DIABETES MELITUS No ratings yet.

Apa yang dimaksud dengan Diabetes Melitus?

Diabetes melitus adalah penyakit menahun (kronis) berupa gangguan metabolik yang ditandai dengan kadar gula darah melebihi batas normal (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2020), sedangkan menurut Perkeni 2021 diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (Perkeni, 2021)

Faktor risiko diabetes melitus

Faktor risiko diabetes mellitus menurut Kemenkes (2019) dibagi menjadi dua yaitu

1) Faktor risiko yang tidak bisa diubah

  1. Usia ≥ 40 tahun.
  2. Mempunyai riwayat keluarga penderita DM.
  3. Kehamilan dengan gula darah tinggi.
  4. Ibu dengan riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir > 4 kg.
  5. Bayi yang memiliki berat badan lahir < 2,5 kg

2) Faktor risiko yang bisa diubah

  1. Kegemukan (IMT > 23 kg/m2 ) dan lingkar perut laki-laki > 90 cm dan perempuan > 80 cm.
  2. Kurang aktivitas fisik.
  3. Hipertensi (> 140/90 mmHg).
  4. Dislipidemia (kolesterol HDL laki-laki ≤ 35 mg/dl dan perempuan ≤ 45 mg/dl, trigliserida ≥ 250 mg/dl).
  5. Riwayat penyakit jantung.
  6. Diet tidak seimbang.
  7. Merokok atau terpapar asap rokok

(Perkeni 2019)

Gejala pada Daibetes Mellitus

Gejala khas yang sering terjadi yaitu :

  • Sering haus dari biasanya
  • Sering kencing
  • Cepat lapar
  • Penurunan berat badan tanpa sebab

Selain itu bisa juga didapatkan gejala lainnya yaitu :

  • Mudah mengantuk dan lelah
  • Pandangan kabur
  • Luka susah sembuh
  • Kesemutan
  • Bisul yang hilang timbul
  • Impotensi
  • Gatal pada area kewanitaan

Kriteria Diagnosis Diabetes Mellitus (Perkeni 2019)

  • Pemeriksaan glukosa plasma puasa>126 mg/dl, puasa adalah kondisi tidak ada asupan kalori minimal 8 jam

Atau

  • Pemeriksaan glukosa plasma>200 mg/dl 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram

Atau

  • Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu>200 mg/dl dengan keluhan klasik atau krisis hiperglikemia

Atau

  • Pemeriksaan Hb A1c > 6,5% dengan menggunakan metode yang terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin Standarization Program (NGSP) dan Diabetes Control and Complications Trial assay (DCCT)

 

(Perkeni 2019)

Hasil pemeriksaan yang tidak memenuhi kriteria normal atau kriteria DM digolongkan kedalam kelompok prediabetes yang mreliputi toleransi glukosa terganggu (TGT) dan glukosa darah puasa terganggu (GDPT)

  • Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT): Hasil pemeriksaan glukosa plasma puasa antara 100 – 125 mg/dl dan pemeriksaan TTGO glukosa plasma 2-jam < 140 mg/dl
  • Toleransi Glukosa Terganggu (TGT): Hasil pemeriksaan glukosa plasma 2-jam setelah TTGO antara 140 – 199 mg/dl dan glukosa plasma puasa < 100 mg/dl
  • Bersama-sama didapatkan GDPT dan TGT
  • Diabetes prediabetes dapat juga ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan Hb A1c yang menunjukkan angka 5,7 – 6,4%

 

Cara Pelaksanaan TTGO (WHO, 1994)

  • Tiga hari sebelum pemeriksaan, pasien tetap makan (dengan karbohidrat yang cukup) dan melakukan kegiatan jasmani seperti kebiasaan sehari-hari
  • Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan, minum air putih tanpa glukosa tetap diperbolehkan
  • Dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah puasa
  • Diberikan glukosa 75 gram (orang dewasa) atau 1,75 g/kg BB (anak-anak), dilarutkan dalam air 250 ml dan diminum dalam waktu 5 menit
  • Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam setelah minum larutan glukosa selesai
  • Dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa
  • Selama proses pemeriksaan, subjek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok

 

Artikel ditulis oleh :

dr. Tri Djoko Endro Susilo, Sp.PK

(Dokter Spesialis Patologi Klinik RS Panti Rapih Yogyakarta)

Mohon dapat memberikan rating

DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA USIA MUDA 5/5 (1)

Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Dari data Badan Pusat Statistik Indonesia tahun 2003, terdapat sekitar 29,1 juta penduduk Indonesia yang berusia di atas 20 tahun menderita DM, dan pada tahun 2030 diperkirakan jumlah penderita DM sebesar 41,9 juta orang.

Diabetes Melitus Tipe 2 (DMTipe 2) adalah bentuk diabetes yang paling sering ditemui, terjadi ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin dengan efektif (resistensi insulin) atau tidak memproduksi cukup insulin untuk mempertahankan kadar gula darah yang normal.Insulin adalah hormon yang diperlukan untuk membantu sel-sel tubuh menyerap glukosa dari darah. DM tipe 2 biasanya berkembang pada usia yang lebih tua, namun, dalam beberapa tahun terakhir, terdapat peningkatan signifikan prevalensi DM tipe 2 pada individu usia muda, termasuk anak-anak dan remaja. Peningkatan kasus DM tipe 2 di kalangan usia muda sangat berkaitan dengan perubahan gaya hidup, pola makan yang buruk, serta kurangnya aktivitas fisik. Hal ini menjadi perhatian besar karena dapat menyebabkan berbagai komplikasi kesehatan jangka panjang jika tidak terkontrol dengan baik.

 

Faktor RisikoDM Tipe 2 pada usia muda antara lain:

  1. Obesitas

Salah satu faktor risiko utama untuk DM Tipe 2 adalah obesitas. Lemak tubuh yang berlebih, terutama obesitas sentral, dapat menyebabkan resistensi insulin, dimana sel-sel tubuh tidak dapat merespon insulin dengan baik.

  1. Pola Makan yang Tidak Sehat

Diet tinggi gula, makanan cepat saji, dan karbohidrat olahan yang banyak dikonsumsi oleh anak muda dapat berkontribusi pada penambahan berat badan dan gangguan metabolisme glukosa.

  1. Kurangnya Aktivitas Fisik

Gaya hidup yang kurang aktif, termasuk banyak duduk dan kurangnya olahraga, dapat menyebabkan obesitas dan penurunan sensitivitas insulin.

  1. Faktor Genetik

Riwayat keluarga yang mengidap DM Tipe 2 juga meningkatkan risiko seseorang untuk mengidap penyakit ini. Jika orangtua atau saudara dekat memiliki diabetes tipe 2, kemungkinan terkena diabetes pada usia muda meningkat.

Beberapa kelompok etnis, seperti orang Asia, Hispanik, dan Afrika-Amerika cenderung memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita DM Tipe 2.

  1. Sindrom Metabolik

Sindrom metabolik merupakan sekelompok kondisi medis yang terjadi bersamaan, yang dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung,stroke danDM. Yang termasuk sindrom metabolik adalah Obesitas sentral, kenaikan trigliserida, kolesterol HDL rendah, hipertensi, dan kadar gula darah puasa terganggu. Meskipun sering terkait dengan usia lanjut, sindrom ini kini mulai ditemukan pada remaja dan anak-anak.

  1. Stres dan Faktor Psikologis

Stres yang berkepanjangan dapat memengaruhihormon yang berperan dalam pengaturan gula darah, seperti kortisol. Selain itu, masalah psikologis seperti depresi dapat berhubungan dengan kebiasaan makan yang buruk dan pola hidup yang tidak sehat.

 

Gejala Diabetes Tipe 2 pada Usia Muda

DM Tipe 2 sering kali berkembang secara perlahan, dan banyak individu yang mungkin tidak merasakan gejala-gejala yang jelas. Beberapa tanda yang perlu diwaspadai meliputi:

  • Sering merasa haus dan lapar
  • Sering buang air kecil
  • Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas
  • Penglihatan kabur
  • Mudah lelah
  • Luka atau infeksi yang sulit sembuh
  • Kaki atau tangan yang terasa kesemutan atau mati rasa

 

Pencegahan dan pengelolaan DM Tipe 2 pada Usia Muda

Diabetes tipe 2 pada usia muda dapat dicegah atau dikelola dengan menerapkan perubahan gaya hidup sehat. Berikut beberapa langkah penting untuk mencegah atau mengelola DM Tipe 2:

  1. Penurunan Berat Badan

Pada individu yang obesitas, penurunan berat badan yang sehat dengan kombinasi diet sehat dan olahraga dapat memperbaiki sensitivitas insulin dan membantu menjaga gula darah stabil.

  1. Perbaikan Pola Makan

Menerapkan pola makan sehat dengan lebih banyak konsumsi buah-buahan, sayuran, biji-bijian serta batasi konsumsi gula, makanan tinggi lemak jenuh, dan makanan olahan. Mengatur porsi makan dan memilih makanan dengan indeks glikemik rendah juga bermanfaat.

  1. Aktivitas Fisik

Melakukan olahraga teratur, seperti berjalan kaki, berlari, bersepeda, atau berenang, setidaknya 30 menit per hari dapat meningkatkan sensitivitas insulin dan membantu tubuh memanfaatkan glukosa lebih efisien.

  1. Pengelolaan Stres

Mengelola stres dengan cara yang sehat, seperti meditasi, yoga, pernapasan dalam  atau berkegiatan yang menyenangkan, dapat membantu mencegah gangguan metabolisme.

  1. Pemeriksaan Rutin

Pada individu yang berisiko tinggi, sangat penting untuk melakukan pemeriksaan rutin untuk mendeteksi DM Tipe 2 pada tahap awal.

  1. Pendidikan Kesehatan

Pemberian pendidikan tentang pentingnya gaya hidup sehat kepada remaja dan orangtua sangat penting untuk pencegahan dan pengelolaan DM tipe 2 di usia muda.

7, Terapi medikamentosa (obat antidiabetik dan insulin)

 

Dampak Jangka Panjang DM Tipe 2 pada Usia Muda

DM Tipe 2 yang tidak terkontrol dapat menimbulkan berbagai komplikasi serius, seperti:

  1. Masalah Kardiovaskular (penyakit jantung dan stroke)
  2. Kerusakan pada ginjal (nefropati)
  3. Kerusakan Saraf (Neuropati)
  4. Gangguan penglihatan (retinopati)
  5. Masalah Kulit dan Penyembuhan Luka

 

Karena DM Tipe 2 cenderung berkembang perlahan dan bisa tidak terdeteksi pada tahap awal, sangat penting untuk melakukan upaya pencegahan dengan gaya hidup sehat sejak dini.

 

Artikel ditulis oleh :

dr. Maheswara Wisnubhuana, Sp. PD

(Dokter Spesialis Penyakit Dalam RS Panti Rapih Yogyakarta)

 

Info Selanjutnya :

Klinik Penyakit Dalam

Lantai 5, Gedung Rawat Jalan Terpadu Borromeus RS Panti Rapih Yogyakarta

Pendaftaran 24 jam :

Pendaftaran :
Pendaftaran 24 Jam (0274) 514004 / 514006
Aplikasi PantiRapihKU (Play Store dan App Store)

 

Mohon dapat memberikan rating

Peranan Senam Diabetes dan Prevensi Primer 5/5 (1)

Diabetes Mellitus (kencing manis) merupakan penyakit metabolik kronik yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah baik puasa maupun setelah makan yang kadarnya melebihi nilai normal. Sebagai penyakit metabolik kronik, dapat diartikan bahwa selama metabolisme berlangsung maka akan selalu ada penyakit ini. Penyakit ini dapat diderita seumur hidup, atau tidak dapat dikatakan sembuh tetapi dapat dikontrol dengan baik tergantung pada penderitanya sendiri. Dokter, perawat, ahli gizi, edukator diabetes hanya memfasilitasi dan memotivasi agar pasien dapat mengelola diabates dengan baik sehingga terhindar dari komplikasi.

Patofisiologi atau perjalanan penyakit diabates ini pada dasarnya akibat dari berkurangnya pengeluaran insulin dari sel beta pankreas dan gangguan pada reseptor insulin di jaringan hati dan otot. Dengan demikian gula tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga kadarnya didapatkan meningkat dalam darah. Penyakit ini kadang tidak disertai dengan gejala, dan banyak kasus yang ditemukan secara kebetulan pada waktu periksa di pusat layanan kesehatan.

Gejala klasik yang sering didapatkan adalah banyak kencing, terutama malam hari yang disebut poliuria, merasa lapar dan ingin makan terus yang disebut polifagia dan selalu merasa haus disebut polidipsia. Jumlah penderita yang ini semakin banyak ditemukan dan kejadiannya dicenderung muncul di usia yang lebih muda. Perubahan pola hidup dan pola makan sangat besar pengaruhnya. Di jaman yang serba digitalisasi aktivitas fisik cenderung berkurang, sedangkan keinginan makan cenderung meningkat. Ketidakseimbangan antara asupan karbohidrat dan aktivitas fisik inilah yang memicu munculnya penyakit diabetes.

Prinsip pengelolaan diabetes adalah dengan diet atau pengelolaan makan, exercise atau olahraga  yang teratur minimal 30 menit sehari selama 5 hari dalam seminggu, dan minum obat atau memakai insulin secara teratur. Banyak pengertian yang sering kali tidak tepat di masyakarat seperti misalnya penggunaan insulin, dianggap penyakitnya sudah parah atau akan ketergantungan seumur hidup, kemudian adanya diabetes tipe kering dan tipe basah serta penggunakan obat kimiawi yang akan mempercepat kerusakan ginjal. Informasi tersebut perlu diluruskan agar pasien mendapatkan informasi yang benar. Penggunaan insulin diperlukan apabila pasien dirawat di rumah sakit untuk menjalani operasi, perawatan luka diabetes pada kaki, atau pada penderita diabetes yang kurus. Ketergantungan pada insulin dari luar hanya didapatkan pada penderita diabetes tipe 1 dimana sel beta pankreas penghasil insulin rusak secara total. Berbeda dengan tipe diabetes tipe 2, yang kerusakannya hanya sebagian, sehingga pada diabetes tipe 2 dapat menggunakan obat penurun gula darah, insulin atau kombinasi keduanya.

Pada diabetes yang terjadi  pada saat kehamilan juga diperlukan insulin untuk mengendalikan gula darah. Kerusakan pada ginjal yang sering dianggap karena kebanyakan obat, sebenarnya akibat kerusakan pembuluh darah kecil pada ginjal (mikroangiopati) karena tingginya kadar gula darah. Hal yang sama juga bisa terjadi pada mata yang disebut retinopati. Apabila kerusakan pembuluh darah terjadi pada pembuluh yang besar (makroangiopati), maka bisa muncul komplikasi stroke, penyakit jantung koroner maupun penyakit kaki diabetes.

Mengingat begitu banyak komplikasi dari diabetes, maka upaya pencegahan primer maupun promotif perlu ditingkatkan. Edukasi secara kelompok maupun mandiri, penggunaan media sosial baik tulis maupun audiovisual sangat bermanfaat dalam upaya tersebut. Olahraga atau senam diabetes sudah lama dikenal dan semakin banyak masyarakat yang turut aktif. Senam diabetes bermanfaat karena dapat menurunkan kadar gula darah, menaktifkan reseptor insulin pada otot, memperbaiki keluhan pada muskoloskeletal atau otot dan sendi serta mengurangi kebutuhan obat maupun insulin. Olahraga atau senam diabetes sebaiknya memenuhi unsur-unsur, Continuos yang berarti dilakukan secara terus menerus, rhythmical yang berarti berirama dimana otot melakukan konstraksi dan relaksasi, internal yang berarti kadang cepat kadang lambat secara kontinyu, progresif yang artinya beban ditingkatkan secara bertahap dan endurance yang artinya dapat meningkatkan ketahanan dan kebugaran tubuh.

 

Lokasi Pelayanan :
Klinik Endokrin
Lantai 5 Gedung Rawat Jalan Terpadu Borromeus RS Panti Rapih
Jl. Cik Di Tiro 30 Yogyakarta 55223

Pendaftaran :
Pendaftaran 24 Jam (0274) 514004 / 514006
Aplikasi PantiRapihKU (Play Store dan App Store)

 

Rating untuk artikel/halaman ini : 5/5 (1)

Mohon dapat memberikan rating