Pentingnya Medical Check Up

Mencegah lebih baik daripada mengobati, Memiliki tubuh dan jiwa yang sehat merupakan dambaan setiap orang, Medical Check Up berkala bisa jadi tindakan preventif yang membantu kita mengantisipasi risiko kesehatan di masa depan. Sayangnya banyak orang yang yang belum menyadari pentingnya memeriksakan kondisi kesehatan secara berkala. Anggapan bahwa Medical check Up hanya diperuntukkan bagi lansia atau orang yang memiliki penyakit kronis merupakan hal yang kurang tepat, Medical Check Up dapat dilakukan oleh siapa pun, anak-anak, remaja, atau pun orang dewasa. Sebab risiko kesehatan bisa terjadi pada siapa saja tanpa mengenal usia.

Apa sih Medical Check up?

Medical Check Up merupakan pemeriksaan yang dilakukan secara menyeluruh untuk mengetahui status kesehatan seseorang. Pemeriksaan ini dianjurkan untuk dilakukan setidaknya satu tahun sekali. Frekuensi pemeriksaan rutin didasarkan pada usia, faktor risiko, dan status kesehatan pasien.

Tujuan Medical Check Up

Selain mengetahui kondisi kesehatan, medical check up dapat digunakan untuk mengevaluasi kesehatan agar bisa dilakukan pencegahan sedari dini sebelum bertambah parah. Selain itu. MCU juga bisa digunakan untuk keperluan tertentu, misalnya melamar kerja di perusahaan atau melanjutkan studi.

Secara umum, Pemeriksaan yang dilakukan di Medical Check up antara lain ;

  1. Anamnesa

yaitu mengetahui informasi lebih lanjut tentang pasien seperti usia, riwayat penyakit (sekarang, dahulu dan keluarga), kebiasaan beresiko dan keluhan kesehatan yang biasa dirasakan.

  1.  Pemeriksaan berat badan dan tinggi badan

pemeriksaan berat badan dan tinggi badan diperlukan untuk mengetahui indeks masa tubuh seseorang (BMI)apakah normal, kegemukan, kurus,atau obesitas.  Kegemukan dapat meningkatkan risiko stroke, penyakit jantung, diabetes tipe 2, osteoartritis, hipertensi, dan kanker. Sedangkan kondisi fisik yang terlalu kurus berisiko melemahkan sistem kekebalan tubuh, mengakibatkan osteoporosis, dan anemia

  1. Gula Darah

Pemeriksaan Gula darah untuk screening apakah gula darah seseorang normal, prediabetes atau diabetes. Sebelum melakukan tes, anda disarankan berpuasa selama 8 jam untuk mengetahui kadar gula darah puasa

  1. Pemeriksaan tanda-tanda vital

seperti tekanan darah, frekuensi nadi, suhu, frekuensi nafas.

  1. Kolesterol

Kolesterol pada dasarnya adalah jenis lemak yang dibutuhkan tubuh, namun jumlah yang berlebihan dapat menyumbat pembuluh darah dan memicu penyakit jantung serta stroke.

  1. Kesehatan Jantung

Pemeriksaan jantung dapat dilakukan dengan tes elektrokardiogram (EKG) atau dikenal dengan rekam jantung. Tes dilakukan untuk mengetahui aktivitas listrik jantung. Jika diperlukan dapat dilakukan tes echocardiography atau pemeriksaan treadmill test

  1. Mata

Selain gangguan penglihatan, pemeriksaan pada anak bertujuan melihat kemungkinan mata malas atau mata juling. Sedangkan pada orang dewasa, pemeriksaan dapat mengetahui kondisi seperti retinopati, glaukoma, katarak, ketajaman penglihatan

8.Telinga

Lakukan tes pendengaran (audiometri) jika Anda mengalami gangguan pendengaran. Audiometri digunakan untuk mengevaluasi kemungkinan tuli, menentukan jenis dan tingkat gangguan pendengaran. Pemeriksaan pada bayi dan anak-anak diperlukan untuk mendeteksi masalah pendengaran yang dapat mengganggu kemampuan belajar, berbicara, dan memahami bahasa. Pemeriksaan dilakukan dengan melihat respons Anda pada suara.

  1. Gigi dan Mulut

Untuk mendeteksi apakah ada kondisi-kondisi seperti abses, infeksi,kerusakan diantara gigi, gigi impaksi akibat gigi bungsu tumbuh tidak normal, kista atu tumor, karang gigi, selain itu jika ditemukan masalah pada gigi, diperlukan pemeriksaan lebih lanjut dengan X-ray untuk menentukan tindakan medis yang diperlukan.

10. Pemeriksaan saluran prostat pada pria

Untuk meninjau kesehatan saluran kemih, danuntuk mendeteksi lebih awal risiko kanket prostat, sehingga pengobatandapat dilakukan sedini mungkin secara optimal.

11. Skrining Kesehatan Serviks

Skrining kesehatan serviks dengan prosedur pap smear, untuk mencegahnya, Anda dapat melakukan Vaksin HPV dengan 3 kali dosis.

12. Pemeriksaan lainnya

Di samping pemeriksaan di atas, beberapa tes atau pemeriksaan penunjang lain mungkin diperlukan seperti pemeriksaan penyakit menular seksual (PMS) dan hepatitis B dan HIV bagi orang yang aktif secara seksual dan memiliki pasangan seks lebih dari satu, serta pemeriksaan penyakit paru-paru bagi perokok berat seperti tes fungsi paru (spirometri) dan X-ray pada bagian dada jika dperlukan. Pemeriksaan laboratorium screening lainnya antara lain, pemeriksaan fungsi hati, pemeriksaan fungsi ginjal dan urine rutin

RS Panti Rapih memiliki layanan medical check up dengan berbagai jenis paket antara lain, paket Medical Check Up Basic, Platinum, Silver, Gold dan terdapat juga Medical Check Up untuk Pranikah. Untuk informasi layanan Medical Check Up, sahabat sehat Panti Rapih bisa menghubungi bagian pendaftaran RS. Panti Rapih.

 

Artikel ditulis oleh :
dr. Tan Liana Santoso
(Dokter Umum RS Panti Rapih Yogyakarta)

 

Informasi Pelayanan : 
Klinik Medical Check Up
Lantai 1 Gedung Rawat Jalan Borromeus RS Panti Rapih Yogyakarta
Telepon : 0274 – 563333 ext 1125
WA : 08112945893
Senin – Sabtu, pk 07.00 – 14.00 WIB
Hari Minggu dan tanggal merah : Tutup

Pendaftaran :
Pendaftaran 24 Jam (0274) 514004 / 514006
Aplikasi PantiRapihKU (Play Store dan App Store)

Talkshow Holistic Healthy Lifestyle

Talkshow Holistic Healthy Lifestyle, kerjasama Klinik Anti Obesitas & Kesehatan Holistik (Klinik Katarina) RS Panti Rapih & BNI Life.
Dengan nara sumber : dr. Fransisca Romana Herin Anggreni P, M.Biomed (AAM) - dari Klinik Anti Obesitas & Kesehatan Holistik, RS Panti Rapih, Ibu Indah Pajarwany Regional Business Head BNI Life Wilayah Jogja dan sebagai host adalah dr. Yolenta Marganingsih (dokter umum RS Panti Rapih). Acara talkshow ini dibuka oleh Direktur Utama RS Panti Rapih, drg. V. Triputro Nugroho, M.Kes. Diadakan di Auditorium Lantai 6 RS Panti Rapih, acara talkshow dihadiri oleh 50 audience dengan prokes yang baik dan ketat. Acara berlangsung dengan baik dan sukses, peserta diajarkan oleh dr Herin tentang bagaimana meditasi dan latihan pernafasan untuk menenangkan jiwa dan pikiran. Kemudian Ibu Indah juga menjabarkan terkait financial plan oleh BNI Life.

Peran Terapi Erythropoietin (EPO) Pada Tata Laksana Anemia Penyakit Ginjal Kronik

Ginjal merupakan organ tubuh yang berfungsi untuk mengatur keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa dalam tubuh serta memiliki fungsi hormonal contohnya pengaturan tekanan darah oleh renin dan eritropoesis atau keseimbangan oksigen oleh eritropoetin (Daugirdas, 2001). Anemia pada pasien dengan penyakit ginjal kronik disebabkan oleh beberapa faktor. Penyebab primernya adalah defisiensi hormon eritropoetin. Sedangkan penyebab sekundernya antara lain adalah defisiensi nutrisi (besi, asam folat, dan vitamin B12), peradangan, dan terganggunya kerja sumsum tulang. Selain itu, anemia pada pasien penyakit ginjal kronik dapat menyebabkan beberapa hal yang merugikan bagi pasien antara lain meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler (K/DOQI National Kidney Foundation, 2006).

Menurut Konsensus Perkumpulan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) tahun 2011, tujuan tata laksana anemia pada penyakit ginjal kronik adalah meningkatkan hemoglobin (Hb) sehingga menurunkan kebutuhan transfusi darah, menghilangkan gejala yang ditimbulkan dari anemia, mencegah komplikasi kardiovaskuler, menurunkan morbiditas dan mortalitas akibat anemia, dan meningkatkan kualitas hidup. Salah satu terapi yang dapat digunakan adalah dengan penggantian produksi endogenous erythropoietin (EPO) yang tidak mencukupi. Pasien yang mendapatkan perhatian pada terapi EPO adalah  pasien dengan hipertensi tak terkendali (sistolik ³180 mmHg, diastolik ³ 110 mmHg), hiperkoagulasi, dan beban cairan berlebih. Kontra indikasi untuk terapi EPO adalah pasien yang hipersensitif terhadap EPO.

Jika anda mengalami gangguan kesehatan, segera konsultasikan kesehatan anda ke dokter RS Panti Rapih.

 

Artikel ini ditulis oleh:
Dra. A.M. Wara Kusharwanti, M.Si.,Apt,
Chr. Asri Wulandadari, S.Farm.,Apt,
M.Wulan Kurniasari, S.Farm.,Apt,

 

Informasi Pelayanan : 
Klinik Penyakit Ginjal
Lantai 4 Gedung Rawat Jalan Borromeus RS Panti Rapih Yogyakarta
Telepon : 0274 – 563333 ext 1050

Pendaftaran :
Pendaftaran 24 Jam (0274) 514004 / 514006
Aplikasi PantiRapihKU (Play Store dan App Store)

Manfaat Kesehatan Jalan Kaki

Untuk menjaga kesehatan tubuh, jalan kaki merupakan salah satu kegiatan fisik yang disarankan, terutama di pagi hari karena pada saat tersebut udara masih segar, tidak ada polusi, tidak panas dan jalanan tidak macet. Namun sayangnya dengan berbagai alasan, sebagian besar diantara masyarakat kita masih banyak yang jarang melakukannya, misalnya saja karena susah bangun pagi, malas, dan sebagainya.

Ada sebuah hasil penelitian yang menyebutkan bahwa olahraga jalan kaki bisa memberikan banyak manfaat kesehatan selama dilakukan setidaknya 20 hingga 25 mil dalam 1 minggu, dimana mereka yang melakukannya cenderung memiliki usia yang lebih lama jika dibandingkan dengan mereka yang jarang berjalan kaki.

Berikut ini adalah Manfaat Kesehatan Jalan Kaki, diantaranya :

  • Mencegah osteoporosis

Untuk menjaga kesehatan tulang, tubuh tidak hanya membutuhkan vitamin D dan kalsium namun juga gerakan kaki yang dilakukan setidaknya 1.000 langkah dalam setiap hari dan tubuh yang terkena sinar matahari setidaknya 15 menit dalam setiap harinya. Bilamana anda rutin berjalan kaki maka tulang anda akan memiliki resiko yang kecil untuk terkena masalah osteoporosis.

  • Menguatkan otot

Ketika anda berjalan kaki, badan dan otot anda akan bergerak yang bisa memperkuat otot paha, kaki dan bokong.

  • Menurunkan Berat badan

Seseorang yang memiliki berat badan yang berlebihan selain bisa merusak penampilan tubuh juga bisa meningkatkan resiko yang tinggi untuk terkena penyakit. Untuk mencegah masalah tersebut anda bisa membiasakan diri untuk berjalan kaki setiap pagi dimana kebiasaan ini bisa membakar kalori.

  • Melancarkan sirkulasi darah

Ketika anda berjalan kaki, detak jantung anda akan berdetak lebih cepat yang akan memompa darah ke seluruh tubuh sehingga akibatnya akan membuat sirkulasi darah dalam tubuh tetap terjaga dengan baik.

  • Mengontrol gula darah

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh American Medical Association menyebutkan bahwa sering melakukan latihan jalan kaki setiap pagi hasilnya akan meningkatkan kemungkinan untuk menjaga kestabilan gula darah dalam tubuh.

  • Menjaga kesehatan jantung

Bila anda ingin supaya kesehatan jantung anda tetap terjaga dengan baik maka anda bisa mulai membiasakan diri untuk berjalan kaki setiap hari. Kebiasaan berjalan kaki yang dilakukan setiap pagi disebutkan bisa mencegah serangan jantung. Dengan demikian anda tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk menjaga kesehatan jantung karena anda bisa melakukannya dengan hanya memiliki kebiasaan berjalan kaki.

  • Menyehatkan paru-paru

Berjalan kaki dengan irama yang cepat disebutkan baik untuk kesehatan fungsi organ paru-paru, terutama ketika dilakukan di pagi hari dimana udara masih segar dan masih bebas dari asap polusi.

  • Mencegah Diabetes

Dengan terjaganya kadar gula darah dalam tubuh maka secara tidak langsung akan mencegah resiko penyakit diabetes. Menurut hasil penelitian dari National Institute of Diabetes and Gigesive and Kidney Diseases, disebutkan bahwa berjalan kaki dengan kecepatan 6 km/ jam dan dilakukan selama 50 menit saja bisa menekan resiko penyakit diabetes.

  • Menurunkan Tekanan Darah

Berjalan kaki yang dilakukan setiap pagi bisa membuat tekanan darah menjadi turun dan bisa mengurangi tingkat kepekatan darah.

Dengan demikian kebiasaan berjalan kaki bisa mencegah terjadinya penggumpalan darah yang bisa menyebabkan pembuluh darah menjadi tersumbat.

  • Menurunkan Kolesterol

Ketika anda berjalan kaki di pagi hari maka jenis kolesterol yang baik akan berfungsi sebagai penyerap jenis kolesterol yang jahat.

  • Mencegah Stroke

Dalam hasil penelitian yang terbaru disebutkan bahwa memiliki kebiasaan berjalan kaki yang dilakukan setidaknya 20 jam dalam 1 minggu bisa menurunkan resiko penyakit stroke sebanyak 2-3 kali. Dengan demikian wajar saja jika orang-orang pada jaman dahulu jarang ada yang memiliki penyakit stroke karena di masa tersebut sebagian besar masyarakat memiliki kebiasaan berjalan kaki ketika bepergian kemana-mana.

  • Menjaga kebugaran dan Kekebalan Tubuh

Memiliki kebiasaan berjalan kaki yang dilakukan setidaknya 3 kali dalam 1 minggu bisa meningkatkan kebugaran tubuh dan menjaga sistem pernapasan yang pada akhirnya bisa menjaga daya tahan tubuh terhadap penyakit.

  • Meningkatkan metabolisme tubuh

Seseorang yang terbiasa berjalan kaki setiap pagi cenderung memiliki peningkatan terhadap metabolisme meskipun dirinya tidak bergerak.

  • Membakar lemak dalam tubuh

Berjalan kaki setidaknya 20 menit dalam setiap harinya disebutkan bisa membakar setidaknya 7 pounds lemak dalam tubuh.

  • Membantu Otak melepaskan hormon endorfin

Endorfin merupakan hormon yang mengandung senyawa kimia yang bisa memicu seseorang untuk merasa bahagia. Hormon ini diproduksi oleh kelenjar pituitary yang letaknya berada di bagian bawah otak. Endorfin disebutkan bisa memberikan efek yang setara dengan 200 kali dari efek yang diberikan oleh morfin, yaitu menimbulkan perasaan bahagia, nyaman dan memberikan energi tambahan.

  • Meningkatkan kekuatan konsentrasi

Dengan berjalan kaki maka anda akan menjadi lebih waspada sehingga akan mengoptimalkan kekuatan otak untuk semakin berkonsentrasi.

  • Seperti Melakukan Meditasi

Berjalan kaki yang dilakukan di pagi hari bisa memberikan manfaat yang setara dengan yoga dimana angin segar yang mengenai tubuh akan mengeluarkan energi positif dan bisa menghilangkan masalah yang berhubungan dengan mental, misalnya depresi.

  • Mencegah Pikun

Seseorang yang sudah memasuki usia lanjut di atas 65 tahun memiliki kecenderungan yang tinggi untuk mudah mengalami pikun. Kebiasaan berjalan kaki yang dilakukan setiap pagi bisa mengurangi resiko pikun sebesar 40% dan bahkan bisa menjaga fungsi otak.

  • Menjaga kualitas tidur yang baik

Penelitian yang dilakukan oleh Fred Hutchison Cancer Research Center di Seattle, menyebutkan bahwa olah raga yang dilakukan pada pagi hari seperti berjalan kaki bisa meningkatkan kemungkinan untuk tidur nyenyak pada malam hari.

Dengan demikian berjalan kaki bukan hanya suatu kegiatan interaksi serta aktivitas yang bisa mengantarkan anda ke suatu tempat tujuan, namun juga bisa membantu menjaga kesehatan.

 

Plantar Faciitis

Apakah anda pernah mengeluh nyeri di tumit setiap pagi saat bangun tidur? Jika pernah, mungkin banyak informasi yang sudah coba anda cari tahu ke dokter atau mungkin mencari tahu sendiri lewat berbagai sumber. Seringkali pendapat awam ataupun dari medis langsung mengarah ke arah penyakit asam urat, padahal masih banyak kemungkinan lain yang menimbulkan nyeri pada tumit, salah satunya kasus Plantar Fasciitis.

Insidensi penyakit Plantar Fasciitis tertinggi ditemukan pada wanita, usia 40 – 60 tahun, meski beragam varian usia juga masih dapat ditemukan pada kelompok usia yang lebih muda, hal ini dapat sebagai gambaran awal bahwa penyakit ini kemungkinan dapat dipengaruhi oleh faktor aktivitas yang lebih tinggi.

Definisi dan Penyebab

Plantar fasciitis sendiri merupakan penyakit yang timbul akibat proses peradangan/inflamasi yang timbul pada plantar fascia di bagian telapak kaki, dengan area yang menimbulkan nyeri berasal dari titik pelekatan dengan calcaneus (tulang tumit). Penyebab proses radangnya sendiri dapat dipengaruhi oleh banyak hal; ketegangan otot daerah betis yang mengurangi kemampuan gerak flexi sendi ankle, obesitas juga menjadi salah satu faktor resiko seringnya kasus ini timbul, kondisi kelainan anatomi Flat Foot serta aktivitas berdiri, berjalan atau berlari yang lama juga dipandang berkontribusi menimbulkan kondisi penyakit ini.

Gejala Klinis

Plantar Fasciitis memiliki gejala utama berupa rasa nyeri di area kalkaneus (tumit) penderitanya, dengan beberapa kondisi khas seperti nyeri yang dirasakan di telapak kaki saat baru bangun tidur / setelah istirahat, yang agak lama yang dapat dirasakan pada beberapa langkah pertama yang dilakukan, selain itu, sifat nyeri juga dapat semakin dirasakan setelah (bukan saat) aktivitas fisik.

Pemeriksaan Medis

  • Harus mengkaji dari aktivitas fisik yang dilakukan penderita lewat anamnesa yang lengkap, serta menangkap semua gejala yang dikeluhkan penderita terutama yang muncul di area sendi ankle (khususnya telapak kaki)
  • Profil fisik, menilai adakah faktor resiko obesitas yang dapat menjadi pemicu timbulnya plantar fasciitis
  • Profil anatomi kaki pasien, apakah ada kelainan anatomi seperti Flat Foot atau High Arch foot
  • Sifat nyeri yang ditemukan umumnya dapat memberat saat kaki didorsofleksikan dan akan mereda saat ujung kaki di arahkan ke depan (seperti gerakan menjinjit).
  • Pemeriksaan radiodiagnostik penunjang seperti rontgen dan MRI dapat digunakan, dimana pada rontgen polos, dapat digunakan untuk menilai kondisi tulang dan sendi ankle, apakah ada tanda fraktur atau tanda-tanda inflamasi, serta dapat ditemukannya heel bone. Pada MRI, kita dapat megkaji jaringan-jaringan lunak disekitar sendi ankle yang mungkin terdapat kelainan, seperti adakah tanda timbulnya arthritis pada sendi ankle yang terkena plantar fasciiis.

Pengobatan

Terapi Non Bedah

Mayoritas kasus Plantar Fasciitis yang membaik dengan beberapa jenis terapi non bedah, baik fisioterapi (latihan fisik, alat-alat orthotik) maupun terapi medikamentosa.

Beberapa pilihan terapi non bedah yang disarankan adalah :

  1. Mengistirahatkan kaki yang sedang sakit, dalam hal ini, yang dimaksud adalah mengurangi/menghentikan aktivitas yang dapat memperberat kondisi nyeri yang timbul, seperti aktivitas olahraga (lari, lompat, aerobik, dll)
  2. Kompress dingin pada kaki yang sakit selama 20 menit 3 sampai dengan 4 kali dalam sehari.
  3. Obat-obatan Anti Inflamasi Non Steroid dapat membantu mengatasi nyeri yang timbul dari Plantar Fasciitis. Tetapi perlu diperhatikan untuk kasus penggunaan jangka panjang dari jenis obat-obatan ini
  4. Obat injeksi steroid juga dapat menjadi pilihan untuk mengatasi reaksi radang yang timbul, suntikan diberikan langsung ke area nyeri (fascia plantaris), sebagai catatan, penggunaan obat injeksi steorid juga harus dikontrol  karena dalam jangka panjang dapat membuat fascia mudah robek yang mana dapat menimbulkan kondisi Flat Foot atau nyeri kronis.
  5. Latihan peregangan / stretching dari otot betis dan kaki akan membantu meringankan dan bahkan mengatasi nyeri yang timbul dari Plantar Fasciitis, hanya perlu dilakukan dengan rutin dengan gerakan sebagai berikut :

a. Otot betis : dilakukan dengan posisi berdiri dan menghadap ke dinding, bertumpu pada kedua tangan, dengan meluruskan salah satu lutut ke belakang dengan lutut lainnya dalam posisi sedikit fleksi (lakukan bergantian), untuk mendapatkan efek peregangan yang maksimal, gerakan panggul ke arah depan, sehingga efek regangan di betis dan juga di plantar fascia dirasakan.

b. Plantar Fascia : dilakukan pada posisi duduk, silangkan salah satu kaki yang akan dilakukan peregangan sampai bertumpu pada lutut kaki sebelahnya, lalu dilakukan gerakan memijat pada permukaan telapak kaki di area jari jempol kaki dengan tangan, dimana plantar fascia akan dirasakan seperti selaput yang tegang, beri penekanan 10 detik, ulangi masing-masing kaki 20 menit. Disarankan dilakukan pada pagi hari sebelum mulai berjalan.

  1. Sepatu khusus / insole Orthotik juga menjadi pilihan terapi, dimana kontur alas sepatu yang dibuat menyangga dengan baik telapak kaki, akan mengurangi tekanan pada plantar fascia.
  2. Splints / external fixasi pada kaki juga dapat digunakan mengurangi keluhan terutama dipakai saat beristirahat / tidur, dimana kaki cenderung akan berada pada posisi relaks, sedikit ekstensi, yang mana akan menimbulkan nyeri tumit pada pagi hari, dengan adanya splint akan memfixasi pada posisi plantar fascia yang meregang, dan digunakan sampai nyeri sudah tidak dirasakan.
  3. Extraxorporeal Shockwave Therapy (ESWT) adalah metode menggunakan gelombang akustik energi tinggi dengan alat khusus yang dapat menstimulasi penyembuhan jaringan plantar fascia yang sedang meradang. Metode ini belum menjadi pilihan utama karena durasi terapi dan efek yang ditimbulkan masih sangat bervariasi, meski demikian , ESWT dapat menjadi pilihan sebelum pilihan terapi bedah dilakukan.

Terapi Surgical / Pembedahan

Pembedahan menjadi pilihan jika kasus Plantar Fasciitis tidak dapat dikontrol dengan baik melalui terapi jenis non surgical.

Beberapa prosedur pembedahan yang menjadi pilihan terapi untuk kasus Plantar Fasciitis adalah :

a. Release Partial Plantar Fascia

Teknik pembedahan dengan target mengurangi / membebaskan tekanan di area nyeri dari plantar fascia dengan memotong partial dari ligamentum plantar fascia sehingga nyeri peradangan baik karena penekanan pada plantar fascia maupun oleh Bone Spur dapat dihilangkan (Bone Spur dapat ikut diangkat pada prosedur ini).

b. Rescession Gastrocnemius /pemanjangan otot gastrocnemius

Seperti kita ketahui di atas, bahwa otot betis/Gastrocnemius yang tegang juga akan berdampak pada ketegangan Plantar Fascia, maka  prosedur ini menjadi pilihan untuk kasus-kasus dimana pasien sulit melakukan prosedur peregangan otot betis (terbentuk dari gastrocnemius dan soleus). Teknik pembedahan dilakukan dengan pemanjangan satu dari dua otot yang membentuk otot betis (i.e gastrocnemius) melalui prosedur insisi terbuka ataupun insisi yang lebih kecil secara endoskopis. Tendon otot yang di potong akan sembuh dengan posisi yang telah diatur lebih panjang dari sebelumnya.

 

Artikel ini ditulis oleh:
dr. John Hartono, Sp. KFR
(Dokter Spesialis Rehabitasi Medik Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta)

 

Informasi Pelayanan : 
Instalasi Rehabilitasi Medik
Lantai 4 Gedung Rawat Jalan Borromeus RS Panti Rapih Yogyakarta

Pendaftaran :
Pendaftaran 24 Jam (0274) 514004 / 514006
Aplikasi PantiRapihKU (Play Store dan App Store)

Selamat Hari Perawat Nasional 2021

Terimakasih perawat yang tanpa kenal lelah sudah memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara tulus, iklhas dan profesional. Mari kita bersama-sama melawan pandemi COVID-19. Tetap jaga kesehatan dalam menjalankan tugas mulia perutusan ini.


Selamat Hari Perawat Nasional 2021.
Perawat Tangguh. Indonesia Bebas COVID-19. Masyarakat Sehat

Obesitas

Obesitas atau kegemukan merupakan keadaan bertambahnya lemak tubuh yang ditandai oleh kenaikan berat badan dan peningkatan penumpukan lemak pada bagian tertentu khususnya di daerah perut. Obesitas atau kegemukan terjadi karena ketidakseimbangan antara energi yang masuk dan energi yang keluar, sehingga terjadi peningkatan rasio lemak dan lean  body tissue yang terlokalisir atau merata di seluruh tubuh.

Bagaimana cara menentukan obesitas?

  1. Menghitung Indeks Massa Tubuh

Perhitungan umum yang sering digunakan tanpa mempetimbangkan berat otot adalah IMT  (Indeks Massa Tubuh) atau  BMI ( Body Mass Index ).

Rumus IMT =        Berat badan ( kg ) : Tinggi badan x tinggi badan (m)

IMT ( kg/m2) Klasifikasi

Risiko Kesakitan

< 18,5 Kurang Rendah
18,5 – 22,9 Normal Rata-rata
> 23 Overweight (kelebihan berat badan)
23,0 – 26,9 Pra obesitas Meningkat
≥ 27,0 Obesitas Tinggi

Sumber : WHO, 2004

Bila berat badan seseorang adalah  68 kg dengan tinggi badan 155 cm, maka IMT -nya adalah  28, 3 kg/m2, artinya berdasarkan IMT termasuk obesitas.

  1. Menghitung Rasio Lingkar Pinggang dan Panggul (RLPP)

Rasio lingkar pinggang dan panggul merupakan salah satu cara pengukuran antropometri yang dapat menilai obesitas sentral dan juga menilai risiko terkena penyakit kardiovaskuler. Cara mengukur lingkar pinggang yang paling mudah adalah dengan meletakkan satu jari di atas pusar Anda, setelah itu lingkari meteran pada daerah tersebut. Untuk mengukur lingkar panggul dapat dilakukan dengan cara menentukan daerah panggul yang paling menonjol dan gunakan metlin untuk mengukur.

Rumus RLPP =           lingkar pinggang (cm)  : lingkar panggul (cm)

Parameter Rasio Lingkar Pinggang  Panggul (RLPP)

Jenis kelamin Tidak Obes

Obes

Laki-laki ≤ 0,90 >0,90
Perempuan ≤ 0,80 >0,80

Sumber : Eston et al.,2009

Contoh : bila seorang laki-laki mempunyai lingkar pinggang 100 cm dengan lingkar pinggul 90 cm, maka RLPP-nya adalah 100 : 90 = 1,1. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa laki-laki ini mengalami obesitas sentral dan berisiko untuk menderita penyakit kardiovaskuler, sesuai dengan hasil penelitian prospektif yang menunjukkan bahwa rasio lingkar pinggang dan panggul berhubungan erat dengan penyakit kardiovaskuler (Supariasa, 2002)

Tipe-tipe Obesitas

  1. Tipe Android (Tipe buah Apel)

Tipe android menunjukkan distribusi dan akumulasi dominan jaringan lemak yang terdapat pada bagian visceral dan bagian atas tubuh, seperti yang terlihat pada buah apel. Tipe ini banyak terjadi pada pria dan wanita yang telah mengalami menopause karena hormon estrogen tidak lagi diproduksi.

Jenis timbunan lemak pada bagian atas tubuh adalah asam  lemak jenuh. Seseorang dengan timbunan lemak jenuh tinggi dalam tubuh beresiko terkena penyakit yang berhubungan dengan metabolisme glukosa dan lemak seperti penyakit diabetes mellitus,penyakit jantung koroner, stroke dan tekanan darah tinggi. Orang dengan tipe kegemukan seperti ini mempunyai kemungkinan terkena kanker payudara enam kali lebih besar dibandingkan orang yang memiliki berat tubuh normal. Lemak jenuh  merupakan lemak yang lebih  mudah dibakar. Bila seseorang memiliki timbunan lemak lebih banyak pada bagian atas ( lengan atas, belakang bra, pinggang dan perut) dianjurkan untuk segera melakukan diet dan olah raga secara teratur.

  1. Tipe Ginoid ( Tipe buah Pir )

Tipe ginoid menunjukkan distribusi dan akumulasi dominan jaringan lemak pada bagian bawah tubuh, yaitu di daerah panggul dan paha. Tipe ini banyak terdapat pada wanita.

Jenis lemak yang tertimbun pada daerah panggul dan paha jenisnya adalah lemak tidak jenuh yang lebih sulit untuk dibakar. Kegemukan tipe ini lebih aman terhadap risiko penyakit kardiovaskuler. Pada kegemukan tipe ini,perlu pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui apakah lemak tubuh bagian atas sudah normal atau belum. Jika normal, untuk penurunan berat badan tidak dianjurkan untuk diet ketat karena akan semakin menghabiskan lemak bagian atas tubuh, yang kemungkinan akan menyebabkan antara lain pipi menjadi kempot dan payudara mengecil. Yang penting untuk dilakukan adalah, melatih otot-otot di sekitar panggul dan paha.Jika massa otot lebih besar dari lemak, penampilan panggul dan paha akan terkesan lebih langsing.

  1. Tipe Hiperplastik

Tipe ini biasanya terjadi pada anak-anak. Tipe hiperplastik menunjukkan sel lemak berlebih, tetapi ukurannya sesuai dengan ukuran sel lemak normal. Jumlah sel lemak yang banyak pada anak-anak akan sulit untuk diturunkan ketika masa pertumbuhan telah berakhir. Anak-anak yang gemuk harus ditingkatkan aktifitas fisiknya secara teratur untuk menyeimbangkan dengan sel lemak yang banyak tadi dengan pertambahan tinggi badan.

  1. Tipe Hipertropik

Obesitas tipe ini biasanya terjadi pada orang dewasa, terutama pada wanita setelah hamil dan melahirkan atau pada pria yang mulai mapan dengan makan tidak terkontrol. Tipe hipertropik menunjukkan ukuran sel lemak tidak normal ( berukuran besar), tetapi dengan jumlah sel lemak normal.

Ukuran sel lemak yang membesar dapat dikecilkan dengan meningkatkan penggunaan sel lemak sebagai energi, yaitu  dengan mengurangi asupan energi total dan meningkatkan aktifitas fisik dan latihan fisik secara teratur.

 

Pengaturan Makan pada Obesitas

Pengaturan makan  dengan tujuan penurunan berat  badan, sebaiknya dapat menurunkan berat badan secara bertahap tanpa mengganggu keseimbangan metabolisme atau sampai menyiksa diri sendiri. Bahkan, diharapkan pengaturan  makan ini bisa menjadi suatu gaya hidup yang baik. Pengaturan makan yang bisa diterapkan untuk penurunan berat badan  adalah dengan diet rendah energi, seimbang dan teratur (REST). Diet REST ini dikembangkan oleh Rita Ramayulis DCN.,M.Kes.

Pada prinsipnya diet ini adalah menurunkan asupan energi total dengan tetap mengenyangkan,. Seseorang dengan kegemukan, tetap dapat mengonsumsi makanan dengan volume yang sesuai, mengandung zat gizi lengkap dan seimbang, serta frekuensi makan minimal 3 kali sehari. Diet ini mengutamakan pemilihan bahan makanan dengan densitas energi rendah (DER). Densitas energi rendah adalah jumlah energi pada suatu hidangan makanan dalam berat atau volume tertentu. Suatu hidangan makanan dengan densitas energi rendah akan menyediakan energi relatif lebih rendah dibandingkan dengan yang berdensitas energi lebih tinggi dalam berat yang sama. Konsumsi makanan dengan DER, telah dimasukkan dalam Dietary Guidelines for Americans 2005, sebagai strategi untuk mengurangi konsumsi energi. Konsumsi makanan denagn DER dapat menurunkan berat badan secara bermakna. Penelitian dari Dewi, dkk (2013), menjelaskan bahwa kelompok yang mengonsumsi lebih  banyak makanan berdensitas energi rendah memiliki kualitas bahan makanan yang lebih baik dan indeks massa tubuh yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang mengonsumsi makanan berdensitas energi tinggi.

Pengelompokkan bahan makanan berdasarkan nilai densitas energi

  1. Bahan makanan dengan densitas energi sangat rendah. (0-60 kkal/100 gr)

Contoh sari kedelai, telur ayambagian putih, lobak,oyong, pare, terong, tomat, semangka, pepaya.

  1. Bahan makanan dengan densitas energi rendah ( > 60 -150 kkal/100 gr)

Contoh kentang, tahu, tempe, ikan bawal, ikan kakap, daun pepaya, pisang ambon, sirsak

  1. Bahan makanan dengan densitas energi sedang ( > 150 – 400 kcal/100 gr)

Contoh : havermut,jagung, belut, daging sapi, ikan pindang, keju, selai, kopi, madu

  1. Bahan makanan dengan densitas energi tinggi ( > 400 – 900 kcal/100 gr)

Contoh : kacang tanah,ayam dengan kulit, kuning telur ayam, mentega,margarin, minyak kelapa

Sumber  : Ramayulis R, 2014 Analisis Densitas Energi berdasarkan DKBM, Kemenkes 1996

 

Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam menurunkan berat badan adalah :

  1. Gizi seimbang

Dalam diet gizi seimbang tidak ada larangan untuk mengonsumsi makanan tertentu. Dianjurkan  untuk mengonsumsi aneka ragam makanan sesuai kebutuhan dan bervariasi baik untuk kelompok makanan sumber karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayur dan buah

  1. Cukup minum

Dalam sehari kebutuhan air putih untuk tubuh minimal 2 liter ( 8 gelas ), tetapi saat menjalankan diet penurunan berat badan, kebutuhan air meningkat 50 cc untuk setiap kilogram berat badan.

  1. Aktifitas fisik dan lakukan olah raga secara teratur

Pada tahun 2002, WHO mencanangkan gerakan Move for Health, yang berisi rekomendasi utama untuk melakukan minimal 30 menit aktifitas fisik secara reguler dalam 5 hari seminggu. Jika seseorang melatih otot, setiap saat otot juga akan mempunyai kemampuan lebih untuk membakar lemak.

  1. Kelola emotional eating

Emotional Eating  yaitu suatu kebiasaan makan berlebihan dalamjumlah  besar hanya karena nafsu dan perasaan yang disebabkan oleh emosi, bukan karena lapar. Seseorang yang mengalami emotioal eating cenderung untuk makan dalam jumlah berlebihan , dan banyak mengonsumsi makanan yang mengandung gula, garam dan minyak

 

Referensi 

Ramayulis  R. 2014.   Slim is Easy.  Jakarta : Penebar Plus +

Sudargo, Toto, dkk. 2014.  Pola Makan dan Obesitas. Yogyakarta : Gajah Mada University Press

Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta

Wahyuningsih, Retno. 2013. Penatalaksanaan Diet pada Pasien. Yogyakarta : Graha Ilmu

 

 

Artikel ini ditulis oleh:
Bernadeth Dwi Wahyunani, AMG, RD
(Kepala Instalasi Pelayanan Gizi Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta)

 

Informasi Pelayanan : 
Klinik Gizi
Lantai 4 Gedung Rawat Jalan Borromeus RS Panti Rapih Yogyakarta

Pendaftaran :
Pendaftaran 24 Jam (0274) 514004 / 514006
Aplikasi PantiRapihKU (Play Store dan App Store)

Peranan Gizi Dalam Menangani Pasien Stroke

Stroke adalah kematian jaringan otak yang terjadi ketika pasokan darah ke otak berkurang akibat penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah otak (stroke hemoragik). Tanpa darah, otak tidak akan mendapatkan asupan oksigen dan nutrisi, sehingga sel-sel otak akan mati. Kondisi ini menyebabkan bagian tubuh yang dikendalikan oleh area otak yang rusak tersebut tidak dapat berfungsi dengan baik.

Pada awal terjadinya stroke, umumnya pasien akan mengalami kesulitan menelan (disfagia) dan beberapa faktor lainnya seperti penurunan kesadaran, disabilitas fungsional, depresi, kesulitan berbicara yang menyebabkan menurunnya asupan gizi dan dehidrasi. Kesulitan menelan (disfagia) ditandai pasien tersedak/batuk pada saat menelan air liur/minuman/makanan, yang menandakan masuknya cairan/makanan ke paru-paru, mengakibatkan pasien berisiko terkena infeksi paru. Dengan asupan gizi yang kurang, dehidrasi serta risiko terjadinya infeksi akan memperburuk kondisi pasien stroke.

Ada beberapa jalur/teknik pemberian makanan untuk memenuhi kebutuhan gizi sehubungan dengan adanya beberapa faktor penyulit pada pasien stroke. Pemberian makanan pada pasien stroke dapat melalui mulut, selang NGT (selang yang dimasukkan melalui lubang hidung sampai ke lambung) dan infus, dengan diutamakan pemberian nutrisi melalui mulut/selang NGT terlebih dahulu sebelum pemberian nutrisi melalui infus. Pasien stroke dengan penurunan kesadaran, kesulitan menelan, atau pasien dgn kondisi malnutrisi sebelumnya, memerlukan selang NGT untuk memenuhi kebutuhan gizi yang diberikan kurang dari 72 jam sejak pasien mendapat perawatan. Pemberian makanan melalui selang NGT segera setelah pasien stabil memberikan dampak yang positif seperti menjaga mukosa usus tetap baik dan mengurangi angka kejadian infeksi.

Makanan apa saja yang diperlukan pasien stroke? Pasien stroke tetap memerlukan gizi seimbang yang terdiri dari karbohidrat (nasi, kentang, oat, roti), protein (daging ayam, sapi, ikan, telur, tahu, tempe dan kacang-kacangan), lemak/minyak, vitamin dan mineral (sayur dan buah) serta air. Jumlah makanan tersebut pastinya akan berbeda untuk setiap pasien, tergantung dari usia, jenis kelamin, ada tidaknya penyakit penyerta selain stroke (darah tinggi, diabetes) dan fungsi organ (fungsi hati, ginjal, jantung). Jalur pemberian makanan dapat melalui mulut, dengan konsistensi seperti nasi, tim atau bubur, tergantung daya terima pasien. Pemberian makanan melalui NGT dapat berupa makanan rumah yang diblender dan disaring atau dapat berupa makanan cair (susu formula), sedangkan pemberian makanan melaui infus dari makanan yang diproses pabrikan dalam kemasan khusus dan dipastikan steril karena masuk melalui pembuluh darah.

Mengapa diperlukan pemantauan asupan gizi untuk pasien stroke? Dengan diberikannya gizi yang sesuai dengan kebutuhan untuk masing-masing pasien, diharapkan tersedianya bahan baku untuk pemulihan sel, mengurangi kejadian infeksi (dengan meningkatnya sistem imunitas dan mengurangi risiko tersedak), tersedianya energi untuk fisioterapi, meningkatkan kualitas hidup pasien serta memperpendek lama perawatan di rumah sakit.

 

Ditulis oleh:
dr Noviani, Sp.GK
(Dokter Spesialis Gizi Klinis Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta)

 

Informasi Pelayanan : 
Klinik Gizi
Lantai 4 Gedung Rawat Jalan Borromeus RS Panti Rapih Yogyakarta

Pendaftaran :
Pendaftaran 24 Jam (0274) 514004 / 514006
Aplikasi PantiRapihKU (Play Store dan App Store)

Frozen Shoulder

Apakah itu?

Frozen shoulder disebut juga adhesive capsulitis adalah gangguan berupa rasa nyeri dan kaku di area bahu kadang menjalar sampai ke lengan; lengan sangat berat saat diangkat. Kondisi ini menyebabkan terbatasnya pergerakan bahu hingga terkadang tidak dapat digerakkan sama sekali. Nyeri bisa timbul secara tiba-tiba tanpa penyebab yang jelas dan dapat mengganggu aktifitas sehari-hari. Bahkan hanya untuk menggaruk punggung atau merogoh kantong belakang, menyisir rambut, mengaitkan tali bra, menggosok badan saat mandi penderita akan sangat kesulitan. Pada beberapa orang, gejala akan cenderung memburuk, terutama di malam hari.

Frozen shoulder umumnya muncul dan memburuk secara bertahap, serta dapat berlangsung selama 1-3 tahun. Frozen shoulder juga diketahui merupakan kondisi dengan tingkat keparahan yang bervariasi. Kondisi ini ditandai dengan proses bertahap terjadinya keterbatasan pergerakan bahu secara aktif maupun pasif. Padahal, disisi lain, tidak ditemukan adanya gangguan pada pemeriksaan radiologi.

Frozen shoulder dapat berkembang ketika kita berhenti menggunakan sendi karena sakit, cedera atau kondisi kesehatan kronis. Setiap masalah bahu dapat menyebabkan frozen shoulder jika tidak melatih lingkup gerak sendi.

Gejala frozen shoulder umumnya berkembang perlahan dalam tiga tahapan, yang setiap tahapannya bisa berlangsung selama beberapa bulan, yaitu

  1. Tahap pertama atau freezing stage yaitu bahu mulai terasa nyeri tiap digerakkan dan pergerakan bahu mulai terbatas. Periode ini bisa berlangsung 2-9 bulan.
  2. Tahap kedua atau frozen stage yaitu nyeri mulai berkurang, namun bahu menjadi semakin kaku atau tegang sehingga sulit digerakkan. Periode ini bisa berlangsung selama 4 bulan hingga 1 tahun.
  3. Tahap ketiga atau stawing stage yaitu gerakan bahu mulai membaik. Tahap ini umumnya terjadi dalam 1 hingga 3 tahun.

 

Apa penyebab frozen shoulder?

Bahu memiliki kapsul pelindung berupa jaringan yang saling berhubungan. Kapsul ini melindungi tulang, ligamen dan tendon pada bahu. Frozen shoulder terjadi karena jaringan parut membuat kapsul pelindung menebal dan menempel di sekitar sendi bahu, sehingga membatasi pergerakan bahu. Namun demikian, belum diketahui apa yang menyebabkan jaringan parut tersebut terbentuk. Penyebabnya kemungkinan karena tidak bergerak untuk waktu yang lama, seperti cedera, setelah operasi, atau patah lengan. Frozen shoulder juga lebih mungkin terjadi pada orang yang mengidap diabetes.

Beberapa kondisi yang bisa meningkatkan faktor resiko frozen shoulder:

  1. Usia: orang berusia 40 th atau lebih tua, terutama wanita lebih rentan terhadap frozen shoulder.
  2. Bahu tidak digerakkan/immobilisasi: terlalu lama istirahat di tempat tidur karena cedera bahu, berkurangnya mobilitas sendi bahu karena cedera, patah lengan, stroke, pasca operasi.
  3. Punya penyakit lain seperti diabetes, masalah kelenjar thyroid, TBC, parkinson atau stroke
  4. Trauma, misalnya karena pembedahan pada bahu, robekan tendon atau patah tulang lengan atas.

Bagaimana pengobatan frozen shoulder?

Penderita frozen shoulder umumnya diobati dengan fisioterapi, yang bertujuan untuk meregangkan otot bahu dan mengembalikan jangkauan gerakan lengan. Selama sesi fisioterapi dapat dilakukan TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation).  Apa itu TENS? TENS adalah terapi yang dilakukan dengan mengantarkan arus listrik kecil melalui elektroda yang ditempelkan pada kulit. Arus listrik tersebut akan merangsang pelepasan molekul penghambat nyeri (endorfin) sehingga menghalangi timbulnya nyeri. Fisioterapis biasanya juga akan memberikan latihan-latihan yang akan membantu untuk mengurangi nyeri dan menambah luas jangkauan gerak sendi bahu. Prinsip latihan untuk nyeri bahu adalah dengan selalu berusaha menggerakkan lengan meski sedang dalam proses pemulihan. Selalu gerakkan lengan meskipun gerakan terbatas tetapi jangan dengan beban. Hindari cedera dan menghindari aktifitas yang membebani sendi bahu secara berlebihan agar tidak memperberat keluhan. Latihan mandiri juga dapat dilakukan di rumah. Untuk meredakan nyeri bisa juga dilakukan kompres dingin saat di rumah. Pasien dapat meletakkan kompres dingin pada bahu selama 10 menit, beberapa kali dalam sehari. Selain fisioterapi, dokter biasanya akan memberikan obat pereda nyeri yang berguna untuk mengurangi rasa sakit dan peradangan. Bila diperlukan, dokter akan memberi suntikan kortikosteroid langsung pada bahu.

Kunci untuk pemulihan frozen shoulder adalah mempertahankan gerakan bahu. Fisioterapi dan latihan di rumah dapat membantu mengurangi rasa sakit dan mempertahankan gerakan lengan.

 

Ditulis oleh:
Arie Widuri, AMF
(Fisioterapis  Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta)

 

Informasi Pelayanan : 
Rehabilitasi Medik
Lantai 1 Gedung Rawat Jalan Borromeus RS Panti Rapih Yogyakarta

Pendaftaran :
Pendaftaran 24 Jam (0274) 514004 / 514006
Aplikasi PantiRapihKU (Play Store dan App Store)

Kanker Kolorektal: Deteksi Dini, Yuk!

Kanker kolorektal atau yang lebih sering disebut kanker usus besar merupakan penyakit keganasan yang terjadi pada usus besar hingga ujung anus. Kanker kolorektal saat ini menjadi kanker terbanyak keempat di Indonesia, dan kanker terbanyak ketiga di dunia. Tingginya kejadian kanker kolorektal ini perlu menjadi perhatian. Kanker kolorektal dapat berasal dari polip di usus besar yang berkembang menjadi kanker. Apabila semakin berlanjut, kanker kolorektal dapat meluas ke bagian tubuh lain, terutama liver dan paru sehingga akan semakin sulit dalam terapinya.

Angka harapan hidup pasien tinggi bila kanker kolorektal terdeteksi sejak dini. Sayangnya, pasien  kanker kolorektal baru terdiagnosis pada stadium lanjut, sehingga angka harapan hidup menjadi sangat jauh berkurang. Maka dari itu deteksi dini serta tatalaksana yang tepat oleh ahli di bidang digestive dilakukan sedini mungkin dan hal ini merupakan kunci dari tatalaksana kanker kolorektal.

Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko seseorang terkena kanker kolorektal. Peran genetik masih berperan penting dari terjadinya kanker kolorektal. Apabila ada anggota keluarga yang memiliki riwayat terkena kanker kolorektal, maka anggota keluarga lain berisiko terkena kanker kolorektal. Usia diatas 50 tahun menjadi salah satu faktor risiko dari kanker kolorektal. Namun, tidak menutup kemungkinan orang yang lebih muda juga terkena kanker kolorektal. Hal ini disebabkan oleh gaya hidup yang dianut seperti merokok, konsumsi daging merah dan daging olahan yang berlebih, konsumsi alkohol, serta konsumsi rendah serat yang juga meningkatkan risiko terjadinya kanker kolorektal. Riwayat penyakit saluran cerna seperti polip dan inflamasi usus juga menjadi faktor risiko terjadinya kanker kolorektal.

Tanda dan gejala awal dari kanker kolorektal memanglah tidak spesifik. Biasanya, pasien awalnya hanya merasa nafsu makan berkurang. Pasien juga mengeluhkan rasa sakit di perut dan rasa terbakar di ulu hati, yang sering kali dianggap sebagai gejala maag. Mual muntah, lemas, serta adanya penurunan berat badan yang relatif cepat (sekitar 5-10 kg) dalam 3 bulan terakhir juga dapat terjadi pada pasien kanker kolorektal. Gejala diare dan anemia lebih sering terjadi apabila kanker terjadi pada usus besar sisi kanan, sedangkan gejala sulit BAB dan BAB mringkil (bulat dan berukuran kecil-kecil) lebih sering terjadi pada kanker yang berlokasi di usus besar sisi kiri. Keluhan BAB bercampur darah menjadi spesifik mengarah ke kanker kolorektal.

Bila memiliki faktor risiko seperti: riwayat keluarga maupun gejala di atas, ada baiknya untuk lebih waspada dan sangat disarankan untuk dilakukan konsultasi ke dokter. Apabila belum memiliki tanda dan gejala yang khas, anda dapat melakukan skrining yang bisa dilakukan dengan pemeriksaan tinja di laboratorium secara berkala untuk mendeteksi adanya darah atau tidak pada tinja. Skrining lebih lanjut seperti kolonoskopi (melihat usus besar dengan alat) dan CT Scan (untuk mengetahui stadium dan penyebaran ke liver) dapat dilakukan pada pasien yang sudah memiliki gejala. Jika pada kolonoskopi ditemukan polip, maka polip tersebut dilakukan pengangkatan dan diperiksa ganas atau tidak. Jika ternyata ditemukan sel-sel ganas, maka tindakan operasi menjadi pilihan utama sebagai terapi definitif.

Dalam operasi kanker kolorektal, dilakukan pemotongan tumor pada usus yang juga meliputi kelenjar dan pembuluh darah yang terlibat, kemudian dilakukan penyambungan kembali yang biasanya dilakukan pada stadium awal. Teknik operasi lainnya juga dapat dilakukan pembuatan lubang pembuangan tinja (stoma) pada perut yang dapat bersifat sementara ataupun permanen. Stoma sementara (temporary) dibuat apabila saat operasi tidak dapat langsung dilakukan penyambungan usus karena kondisi pasien yang dapat menyebabkan kebocoran, sedangkan stoma permanen dibuat pada kondisi pasien yang sudah berada di stadium lanjut dimana sulit untuk dilakukan penyambungan. Setelah dilakukan operasi, tindakan selanjutnya yang perlu dilakukan adalah kemoterapi. Kemoterapi dilakukan untuk melengkapi tindakan operatif yang telah dilakukan sehingga terapi terhadap pasien lebih paripurna. Kemoterapi biasanya diberikan pada pasien yang berada pada stadium awal.

Pemahaman terhadap deteksi dini, penemuan penyakit pada stadium awal, serta terapi yang tepat dan paripurna (yang meliputi operatif dan kemoterapi) akan memberikan hasil yang maksimal dan kualitas hidup yang baik. Oleh karena itu, sangat disarankan kepada anda yang memiliki tanda/gejala atau memiliki faktor-faktor risiko seperti yang telah disebutkan untuk melakukan deteksi dini.

 

Ditulis oleh:
Dr. dr. Adeodatus Yuda H, Sp.B – KBD
(Dokter  Bedah Konsultan Bedah Digestif  Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta)

 

Informasi Pelayanan : 
Klinik Bedah Digestif
Lantai 4 Gedung Rawat Jalan Borromeus RS Panti Rapih Yogyakarta

Pendaftaran :
Pendaftaran 24 Jam (0274) 514004 / 514006
Aplikasi PantiRapihKU (Play Store dan App Store)