekomendasi lama membatasi penggunaan untuk anak balita, rekomendasi baru merekomendasikan intervensi ini untuk semua anak dengan risiko tinggi malaria berat, yang dapat meluas ke anak yang lebih tua di beberapa lokasi.

Di beberapa negara lainnya, malaria adalah penyakit sepanjang tahun, dan penularannya stabil tinggi. WHO telah merekomendasikan penggunaan pengobatan pencegahan intermiten pada bayi, sekarang disebut kemoprevensi malaria perenial di beberapa negara ini sejak 2010. Rekomendasi yang diperbarui berbeda dari rekomendasi 2010 setidaknya dalam 2 hal penting, yaitu dosis sesuai usia dan interval pemberian. Rekomendasi awal menyatakan bahwa tiga dosis obat SP harus diberikan hanya pada bayi usia 2, 3 dan 9 bulan melalui program imunisasi rutin, bersamaan dengan dosis ke-2 dan ke-3 vaksin DPT/Penta dan campak. Rekomendasi baru menghapus spesifikasi ketat ini untuk jumlah dosis, serta usia di mana mereka harus diberikan. Ini juga memperluas kelompok usia target untuk memasukkan anak berusia lebih dari 1 tahun di tempat di mana beban penyakit parah tinggi.

Rekomendasi terbaru adalah pengobatan pencegahan malaria intermiten selama kehamilan. Infeksi malaria selama kehamilan menimbulkan risiko besar tidak hanya untuk ibu, tetapi juga untuk janin dan bayi yang baru lahir. Bukti yang tersedia terus menunjukkan bahwa pengobatan pencegahan intermiten selama kehamilan dengan SP adalah strategi yang aman dan sangat hemat biaya untuk mengurangi beban penyakit pada kehamilan, serta hasil kehamilan dan kelahiran yang merugikan.

Rekomendasi terbaru tentang kemoprevensi malaria selama kehamilan berbeda dari rekomendasi awal 2012 setidaknya dalam 2 hal penting, yaitu prosedur pemberian dan usia kehamilan. Rekomendasi yang diperbarui tidak membatasi prosedur pemberian SP pada ibu hamil hanya pada saat kontrol hamilan (ANC) saja, oleh karena ada ketidakadilan dalam akses ke layanan ANC, sehingga metode pemberian lainnya, seperti melalui kader kesehatan di masyarakat, dapat diijinkan. Di daerah endemis malaria, kemoprevensi malaria selama kehamilan sekarang direkomendasikan untuk semua wanita hamil, berapapun jumlah paritas atau kehamilannya. Sebelumnya, direkomendasikan hanya pada ibu dengan kehamilan pertama dan kedua saja.

Jumlah kasus malaria di Indonesia pada tahun 2021 sebesar 304.607 kasus, jumlah ini menurun jika dibandingkan jumlah kasus pada tahun 2009, yaitu sebesar 418.439. Angka kasus kesakitan malaria, yang dinyatakan dengan indikator Annual Paracite Incidence (API) sebesar 1,1 kasus per 1000 penduduk. Sampai dengan tahun 2021, sebanyak 347 dari 514 kabupaten/kota atau 68% sudah dinyatakan mencapai eliminasi.

Penggunaan panduan terbaru kemoprevensi malaria musiman, perenial pada bayi dan intermiten selama kehamilan menggunakan obat kombinasi sulfadoksin pirimetamin plus amodiakuin (SP+AQ) untuk pencegahan malaria seharusnya dilakukan tanpa kendor, termasuk di Indonesia.

Sumber: https://dokterwikan.com/

Artikel ini ditulis oleh: DR. dr. FX. Wikan Indrarto, Sp.A
(Dokter Spesialis Anak Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta)

🏥 Kunjungi Klinik Klinik Tumbuh Kembang Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
Lantai 3 Gedung Rawat Jalan Borromeus
Jl Cik Ditiro 30 Yogyakarta 55223

📲 Informasi lebih lanjut dapat menghubungi 0274-514004, 514006, 521009 (24 jam)

Mohon dapat memberikan rating

Mengenal dan Memahami Patah Tulang Pada Anak No ratings yet.

Pada saat ini animo masyarakat untuk menjaga kesehatan cukup tinggi, sehingga anak-anak pun ikut tertarik untuk melakukan aktifitas olahraga. Tapi sayang animo yang cukup besar tidak diimbangi dengan pengetahuan yang cukup bagaimana melakukan olahraga yang benar, sehingga menyebabkan sering terjadi cedera, dan salah satu yang paling sering terjadi adalah patah tulang (fraktur). Patah tulang bisa mengenai semua umur, termasuk pada anak-anak. Patah tulang pada anak-anak berbeda dengan orang dewasa. Hal ini sangat penting diketahui karena keberhasilan diagnostik dan terapi penyakit ortopedik pada kelompok usia ini berbeda. Bentuk patah tulang yang unik pada anak-anak adalah hasil dari perbedaan anatomis, biomekanis dan fisiologi antara anak-anak dengan dewasa.

KARAKTERISTIK TULANG ANAK

Salah satu perbedaan tulang anak-anak dengan orang dewasa ialah adanya Lempeng Pertumbuhan (growth plate/lempeng epifisis) pada tulang anak-anak. Lempeng pertumbuhan berbentuk tulang rawan dan melekat erat pada metafisis (bagian tulang yang sudah dewasa yang baru dibentuk oleh lempeng epifisis. Keduanya dibungkus oleh selubung (periosteum) yang sangat tebal dan kuat, serta mampu menghasilkan tulang baru dalam proses penyembuhan tulang yang patah. Lempeng tulang membuat tulang menjadi lebih besar dan lebih panjang seiring dengan kepadatan tulang yang juga meningkat. Struktur anatomis tulang pada anak mempunyai fleksibilitas yang tinggi sehingga ia mempunyai kemampuan seperti “biological plasticity”. Hal ini menyebabkan tulang anak-anak dapat membengkok tanpa patah atau hancur, sehingga dapat terjadi gambaran fraktur yang unik pada anak yang tidak dijumpai pada dewasa. Pada anak-anak, pertumbuhan merupakan dasar terjadinya remodeling (kembali ke bentuk anatomi normal). Pertumbuhan diafisis (bagian tulang yang sudah dewasa) tulang panjang akan menghasilkan pertambahan panjang tulang. Secara spesifik, keberadaan lempeng pertumbuhan, periosteum yang tebal, serta kemampuan tulang anak-anak yang elastik seperti karet, dan kemampuan mengalami remodeling adalah dasar dari gambaran fraktur yang khas pada anak-anak.

FRAKTUR

Terdapat beberapa fraktur yang sering terjadi pada anak, antara lain fraktur garis rambut, fraktur green stick (seperti ranting patah) dimana tulang tampak membengkok tanpa adanya garis fraktur, dan fraktur buckle atau torus (kompresi). Fraktur-fraktur ini termasuk fraktur yang tidak berat dan stabil, dan sembuh dalam 2-3 minggu dengan immobilisasi. Sedangkan, fraktur intra-artikuler (di dalam sendi) atau fraktur melibatkan fisis (fisis, epfisis, metafisis) berpotensi lebih berbahaya dan dapat berakibat jelek di kemudian hari. Penyembuhan fraktur pada anak-anak mulai saat lahir sangat cepat dan berangsur-angsur berkurang setelah anak bertambah usianya. Sebagai contoh, fraktur femur (tulang paha) pada bayi baru lahir akan sembuh dalam waktu tiga minggu, pada anak usia 8 tahun akan sembuh dalam waktu 8 minggu, anak usia 12 tahun akan sembuh dalam 12 minggu, dan seterusnya.

GEJALA
Apabila anak mengalami cedera, orang tua bisa saja curiga ia mengalami patah tulang bila menemukan gejala-gejala seperti :
1. Adanya riwayat cedera/trauma
2. Timbul rasa sakit/nyeri dan terjadi pembengkakan, kemerahan/kebiruan serta terasa panas di daerah yang patah
3. Terjadinya perubahan bentuk/deformitas
4. Menurunnya fungsi hingga tidak dapat digerakkan daerah anggota gerak yang mengalami patah
5. Keterbatasan lingkup gerak sendi

PENATALAKSANAAN
Prinsip utama penanganan patah tulang pada anak adalah secara konservatif (tanpa operasi), baik dengan cara manipulasi tertutup atau pun traksi berkesinambungan. Sebagian besar fraktur pada anak-anak dan remaja akan ditangani dengan reduksi tertutup dan pembalutan dengan gips atau traksi. Satu-satunya cara untuk menahan reduksi adalah dengan menggunakan gips.
Fungsi utama gips adalah mencegah supaya tidak terjadi pergeseran pada tulang yang patah atau retak, mempertahankan kedudukan tulang yang patah dengan baik sehingga tidak terjadi angulasi (perubahan bentuk), dan menghilangkan rasa nyeri dengan menghambat pergerakan kedudukan tulang yang patah. Rata-rata gips dipasang selama 2-8 minggu, bergantung dari jenis patahnya dan timbulnya tulang baru yang disebut callus (lem tulang). Callus ini mulai timbul pada anak-anak dalam waktu 10 hari-2 minggu, adanya callus sebagai tanda bahwa penyembuhan sudah mulai terjadi. Untuk memastikannya, perlu dilakukan foto rontgen terlebih dahulu. Dalam kurun waktu 5-6 minggu patah tulang bisa sembuh total. Perlu dilakukan observasi klinis yang regular dan kompeten oleh dokter untuk mencegah terjadinya komplikasi pada kasus patah tulang pada usia anak, karena anak-anak belum dapat mendeskripsikan rasa nyeri, gangguan sensori, dan sirkulasi atau tanda-tanda komplikasi lainnya.

 

 

Artikel ini ditulis oleh: dr. Alexander Mateus, Sp.OT.
(Dokter Spesialis Ortopedi Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta)

🏥 Kunjungi Klinik Bedah Tulang Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
Lantai 4 Gedung Rawat Jalan Borromeus
Jl Cik Ditiro 30 Yogyakarta 55223

📲 Informasi lebih lanjut dapat menghubungi 0274-514004, 514006, 521009 (24 jam)

Mohon dapat memberikan rating