Memahami Kejang pada Anak 5/5 (1)

Kejang Demam merupakan bentuk kejang akut, yang sering dijumpai. Kejang demam terjadi pada 2 – 4 % anak usia 6 bulan – 5 tahun. Kejadian kejang ini sering menakutkan bagi orang tua. Sebenarnya dalam 25 tahun terakhir diketahui bahwa kejang demam tidaklah menakutkan. Kejang Demam tidak berhubungan dengan adanya kerusakan otak dan hanya sebagian kecil saja yang akan berkembang menjadi epilepsi.

Definisi Kejang Demam adalah kejang yang disebabkan oleh kenaikan suhu tubuh minimal 37,8 derajat Celcius atau lebih dari 38,4 derajat Celcius tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit pada anak berusia 6 bulan – 5 tahun, dan tidak ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya.

Kejang demam diklasifikasikan sebagai Kejang Demam Kompleks bila bersifat fokal, berlangsung lama (>10 - 15 menit), atau berulang (> 1 kali serangan selama 24 jam demam). Sebaliknya Kejang Demam Sederhana adalah kejang yang berlangsung satu kali, singkat, dan bersifat umum. Anak dapat saja normal atau mempunyai kelainan neurologis. Anak biasanya berusia antara 6 bulan sampai 3 tahun dan paling sering pada usia 18 bulan. Bila kejang demam berlangsung terus sampai diatas usia 6 tahun atau pernah mengalami kejang tanpa demam maka dapat diklasifikasikan sebagai epilepsi

Kejang pada anak - RS Panti Rapih Yogyakarta

Penyebab demam tersering pada anak-anak adalah infeksi saluran pernafasan, radang telinga, diare, infeksi saluran kemih, dll.

Penyebab kejang demam tidak diketahui, faktor genetik memegang peranan penting. Menurut Berg et all, 24% anak yang menderita kejang demam, di keluarga dekatnya juga ada yang menderita kejang demam dan hanya 20% yang di keluarga dekatnya tidak menderita kejang demam.

Apakah kejang demam mempengaruhi kognitif ? Anak yang mengalami kejang demam jarang yang mengalami gangguan intelek dan belajar. IQ pada 42 anak dengan kejang demam tidak berbeda dengan saudara kandungnya (Ellenberg & Nelson). Tetapi kejang demam lama mengakibatkan IQ lebih rendah, dan kasus retardasi mental 5 kali lebih sering terjadi bila diikuti kejang tanpa demam.
Faktor risiko berulangnya kejang demam, adalah (1) riwayat kejang dalam keluarga; (2) usia kurang dari 18 bulan; (3) temperatur tubuh saat kejang, dimana makin rendah temperatur saat kejang makin sering berulang; dan (4) lamanya kejang sebelum kejang.

Adapun faktor risiko terjadinya epilepsi dikemudian hari adalah (1) sebelum kejang demam yang pertama sudah ada kelainan neurologis atau perkembangan; (2) adanya riwayat kejang tanpa demam (epilepsi) pada orang tua atau saudara kandung; (3) kejang berlangsung > 15 menit atau fokal.

Pada umumnya kejang akan berlangsung singkat, kurang dari 5 menit, dan berhenti sendiri. Pengobatan saat kejang adalah suntikan diazepam intravena atau diazepam per rectal. Oleh karena demam merupakan pencetus terjadinya kejang, maka pencegahan kenaikan suhu tubuh adalah pendekatan yang utama.

Pengobatan yang dianjurkan saat ini adalah pemberian antipiretik dan diazepam oral atau diazepam rectal pada saat demam diatas 38,5 derajat Celcius. Pengobatan jangka panjang telah ditinggalkan akan tetapi pengobatan angka panjang dapat dipertimbangkan pada keadaan pasien dengan kelainan neurologis yang menetap, kejang fokal, kejang demam sering berulang, atau tinggal jauh dari fasilitas kesehatan. Obat yang digunakan adalah fenobarbital atau asam valproat. Serangan kejang sangat menakutkan bagi orangtua pasien, oleh karenanya edukasi dan dukungan empati yang cukup pada orang tua sangatlah diperlukan. Orang tua sebaiknya mengenali pada suhu berapa anak mulai kejang, menyediakan termometer pengukur suhu badan, obat penurun panas, dan obat penghenti kejang. Tindakan pada saat anak kejang perlu dipahami pada anak dan keluarga.

Kapan anak dibawa ke rumah sakit?

Ketika kejang berlangsung lebih dari 10 menit, kejang fokal, kejang berulang dalam 24 jam, demam tinggi lebih dari 39 derajat Celcius, jenis kejang lain dari biasanya, atau setelah kejang berhenti anak menjadi tidak sadar.

Tips atasi kejang demam untuk orang tua

  1. Segera beri penurun panas pada anak yang demam
  2. Suhu tubuh normal adalah 36-37 derajat Celcius
  3. Dinyatakan demam apabila suhu melalui termometer ketiak >37,2 derajat Celcius, melalui mulut/telinga >37,8 derajat Celcius dan melalui anus >38 derajat Celcius
  4. Kompres dengan air hangat
  5. Jangan diselimuti dengan selimut yang tebal
  6. Bila terjadi kejang jangan panik, segera longgarkan pakaiannya, buang semua yang menghambat saluran napas, miringkan posisi tubuh anak agar tidak tersedak, berikan obat antikejang yang disarankan dokter bila anak pernah riwayat kejang.

Kunjungi Klinik Tumbuh Kembang atau Klinik Anak Terpadu Yacinta Rumah Sakit Panti Rapih untuk mengetahui informasi lebih lanjut seputar kesehatan anak.

Ditulis oleh dr. Th. Noor Widiastuti, Sp.A.
Dokter Spesialis Anak Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

Rating untuk artikel/halaman ini : 5/5 (1)

Mohon dapat memberikan rating

Pemeriksaan Laboratorium Penderita Demam Dengue (DF) dan Demam Berdarah Dengue (DHF) No ratings yet.

Demam Berdarah jenis ini ditemukan pertama kali pada tahun 1779 oleh David Bylon. Kemudian antara tahun 1953 sampai 1965, DHF dilaporkan terdapat di India, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam. Pada tahun 1959 flavovirus dengan tipe 2,3 dan 4 dapat diisolasi di Filipina dan tipe 1 dapat diisolasi di Thailand. Selama periode 1956 hingga 1992, di Indonesia telah dilaporkan sebanyak 255.980 kasus dan 9.980 diantaranya dinyatakan meninggal dunia.

Etiologi Virus Dengue
Jenis Virus : Virus dengue
Famili: flaviviridae
Genus: flavivirus
4 serotipe: DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4
Penularan: gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albofictus
Keempat serotipe ini mempunyai sifat antigen yang berbeda, sehingga bila terinfeksi dengan salah salah satu serotipe hanya akan memberikan kekebalan seumur hidup untuk serotipe tersebut, tetapi tidak memberikan kekebalan silang untuk serotipe lain

Diagnosis Laboratorium
A. Spesifik
1. Isolasi virus (Kultur)
Biakan sel dari nyamuk Aedes aegypti atau penderita, membutuhkan waktu 2 minggu, merupakan cara diagnosa laboratorium yang terbaik karena hasilnya langsung akan dapat diketahui sampai ada serotipenya (Gold Standard). Permasalahannya adalah tindakan sulit dan mahal biayanya.

2. Deteksi Antigen
identifikasi molekuler
a. Hibridisasi DNA-RNA dan atau amplifikasi segmen tertentu dengan metode PCR
- Mahal
- rumit
- membutuhkan peralatan khusus

b. Antigen NS1
Suatu glikoprotein non struktural dari gen virus dengue
- Mendeteksi semua jenis virus dengue
- Berhubungan dengan replikasi virus

c. Serologi:
Didasarkan atas timbulnya antibodi pada penderita yang terjadi setelah infeksi
- Haemagglutination Inhibition (HI)
- Complement Fixation
- Neutralization
- Enzyme Immuno Assay
- Ig M dan Ig G rapid

Ig M dan Ig G (Rapid)
- Rapid Captured Immunochromatographic Ig M dan Ig G
- Dapat mendeteksi infeksi dengue akut sekaligus membedakan infeksi primer – sekunder (15 menit)
- Membantu konfirmasi diagnosis klinis
- Dapat membedakan infeksi primer dan sekunder melalui penentuan (setting) cut-off level Ig M dan Ig G,
- Cut-off Ig M ditentukan untuk mendeteksi kadar antibodi yang secara khas muncul pada infeksi virus dengue primer dan sekunder.
- Cut-off antibodi Ig G ditentukan hanya mendeteksi antibodi kadar tinggi yang secara khas muncul pada infeksi virus dengue sekunder dan setara dengan titer HI > 1 : 2560 (tes HI sekunder)

B. Non Spesifik
Hematologi
Hitung trombosit (AT) -> menurun (trombositopenia)
- Virus secara langsung menyerang megakariosit dan mieloid & penghancuran trombosit oleh sistem retikuloendotelial
- mulai menurun pada fase demam (hari 2 - 3) mencapai jumlah terendah pada hari 5 akan meningkat kembali dengan cepat pada hari 6 –7 mencapai jumlah normal pada hari 7 – 10
- derajat terombositopenia berhubungan dengan beratnya penyakit

Hematokrit (Hmt) dan hemoglobin (Hb)
- Hmt meningkat > 20% -> hemokonsentrasi
- Hb -> bila terjadi perdarahan Hb menurun sehingga Hmt bisa menurun atau tetap meskipun terjadi hemokonsentrasi -> hati-hati bila Hmt untuk memonitor

Limfosit Plasma Biru (LPB) -> > 5%
Merupakan suatu limfosit reaktif karena adanya peningkatan DNAdalam nuleus dan RNA dalam itoplasma yang disebabkan oleh adanya respon imun terhadap virus

Jumlah lekosit (AL) dan Hitung jenis lekosit (HJL)
- Al menurun
- HJL ® monositosis
- Jumlah monosit absolut berbanding terbalik dngan jumlah trombosit
- Seakin tinggi jumlah monosit ® semakin banyak monosit yang terinfeksi -> penyakit semakin berat

Waktu prothrombin (PTT)
Untuk mengetahui adanya gangguan faktor ekstrinsik (faktor III dan faktor VII) -> memanjang

Activated prothrombin time (APTT)
Untuk mengetahui adanya gangguan faktor intrinsik (F XII, XI, IX, X, II dan I) -> memanjang

Fibrinogen -> turun
D-dimer, kalau meningkat menunjukkan adanya Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)

Kimia
Transaminase (SGPT dan SGOT) -> meningkat

 

Pemeriksaan Laboratorium diperlukan untuk mengetahui apakah tubuh terkena Demam Berdarah Dengue atau tidak. Pemeriksaan yang sering dilakukan adalah Tes Darah Lengkap, NS1, dan Imunoglobulin.

Informasi & Pendaftaran Laboratorium RS Panti Rapih

0274 563333 ext 1050 (24 jam)

Kunjungi Laboratorium Rumah Sakit Panti Rapih untuk mengetahui informasi lebih lanjut seputar virus Dengue.

 

Ditulis oleh dr. Tri Djoko Endro Susilo
Kepala Instalasi Laboratorium RS Panti Rapih

Rating untuk artikel/halaman ini : No ratings yet.

Mohon dapat memberikan rating

Yuk Bergerak dan Menjauh dari Stroke No ratings yet.

Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan tertinggi di Indonesia, Orang yang menderita stroke terkadang tidak mampu kembali beraktivitas seperti sedia kala dan membuat dirinya sangat tergantung dengan orang lain, pada pasien usia produktif dapat berdampak pada ekonomi dan psikologis pasien dan keluarganya.

Stroke memang terjadi secara tiba-tiba, tetapi bukan karena tanpa sebab. Stroke memilik factor risko yang bertanggung jawab pada proses terjadinya stroke, faktor risiko tersebut dibagi menjadi 2 yaitu yang tidak dapat diubah seperti usia, jenis kelamin, ras dan yang masih dapat diubah atau dilakukan pengendalian seperti tekanan darah yang tinggi, penyakit gula, kolesterol tinggi, penyakit jantung, merokok, kurang olah raga, dan obesitas.

Era digital saat ini semua kegiatan dapat dikerjakan dengan teknologi komputer dan juga smartphone, hal ini membuat banyak orang menjadi kurang melakukan aktivitas fisik dan cenderung duduk diam didepan komputer atau perangkat elektronik lain. Budaya di Indonesia dimana lebih banyak mengendarai kendaraan untuk bepergian walaupun jaraknya dekat membuat banyak orang Indonesia yang kutrang melakukan aktivitas fisik.

Kekurangan aktivitas fisik ini dapat menyebabkan terjadinya obesitas dan gangguan metabolic lainnya, World Stroke Day 2020 pada tanggal 29 Oktober mengangkat tema Join The Movement, tema ini mengajak semua orang untuk lebih aktif bergerak untuk mencegah stroke. Tema tahun ini merupakan kelanjutan tema 2019 yang mengedukasi kita semua Don’t be The One sehingga kita bukan menjadi salah satu penderita stroke.

Aktif bergerak merupakan kegiatan sederhana yang sangat bermanfaat untuk mencegah stroke, mulai dengan hal-hal sederhana seperti olah raga ringan, parkir mobil lebih jauh sehingga kita bisa berjalan lebih jauh, hindari lift dan gunakan tangga, berjalan kaki atau bersepeda bila ingin pergi ke tempat yang tidak jauh dari rumah, menggunakan gym ball untuk duduk di ruang kerja, membuat jadwal olahraga yang teratur, melakukan senam rutin bersama komunitas dan hal-hal kecil bermakna lainnya.

Selain aktif bergerak tetap harus mengontrol faktor risiko lain seperti hipertensi, diabetes, dyslipidemia dan penyakit jantung dengan berkonsultasi ke dokter, faktor risiko yang terkontrol baik akan mencegah terjadinya serangan stroke pada diri kita.

Mari aktif bergerak, lakukan hal-hal kecil untuk menjauhkan diri dari stroke. #jointhemovement #dontbetheone #Worldstrokeday2020

Kunjungi Klinik Saraf Rumah Sakit Panti Rapih untuk mengetahui informasi lebih lanjut seputar Demensia.

Ditulis oleh dr. Esdras Ardi Pramudita, Sp.S., M.Sc (Dokter Spesialis Saraf & Kepala Bidang Pelayanan Medik Rumah Sakit Panti Rapih)

Mohon dapat memberikan rating

Gangguan Saraf Akibat Penyakit Gula No ratings yet.

Diabetes mellitus (DM), atau disebut juga sebagai “penyakit gula” oleh masyarakat, merupakan salah satu jenis penyakit kronik yang sering dijumpai. DM ditandai dengan kadar gula darah di atas normal. Pemeriksaan kadar gula darah untuk mendeteksi penyakit ini ada 4 macam, yaitu: pemeriksaan kadar gula darah setelah berpuasa selama kurang lebih 8 jam, pemeriksaan kadar gula darah 2 jam setelah pemberian asupan gula sebanyak kurang lebih 75 mg, pemeriksaan kadar gula darah sewaktu, dan pemeriksaan kadar HbA1C. Peningkatan kadar gula darah tersebut sering kali disertai dengan beberapa gejala khas seperti: banyak makan atau peningkatan nafsu makan meskipun tidak ada peningkatan aktivitas, banyak minum atau sering merasa kehausan, sering kencing, memiliki luka yang tidak kunjung sembuh, dan penurunan berat badan meskipun pola makan atau tingkat aktivitas tidak berubah. Penyakit DM yang tidak tertangani dengan baik akan menimbulkan berbagai komplikasi pada jantung, pembuluh darah, otak, dan saraf.

Neuropati diabetikum merupakan komplikasi yang terjadi pada saraf tepi akibat penyakit DM. Kondisi ini sering muncul pada pasien yang menderita DM jangka lama dan/atau kadar gula darah tidak terkontrol dengan baik. Pasien yang berusia lanjut, merokok, dan memiliki penyakit penyerta seperti dislipidemia (kadar lemak darah tidak normal) dan hipertensi (tekanan darah tinggi) juga cenderung lebih sering mengalami neuropati diabetikum.

Pasien yang menderita kondisi ini dapat mengalami gejala-gejala sebagai berikut: rasa kesemutan, rasa nyeri seperti tertusuk-tusuk jarum, rasa panas atau sensasi terbakar, dan rasa tebal pada ujung tangan dan kaki yang memberikan kesan “seperti sedang menggunakan sarung tangan dan kaus kaki”. Gejala-gejala tersebut merupakan gejala yang khas atau sering dijumpai pada neuropati diabetikum. Gejala lain yang tidak khas meliputi: kelemahan otot, gangguan tekanan darah (misalnya hipotensi ortostatik), gangguan irama jantung (misalnya aritmia), gangguan pencernaan (misalnya gastroparesis), dan gangguan berkemih (misalnya sulit mengeluarkan air seni).

Mengontrol kadar gula darah dengan menggunakan obat anti diabetes, berolah raga rutin, serta mengatur pola makan dan jenis makanan merupakan kunci utama dari penanganan neuropati diabetikum. Berolah raga rutin, selain bermanfaat untuk mengontrol kadar gula darah, juga bermanfaat untuk menurunkan berat badan dan menstabilkan tekanan darah, yang secara tidak langsung juga mengatasi neuropati diabetikum.

Vitamin B kombinasi yang terdiri dari vitamin B1, vitamin B2, dan vitamin B12 merupakan salah satu terapi yang diberikan pada pasien neuropati diabetikum. Berbagai penelitian membuktikan bahwa pemberian vitamin tersebut menurunkan derajat keparahan gejala neuropati diabetikum dan memperbaiki kualitas hidup pasien. Obat lain yang sering digunakan untuk menangani neuropati diabetikum adalah obat anti nyeri (misalnya ibuprofen dan capsaicin), obat anti depresi (mislanya amitriptilin dan duloxetin), dan obat anti kejang (misalnya gabapentin dan pregabalin).

Dokter spesialis penyakit dalam adalah dokter yang berkompetensi memberikan obat anti diabetes pada pasien DM, sedangkan penanganan neuropati diabetikum dilakukan oleh dokter spesialis saraf. Konsultasi dengan ahli gizi juga dapat dilakukan untuk menyusun pola dan menu diet sehari-hari. Penanganan yang baik pada DM maupun komplikasi akibat DM dapat meningkatkan kualitas hidup penderitanya, menurunkan angka kecacatan, dan kematian.

Kunjungi Klinik Saraf Rumah Sakit Panti Rapih untuk mengetahui informasi lebih lanjut seputar Demensia.

Ditulis oleh dr. Rosa De Lima Renita Sanyasi (Dokter Umum Rumah Sakit Panti Rapih)

Mohon dapat memberikan rating

Apa itu Demensia? No ratings yet.

Lupa adalah hal yang manusiawi. Akan tetapi, terkadang kita menjumpai seseorang yang amat pelupa hingga mengganggu aktivitasnya sehari-hari dan mengganggu interaksinya dengan lingkungan sekitar. Masyarakat menyebut kondisi tersebut dengan istilah “pikun”. Dalam ilmu kedokteran, kepikunan ini disebut sebagai demensia. Sebenarnya, apakah yang dimaksud dengan kepikunan atau demensia?

Demensia adalah suatu kondisi yang ditandai dengan adanya gangguan pada “fungsi luhur” manusia, yang meliputi atensi/perhatian, bahasa, memori/daya ingat, pengenalan ruang dan waktu, serta fungsi eksekutif (perencanaan dan pengorganisasian). Gangguan “fungsi luhur” pada demensia tersebut pada akhirnya akan mengganggu aktivitas sehari-hari dan interaksi sosial. Orang yang mengalami demensia akan sering mengucapkan hal yang sama berulang-ulang, kesulitan untuk mengingat atau mempelajari hal baru, kesulitan dalam berkomunikasi atau merangkai kata, kebingungan terhadap waktu atau tempat, dan kesulitan dalam mengambil keputusan. Aktivitas sehari-hari yang biasanya dapat dilakukan dengan mudah, seperti berpakaian, makan, dan mandi, menjadi hal yang lebih sulit bagi seseorang dengan demensia. Bahkan terkadang mereka dapat tersesat bahkan ketika sedang berjalan menuju rumahnya sendiri. Seseorang dengan demensia juga akan mengalami perubahan perilaku dan emosi, seperti mudah curiga, dan menjadi lebih sering menyendiri. Hal tersebut tidak disadari oleh penderitanya, tetapi dirasakan oleh orang-orang di sekelilingnya. Apabila tidak ditangani dengan baik, kondisi ini akan semakin memburuk seiring waktu.

Demensia lebih sering muncul pada usia lanjut, sehingga tidaklah heran jika demensia sering disebut sebagai “penyakit tua”. Meningkatnya populasi lansia secara tidak langsung juga meningkatkan angka kejadian demensia secara umum. Demensia tidak dapat diobati, tetapi dapat dicegah. Gaya hidup sehat adalah kunci utama untuk mencegah demensia. Makan makanan dengan gizi seimbang, olahraga teratur, dan mengelola stress adalah tiga hal yang dapat dilakukan untuk mencegah demensia. Gaya hidup sehat akan menurunkan risiko penyakit hipertensi, memperbaiki keseimbangan lemak darah (kolesterol, trigliserida, LDL, dan HDL), mencegah obesitas, dan memperbaiki keseimbangan kadar gula darah, sehingga secara tidak langsung juga akan menurunkan risiko demensia. Bagi seseorang yang telah terdiagnosis demensia, upaya-upaya di atas tetap harus dilakukan untuk mencegah semakin memburuknya demensia yang dialami. Dukungan sosial adalah faktor lain yang sangat penting bagi penderita demensia. Pengabaian dari orang-orang di sekeliling akan semakin memperburuk demensia yang dialami.

Terdapat beberapa pemeriksaan untuk mendeteksi dini demensia. Mini Mental Satte Examination dan Clock Drawing Test adalah dua pemeriksaan yang paling sering digunakan untuk mendeteksi demensia. Pada pemeriksaan tersebut, pasien akan diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan dan melakukan beberapa instruksi yang dipandu oleh dokter atau tenaga terlatih. Setiap jawaban yang disampaikan akan menentukan derajat kepikunan seseorang. Apabila kita menjumpai seseorang yang kita curigai mengalami demensia, segeralah bawa mereka ke dokter spesialis saraf atau ke klinik memori. Semakin lama tidak terdeteksi dan tidak tertangani, maka akan semakin buruk demensia yang dialami. Semakin buruk demensia yang dialami, maka akan semakin menurun kualitas hidup penderitanya.

Kunjungi Klinik Saraf Rumah Sakit Panti Rapih untuk mengetahui informasi lebih lanjut seputar Demensia.

Ditulis oleh dr. Rosa De Lima Renita Sanyasi (Dokter Umum Rumah Sakit Panti Rapih)

RS Panti Rapih membuka layanan khusus untuk penderita Stroke yaitu Stroke Unit, berlokasi di Gedung Elisabeth lantai 2 sisi timur.

Mohon dapat memberikan rating

Cegah Stroke! Jangan biarkan Anda Menjadi Salah Satu Penderita Stroke No ratings yet.

Cegah Stroke! Jangan biarkan Anda Menjadi Salah Satu Penderita Stroke

Stroke merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak di dunia selain serangan jantung dan kanker.  Stroke juga penyebab kecacatan yang paling sering. Kemajuan teknologi kedokteran diharapkan dapat menurunkan angka kematian dan kecatatan, teknologi mutahir saat ini sudah diterapkan sebagai salah satu metode kuratif (pengobatan) bagi pasien yg mengalami  Serangan Jantung, Stroke dan Kanker.

Pengobatan kuratif tidak selalu dapat menjadi andalan. Karena tidak semua tindakan kuratif memberikan hasil yang baik atau kesembuhan yang sempurna. Pada kasus stroke bila sudah terjadi kematian sel otak akibat sumbatan pembuluh darah di otak, maka sel-sel ini tidak akan dapat membaik sehingga menimbulkan kecacatan bagi pasien.

Lain hal nya bila kita mencegah sebelum serangan itu terjadi. Tindakan prevensi atau mencegah lebih baik daripada mengobati karena tidak terdapat kerusakan sel atau jaringan yang dapat menimbulkan kecacatan. Tahun 2019 ini bertepatan dengan Hari Stroke Sedunia pada tanggal 29 Oktober mengajak semua orang untuk melakukan pencegahan serangan stroke pada diri masing-masing. Tema yang diangkat adalah Dont be the one. Tema ini diangkat karena kegelisahan dunia bahwa 1 dari 4 orang dapat terjadi serangan stroke. Bila ditarik ke tahun 2012 dimana saat ini risiko stroke adalah 1 dari 6, maka saat ini kejadian stroke lebih banyak dibandingkan tahun 2012.

Stroke adalah sebuah final dari pejalanan penyakit. Penyakit-penyakit yang berjalan inilah yang menjadi faktor risiko terjadinya stroke.  Faktor risiko stroke terbagi menjadi 2 bagian yaitu faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat diubah anatara lain Jenis kelamin, Umur dan Ras. Jenis kelamin laki-laki lebih banyak terserang stroke daripada wanita. Umur lebih dari 40 tahun memiliki risiko yang lebih tinggi daripada umur yang lebih muda.

Faktor risiko yang dapat diubah melekat erat dengan gaya hidup kita sehari-hari. Faktor risiko ini antara lain kadar gula darah yang tinggi, tekanan darah yang tinggi, kadar kolesterol yang tinggi, obesitas, merokok, minum minuman beralkohol, kurang olah raga, dan riwayat penyakit stroke atau penyakit jantung sebelumnya.

Saat ini gaya hidup yang tidak sehat sering dijumpai dalam masyarakat. Hal ini disebabkan oleh tuntutan pekerjaan dan aktivitas harian yang padat menyebabkan semua orang menjadi kurang bergerak dan memilih segala sesuatu yang mudah dan cepat saji. Kadar gula darah, tekanan darah, kolesterol dan obesitas dipengaruhi oleh pola diit yang kurang baik meskipun juga dapat dipengaruhi oleh faktor genetik. Memilih diit yang instan dengan kalori tidak terukur dapat menyebabkan masalah-masalah di atas.

Tekanan darah harus dijaga dibawah 140/90 mmHg. Kolesterol total dibawah 200mg/dl. LDL kolesterol dibawah 150 mg/dl pada orang normal dan dibawah 100 mg/dl pada orang yang pernah mengalami stroke sebelumnya. Gula darah juga harus menjadi perhatiaan utama karena penderita Diabetes di Indonesia terus meningkat. Gula puasa sebaiknya kurang dari 126 mg/dl dan gula 2 jam setelah makan tidak lebih dari 200 mg/dl.

Merokok dan minum minuman beralkohol juga menjadi salah satu penyebab stroke. Merokok merupakan salah satu faktor risiko yang sering ditemukan pada pasien stroke usia muda (kurang dari 40 tahun).  Seseorang yang pernah mengalami stroke atau serangan jantung memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terjadi serangan stroke ulang.

Prinsip dasar mencegah serangan stroke adalab mengendalikan semua faktor risiko stroke yang ada. Karena pencegahan kejadian stroke lebih baik daripada mengobati pasien yang mengalami stroke. Pencegahan selalu dimulai dari diri kita masing-masing, apabila kita menyadari adanya faktor-faktor risiko stroke dalam diri kita maka jangan diabaikan, kerena serangan stroke tidak dapat diprediksi kapan akan datang. Oleh sebab itu lakukan pencegahan mulai sekarang. Jangan biarkan kita menjadi salah satu pasien stroke.

Ditulis oleh Esdras Ardi Pramudita, M.Sc. Sp.S
Dokter Spesialis Saraf RS Panti Rapih Yogyakarta

Unit Stroke RS Panti Rapih, berlokasi di Gedung Elisabeth Lantai 2 Sisi Timur RS Panti Rapih

Video Edukasi Tentang Stroke

Mohon dapat memberikan rating