Obesitas

Obesitas atau kegemukan merupakan keadaan bertambahnya lemak tubuh yang ditandai oleh kenaikan berat badan dan peningkatan penumpukan lemak pada bagian tertentu khususnya di daerah perut. Obesitas atau kegemukan terjadi karena ketidakseimbangan antara energi yang masuk dan energi yang keluar, sehingga terjadi peningkatan rasio lemak dan lean body tissue yang terlokalisir atau merata di seluruh tubuh.

Bagaimana Cara Menentukan Obesitas?

  1. Menghitung Indeks Massa Tubuh

Perhitungan umum yang sering digunakan tanpa mempetimbangkan berat otot adalah IMT  (Indeks Massa Tubuh) atau  BMI ( Body Mass Index ).

Rumus IMT = Berat badan (kg) / Tinggi badan x tinggi badan (m)

Bila berat badan seseorang adalah  68 kg dengan tinggi badan 155 cm, maka IMT -nya adalah  28, 3 kg/m2, artinya berdasarkan IMT termasuk obesitas.

2. Menghitung Rasio Lingkar Pinggang dan Panggul (RLPP)

Rasio lingkar pinggang dan panggul merupakan salah satu cara pengukuran antropometri yang dapat menilai obesitas sentral dan juga menilai risiko terkena penyakit kardiovaskuler. Cara mengukur lingkar pinggang yang paling mudah adalah dengan meletakkan satu jari di atas pusar Anda, setelah itu lingkari meteran pada daerah tersebut. Untuk mengukur lingkar panggul dapat dilakukan dengan cara menentukan daerah panggul yang paling menonjol dan gunakan metlin untuk mengukur.

Rumus RLPP = lingkar pinggang (cm) / lingkar panggul (cm)

Contoh: bila seorang laki-laki mempunyai lingkar pinggang 100 cm dengan lingkar pinggul 90 cm, maka RLPP-nya adalah 100 : 90 = 1,1. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa laki-laki ini mengalami obesitas sentral dan berisiko untuk menderita penyakit kardiovaskuler, sesuai dengan hasil penelitian prospektif yang menunjukkan bahwa rasio lingkar pinggang dan panggul berhubungan erat dengan penyakit kardiovaskuler (Supariasa, 2002).

Tipe-tipe Obesitas

  1. Tipe Android (Tipe buah Apel)

Tipe android menunjukkan distribusi dan akumulasi dominan jaringan lemak yang terdapat pada bagian visceral dan bagian atas tubuh, seperti yang terlihat pada buah apel. Tipe ini banyak terjadi pada pria dan wanita yang telah mengalami menopause karena hormon estrogen tidak lagi diproduksi.

Jenis timbunan lemak pada bagian atas tubuh adalah asam  lemak jenuh. Seseorang dengan timbunan lemak jenuh tinggi dalam tubuh beresiko terkena penyakit yang berhubungan dengan metabolisme glukosa dan lemak seperti penyakit diabetes mellitus, penyakit jantung koroner, stroke dan tekanan darah tinggi. Orang dengan tipe kegemukan seperti ini mempunyai kemungkinan terkena kanker payudara enam kali lebih besar dibandingkan orang yang memiliki berat tubuh normal. Lemak jenuh  merupakan lemak yang lebih  mudah dibakar. Bila seseorang memiliki timbunan lemak lebih banyak pada bagian atas ( lengan atas, belakang bra, pinggang dan perut) dianjurkan untuk segera melakukan diet dan olahraga secara teratur.

  1. Tipe Ginoid (Tipe buah Pir)

Tipe ginoid menunjukkan distribusi dan akumulasi dominan jaringan lemak pada bagian bawah tubuh yaitu, di daerah panggul dan paha. Tipe ini banyak terdapat pada wanita.

Jenis lemak yang tertimbun pada daerah panggul dan paha jenisnya adalah lemak tidak jenuh yang lebih sulit untuk dibakar. Kegemukan tipe ini lebih aman terhadap risiko penyakit kardiovaskuler. Pada kegemukan tipe ini, perlu pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui apakah lemak tubuh bagian atas sudah normal atau belum. Jika normal, untuk penurunan berat badan tidak dianjurkan untuk diet ketat karena akan semakin menghabiskan lemak bagian atas tubuh, yang kemungkinan akan menyebabkan antara lain pipi menjadi kempot dan payudara mengecil. Yang penting untuk dilakukan adalah, melatih otot-otot di sekitar panggul dan paha. Jika massa otot lebih besar dari lemak, penampilan panggul dan paha akan terkesan lebih langsing.

  1. Tipe Hiperplastik

Tipe ini biasanya terjadi pada anak-anak. Tipe hiperplastik menunjukkan sel lemak berlebih, tetapi ukurannya sesuai dengan ukuran sel lemak normal. Jumlah sel lemak yang banyak pada anak-anak akan sulit untuk diturunkan ketika masa pertumbuhan telah berakhir. Anak-anak yang gemuk harus ditingkatkan aktifitas fisiknya secara teratur untuk menyeimbangkan dengan sel lemak yang banyak tadi dengan pertambahan tinggi badan.

  1. Tipe Hipertropik

Obesitas tipe ini biasanya terjadi pada orang dewasa, terutama pada wanita setelah hamil dan melahirkan atau pada pria yang mulai mapan dengan makan tidak terkontrol. Tipe hipertropik menunjukkan ukuran sel lemak tidak normal (berukuran besar), tetapi dengan jumlah sel lemak normal.

Ukuran sel lemak yang membesar dapat dikecilkan dengan meningkatkan penggunaan sel lemak sebagai energi, yaitu dengan mengurangi asupan energi total dan meningkatkan aktifitas fisik dan latihan fisik secara teratur.

Pengaturan Makan pada Obesitas

Pengaturan makan  dengan tujuan penurunan berat  badan, sebaiknya dapat menurunkan berat badan secara bertahap tanpa mengganggu keseimbangan metabolisme atau sampai menyiksa diri sendiri. Bahkan, diharapkan pengaturan  makan ini bisa menjadi suatu gaya hidup yang baik. Pengaturan makan yang bisa diterapkan untuk penurunan berat badan  adalah dengan diet rendah energi, seimbang dan teratur (REST). Diet REST ini dikembangkan oleh Rita Ramayulis DCN.,M.Kes.

Pada prinsipnya diet ini adalah menurunkan asupan energi total dengan tetap mengenyangkan. Seseorang dengan kegemukan, tetap dapat mengonsumsi makanan dengan volume yang sesuai, mengandung zat gizi lengkap dan seimbang, serta frekuensi makan minimal 3 kali sehari. Diet ini mengutamakan pemilihan bahan makanan dengan densitas energi rendah (DER). Densitas energi rendah adalah jumlah energi pada suatu hidangan makanan dalam berat atau volume tertentu. Suatu hidangan makanan dengan densitas energi rendah akan menyediakan energi relatif lebih rendah dibandingkan dengan yang berdensitas energi lebih tinggi dalam berat yang sama. Konsumsi makanan dengan DER, telah dimasukkan dalam Dietary Guidelines for Americans 2005, sebagai strategi untuk mengurangi konsumsi energi. Konsumsi makanan denagn DER dapat menurunkan berat badan secara bermakna. Penelitian dari Dewi, dkk (2013), menjelaskan bahwa kelompok yang mengonsumsi lebih  banyak makanan berdensitas energi rendah memiliki kualitas bahan makanan yang lebih baik dan indeks massa tubuh yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang mengonsumsi makanan berdensitas energi tinggi.

Pengelompokkan bahan makanan berdasarkan nilai densitas energi adalah sebagai berikut:

  1. Bahan makanan dengan densitas energi sangat rendah. (0-60 kkal/100 gr)

Contoh: sari kedelai, telur ayam bagian putih, lobak, oyong, pare, terong, tomat, semangka, pepaya

  1. Bahan makanan dengan densitas energi rendah ( > 60 -150 kkal/100 gr)

Contoh: kentang, tahu, tempe, ikan bawal, ikan kakap, daun pepaya, pisang ambon, sirsak

  1. Bahan makanan dengan densitas energi sedang ( > 150 – 400 kcal/100 gr)

Contoh: havermut,jagung, belut, daging sapi, ikan pindang, keju, selai, kopi, madu

  1. Bahan makanan dengan densitas energi tinggi ( > 400 – 900 kcal/100 gr)

Contoh: kacang tanah,ayam dengan kulit, kuning telur ayam, mentega, margarin, minyak kelapa

Sumber: Ramayulis R, 2014 Analisis Densitas Energi berdasarkan DKBM, Kemenkes 1996

 

Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam menurunkan berat badan adalah sebagai berikut:

  1. Gizi Seimbang

Dalam diet gizi seimbang tidak ada larangan untuk mengonsumsi makanan tertentu. Dianjurkan  untuk mengonsumsi aneka ragam makanan sesuai kebutuhan dan bervariasi baik untuk kelompok makanan sumber karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayur dan buah.

  1. Cukup Minum

Dalam sehari kebutuhan air putih untuk tubuh minimal 2 liter (8 gelas), tetapi saat menjalankan diet penurunan berat badan, kebutuhan air meningkat 50 cc untuk setiap kilogram berat badan.

  1. Aktifitas Fisik dan Lakukan Olahraga secara Teratur

Pada tahun 2002, WHO mencanangkan gerakan Move for Health, yang berisi rekomendasi utama untuk melakukan minimal 30 menit aktifitas fisik secara reguler dalam 5 hari seminggu. Jika seseorang melatih otot, setiap saat otot juga akan mempunyai kemampuan lebih untuk membakar lemak.

  1. Kelola Emotional Eating

Emotional Eating  yaitu. suatu kebiasaan makan berlebihan dalamjumlah  besar hanya karena nafsu dan perasaan yang disebabkan oleh emosi, bukan karena lapar. Seseorang yang mengalami emotional eating cenderung untuk makan dalam jumlah berlebihan dan banyak mengonsumsi makanan yang mengandung gula, garam dan minyak.

 

Referensi

Ramayulis  R. 2014.   Slim is Easy.  Jakarta : Penebar Plus +

Sudargo, Toto, dkk. 2014.  Pola Makan dan Obesitas. Yogyakarta : Gajah Mada University Press

Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta

Wahyuningsih, Retno. 2013. Penatalaksanaan Diet pada Pasien. Yogyakarta : Graha Ilmu

 

Artikel ini ditulis oleh:

Bernadeth Dwi Wahyunani, AMG, RD

(Kepala Instalasi Gizi RS Panti Rapih Yogyakarta)

 

 Instalasi Gizi Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
Jl Cik Ditiro 30 Yogyakarta 55223
Senin – Jumat, pk 07.00 – 14.00 WIB
Hari Minggu & tanggal merah tutup
Telepon : 0274 – 563333 ext 238

Cegah Kegemukan

Lebih dari 1 miliar orang di seluruh dunia mengalami obesitas. Jumlah ini masih terus bertambah, bahkan WHO memperkirakan pada tahun 2025, sekitar 167 juta orang, baik dewasa dan anak, akan jadi sakit karena kelebihan berat badan atau obesitas. 

Obesitas adalah penyakit yang mempengaruhi sebagian besar sistem dan organ tubuh, dari jantung, hati, ginjal, sendi, sampai sistem reproduksi. Dampaknya berupa penyakit tidak menular (PTM), seperti diabetes tipe 2, penyakit kardiovaskular, hipertensi dan stroke, kanker, serta masalah kesehatan mental. Orang dengan obesitas juga tiga kali lebih mungkin dirawat di rumah sakit karena COVID-19. Kunci untuk mencegah obesitas adalah bertindak sejak dini, idealnya bahkan sebelum bayi lahir. Nutrisi yang baik selama kehamilan, diikuti dengan pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan dan terus menyusui sampai usia 2 tahun, adalah langkah yang terbaik untuk semua bayi dan anak.

Kegemukan dan obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak abnormal atau berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan. Indeks massa tubuh (BMI) adalah indeks sederhana dari berat badan-untuk-tinggi yang umum digunakan untuk mengklasifikasikan kelebihan berat badan dan obesitas. Untuk anak balita kelebihan berat badan adalah berat badan untuk tinggi badan lebih besar dari 2 standar deviasi di atas median Standar Pertumbuhan Anak WHO, dan obesitas lebih besar dari 3. Pada anak dan remaja berusia antara 5-19 tahun kelebihan berat badan adalah BMI lebih besar dari 1 standar deviasi di atas median Pertumbuhan WHO dan obesitas lebih besar dari 2.

Penyebab mendasar dari obesitas dan kelebihan berat badan adalah ketidakseimbangan energi antara kalori yang dikonsumsi dan kalori yang dikeluarkan. Secara global, hal tersebut telah terjadi karena pertama, adanya peningkatan asupan makanan padat energi yang tinggi lemak dan gula. Kedua, penurunan aktivitas fisik karena semakin banyak bentuk pekerjaan yang menetap, perubahan moda transportasi, dan peningkatan urbanisasi. Keduanya, yaitu perubahan pola makan dan aktivitas fisik seringkali merupakan hasil dari perubahan lingkungan dan sosial yang terkait dengan pembangunan dan kurangnya kebijakan yang mendukung pada sektor kesehatan, pertanian, transportasi, perencanaan kota, lingkungan, pengolahan makanan, distribusi, pemasaran, dan pendidikan.

Obesitas pada anak dikaitkan dengan kemungkinan obesitas, kematian dini, dan kecacatan yang lebih tinggi di masa dewasa. Namun selain peningkatan risiko di masa depan, anak obesitas mengalami kesulitan bernapas, peningkatan risiko patah tulang, hipertensi, penanda awal penyakit kardiovaskular, resistensi insulin dan efek psikologis. Kegemukan dan obesitas, serta penyakit tidak menular yang terkait, sebagian besar dapat dicegah. Lingkungan dan masyarakat yang mendukung sangat penting dalam membentuk pilihan masyarakat, dengan menjadikan pilihan makanan yang lebih sehat dan aktivitas fisik yang teratur sebagai pilihan yang paling mudah diakses, tersedia dan terjangkau.

Pada tingkat keluarga, orang tua dapat dapat melakukan pembatasan asupan energi dari total lemak dan gula pada anak. Juga meningkatkan konsumsi buah dan sayuran, serta kacang-kacangan, biji-bijian. Dan jangan lupa untuk mendorong anak melakukan aktivitas fisik secara teratur (60 menit sehari untuk anak-anak dan 150 menit dalam seminggu untuk remaja dan orang dewasa).

Di tingkat masyarakat, penting untuk mendukung individu dalam mengikuti rekomendasi di atas, melalui implementasi berkelanjutan dari kebijakan berbasis bukti dan berbasis populasi yang membuat aktivitas fisik teratur dan pilihan makanan yang lebih sehat tersedia, terjangkau dan mudah diakses oleh semua orang, terutama bagi yang termiskin. individu. Contoh dari kebijakan tersebut adalah pajak atas minuman manis dengan gula.

Industri makanan dapat memainkan peran penting dalam mempromosikan diet sehat dengan mengurangi kandungan lemak, gula, dan garam makanan olahan. Juga memastikan bahwa pilihan yang sehat dan bergizi tersedia dan terjangkau bagi semua konsumen. Regulasi negara harus mencakup pembatasan pemasaran makanan tinggi gula, garam dan lemak, terutama makanan yang ditujukan untuk anak dan remaja. Selain itu, juga memastikan ketersediaan pilihan makanan sehat dan mendukung praktik aktivitas fisik secara teratur di tempat kerja.

Pada kesempatan Hari Obesitas Sedunia 4 Maret 2022, semua negara harus berbuat lebih banyak untuk membalikkan krisis kesehatan yang dapat diprediksi dan dicegah ini. Langkah efektif harus segera diambil, termasuk membatasi pemasaran makanan dan minuman tinggi lemak, gula dan garam kepada anak, mengenakan pajak pada minuman manis, dan menyediakan akses yang lebih baik ke makanan sehat yang terjangkau. Setiap kota perlu menyediakan ruang bagi semua warganya, termasuk anak untuk berjalan kaki ke sekolah, bersepeda, dan rekreasi yang aman, dan guru di sekolah perlu mengajarkan kebiasaan sehat kepada anak sejak dini.

Sumber: https://dokterwikan.com/

Artikel ini ditulis oleh:
DR. dr. FX. Wikan Indrarto, Sp.A
(Dokter Spesialis Anak Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta)

 

Klinik Klinik Tumbuh Kembang Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
Lantai 3 Gedung Rawat Jalan Borromeus
Jl Cik Ditiro 30 Yogyakarta 55223

Pendaftaran :
Pendaftaran 24 Jam (0274) 514004 / 514006
Aplikasi PantiRapihKU (Play Store dan App Store)

 

Obesitas

Obesitas atau kegemukan merupakan keadaan bertambahnya lemak tubuh yang ditandai oleh kenaikan berat badan dan peningkatan penumpukan lemak pada bagian tertentu khususnya di daerah perut. Obesitas atau kegemukan terjadi karena ketidakseimbangan antara energi yang masuk dan energi yang keluar, sehingga terjadi peningkatan rasio lemak dan lean  body tissue yang terlokalisir atau merata di seluruh tubuh.

Bagaimana cara menentukan obesitas?

  1. Menghitung Indeks Massa Tubuh

Perhitungan umum yang sering digunakan tanpa mempetimbangkan berat otot adalah IMT  (Indeks Massa Tubuh) atau  BMI ( Body Mass Index ).

Rumus IMT =        Berat badan ( kg ) : Tinggi badan x tinggi badan (m)

IMT ( kg/m2) Klasifikasi

Risiko Kesakitan

< 18,5 Kurang Rendah
18,5 – 22,9 Normal Rata-rata
> 23 Overweight (kelebihan berat badan)
23,0 – 26,9 Pra obesitas Meningkat
≥ 27,0 Obesitas Tinggi

Sumber : WHO, 2004

Bila berat badan seseorang adalah  68 kg dengan tinggi badan 155 cm, maka IMT -nya adalah  28, 3 kg/m2, artinya berdasarkan IMT termasuk obesitas.

  1. Menghitung Rasio Lingkar Pinggang dan Panggul (RLPP)

Rasio lingkar pinggang dan panggul merupakan salah satu cara pengukuran antropometri yang dapat menilai obesitas sentral dan juga menilai risiko terkena penyakit kardiovaskuler. Cara mengukur lingkar pinggang yang paling mudah adalah dengan meletakkan satu jari di atas pusar Anda, setelah itu lingkari meteran pada daerah tersebut. Untuk mengukur lingkar panggul dapat dilakukan dengan cara menentukan daerah panggul yang paling menonjol dan gunakan metlin untuk mengukur.

Rumus RLPP =           lingkar pinggang (cm)  : lingkar panggul (cm)

Parameter Rasio Lingkar Pinggang  Panggul (RLPP)

Jenis kelamin Tidak Obes

Obes

Laki-laki ≤ 0,90 >0,90
Perempuan ≤ 0,80 >0,80

Sumber : Eston et al.,2009

Contoh : bila seorang laki-laki mempunyai lingkar pinggang 100 cm dengan lingkar pinggul 90 cm, maka RLPP-nya adalah 100 : 90 = 1,1. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa laki-laki ini mengalami obesitas sentral dan berisiko untuk menderita penyakit kardiovaskuler, sesuai dengan hasil penelitian prospektif yang menunjukkan bahwa rasio lingkar pinggang dan panggul berhubungan erat dengan penyakit kardiovaskuler (Supariasa, 2002)

Tipe-tipe Obesitas

  1. Tipe Android (Tipe buah Apel)

Tipe android menunjukkan distribusi dan akumulasi dominan jaringan lemak yang terdapat pada bagian visceral dan bagian atas tubuh, seperti yang terlihat pada buah apel. Tipe ini banyak terjadi pada pria dan wanita yang telah mengalami menopause karena hormon estrogen tidak lagi diproduksi.

Jenis timbunan lemak pada bagian atas tubuh adalah asam  lemak jenuh. Seseorang dengan timbunan lemak jenuh tinggi dalam tubuh beresiko terkena penyakit yang berhubungan dengan metabolisme glukosa dan lemak seperti penyakit diabetes mellitus,penyakit jantung koroner, stroke dan tekanan darah tinggi. Orang dengan tipe kegemukan seperti ini mempunyai kemungkinan terkena kanker payudara enam kali lebih besar dibandingkan orang yang memiliki berat tubuh normal. Lemak jenuh  merupakan lemak yang lebih  mudah dibakar. Bila seseorang memiliki timbunan lemak lebih banyak pada bagian atas ( lengan atas, belakang bra, pinggang dan perut) dianjurkan untuk segera melakukan diet dan olah raga secara teratur.

  1. Tipe Ginoid ( Tipe buah Pir )

Tipe ginoid menunjukkan distribusi dan akumulasi dominan jaringan lemak pada bagian bawah tubuh, yaitu di daerah panggul dan paha. Tipe ini banyak terdapat pada wanita.

Jenis lemak yang tertimbun pada daerah panggul dan paha jenisnya adalah lemak tidak jenuh yang lebih sulit untuk dibakar. Kegemukan tipe ini lebih aman terhadap risiko penyakit kardiovaskuler. Pada kegemukan tipe ini,perlu pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui apakah lemak tubuh bagian atas sudah normal atau belum. Jika normal, untuk penurunan berat badan tidak dianjurkan untuk diet ketat karena akan semakin menghabiskan lemak bagian atas tubuh, yang kemungkinan akan menyebabkan antara lain pipi menjadi kempot dan payudara mengecil. Yang penting untuk dilakukan adalah, melatih otot-otot di sekitar panggul dan paha.Jika massa otot lebih besar dari lemak, penampilan panggul dan paha akan terkesan lebih langsing.

  1. Tipe Hiperplastik

Tipe ini biasanya terjadi pada anak-anak. Tipe hiperplastik menunjukkan sel lemak berlebih, tetapi ukurannya sesuai dengan ukuran sel lemak normal. Jumlah sel lemak yang banyak pada anak-anak akan sulit untuk diturunkan ketika masa pertumbuhan telah berakhir. Anak-anak yang gemuk harus ditingkatkan aktifitas fisiknya secara teratur untuk menyeimbangkan dengan sel lemak yang banyak tadi dengan pertambahan tinggi badan.

  1. Tipe Hipertropik

Obesitas tipe ini biasanya terjadi pada orang dewasa, terutama pada wanita setelah hamil dan melahirkan atau pada pria yang mulai mapan dengan makan tidak terkontrol. Tipe hipertropik menunjukkan ukuran sel lemak tidak normal ( berukuran besar), tetapi dengan jumlah sel lemak normal.

Ukuran sel lemak yang membesar dapat dikecilkan dengan meningkatkan penggunaan sel lemak sebagai energi, yaitu  dengan mengurangi asupan energi total dan meningkatkan aktifitas fisik dan latihan fisik secara teratur.

 

Pengaturan Makan pada Obesitas

Pengaturan makan  dengan tujuan penurunan berat  badan, sebaiknya dapat menurunkan berat badan secara bertahap tanpa mengganggu keseimbangan metabolisme atau sampai menyiksa diri sendiri. Bahkan, diharapkan pengaturan  makan ini bisa menjadi suatu gaya hidup yang baik. Pengaturan makan yang bisa diterapkan untuk penurunan berat badan  adalah dengan diet rendah energi, seimbang dan teratur (REST). Diet REST ini dikembangkan oleh Rita Ramayulis DCN.,M.Kes.

Pada prinsipnya diet ini adalah menurunkan asupan energi total dengan tetap mengenyangkan,. Seseorang dengan kegemukan, tetap dapat mengonsumsi makanan dengan volume yang sesuai, mengandung zat gizi lengkap dan seimbang, serta frekuensi makan minimal 3 kali sehari. Diet ini mengutamakan pemilihan bahan makanan dengan densitas energi rendah (DER). Densitas energi rendah adalah jumlah energi pada suatu hidangan makanan dalam berat atau volume tertentu. Suatu hidangan makanan dengan densitas energi rendah akan menyediakan energi relatif lebih rendah dibandingkan dengan yang berdensitas energi lebih tinggi dalam berat yang sama. Konsumsi makanan dengan DER, telah dimasukkan dalam Dietary Guidelines for Americans 2005, sebagai strategi untuk mengurangi konsumsi energi. Konsumsi makanan denagn DER dapat menurunkan berat badan secara bermakna. Penelitian dari Dewi, dkk (2013), menjelaskan bahwa kelompok yang mengonsumsi lebih  banyak makanan berdensitas energi rendah memiliki kualitas bahan makanan yang lebih baik dan indeks massa tubuh yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang mengonsumsi makanan berdensitas energi tinggi.

Pengelompokkan bahan makanan berdasarkan nilai densitas energi

  1. Bahan makanan dengan densitas energi sangat rendah. (0-60 kkal/100 gr)

Contoh sari kedelai, telur ayambagian putih, lobak,oyong, pare, terong, tomat, semangka, pepaya.

  1. Bahan makanan dengan densitas energi rendah ( > 60 -150 kkal/100 gr)

Contoh kentang, tahu, tempe, ikan bawal, ikan kakap, daun pepaya, pisang ambon, sirsak

  1. Bahan makanan dengan densitas energi sedang ( > 150 – 400 kcal/100 gr)

Contoh : havermut,jagung, belut, daging sapi, ikan pindang, keju, selai, kopi, madu

  1. Bahan makanan dengan densitas energi tinggi ( > 400 – 900 kcal/100 gr)

Contoh : kacang tanah,ayam dengan kulit, kuning telur ayam, mentega,margarin, minyak kelapa

Sumber  : Ramayulis R, 2014 Analisis Densitas Energi berdasarkan DKBM, Kemenkes 1996

 

Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam menurunkan berat badan adalah :

  1. Gizi seimbang

Dalam diet gizi seimbang tidak ada larangan untuk mengonsumsi makanan tertentu. Dianjurkan  untuk mengonsumsi aneka ragam makanan sesuai kebutuhan dan bervariasi baik untuk kelompok makanan sumber karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayur dan buah

  1. Cukup minum

Dalam sehari kebutuhan air putih untuk tubuh minimal 2 liter ( 8 gelas ), tetapi saat menjalankan diet penurunan berat badan, kebutuhan air meningkat 50 cc untuk setiap kilogram berat badan.

  1. Aktifitas fisik dan lakukan olah raga secara teratur

Pada tahun 2002, WHO mencanangkan gerakan Move for Health, yang berisi rekomendasi utama untuk melakukan minimal 30 menit aktifitas fisik secara reguler dalam 5 hari seminggu. Jika seseorang melatih otot, setiap saat otot juga akan mempunyai kemampuan lebih untuk membakar lemak.

  1. Kelola emotional eating

Emotional Eating  yaitu suatu kebiasaan makan berlebihan dalamjumlah  besar hanya karena nafsu dan perasaan yang disebabkan oleh emosi, bukan karena lapar. Seseorang yang mengalami emotioal eating cenderung untuk makan dalam jumlah berlebihan , dan banyak mengonsumsi makanan yang mengandung gula, garam dan minyak

 

Referensi 

Ramayulis  R. 2014.   Slim is Easy.  Jakarta : Penebar Plus +

Sudargo, Toto, dkk. 2014.  Pola Makan dan Obesitas. Yogyakarta : Gajah Mada University Press

Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta

Wahyuningsih, Retno. 2013. Penatalaksanaan Diet pada Pasien. Yogyakarta : Graha Ilmu

 

 

Artikel ini ditulis oleh:
Bernadeth Dwi Wahyunani, AMG, RD
(Kepala Instalasi Pelayanan Gizi Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta)

 

Informasi Pelayanan : 
Klinik Gizi
Lantai 4 Gedung Rawat Jalan Borromeus RS Panti Rapih Yogyakarta

Pendaftaran :
Pendaftaran 24 Jam (0274) 514004 / 514006
Aplikasi PantiRapihKU (Play Store dan App Store)