Mengenal dan Memahami Patah Tulang Pada Anak

Pada saat ini animo masyarakat untuk menjaga kesehatan cukup tinggi, sehingga anak-anak pun ikut tertarik untuk melakukan aktifitas olahraga. Tapi sayang animo yang cukup besar tidak diimbangi dengan pengetahuan yang cukup bagaimana melakukan olahraga yang benar, sehingga menyebabkan sering terjadi cedera, dan salah satu yang paling sering terjadi adalah patah tulang (fraktur). Patah tulang bisa mengenai semua umur, termasuk pada anak-anak. Patah tulang pada anak-anak berbeda dengan orang dewasa. Hal ini sangat penting diketahui karena keberhasilan diagnostik dan terapi penyakit ortopedik pada kelompok usia ini berbeda. Bentuk patah tulang yang unik pada anak-anak adalah hasil dari perbedaan anatomis, biomekanis dan fisiologi antara anak-anak dengan dewasa.

KARAKTERISTIK TULANG ANAK

Salah satu perbedaan tulang anak-anak dengan orang dewasa ialah adanya Lempeng Pertumbuhan (growth plate/lempeng epifisis) pada tulang anak-anak. Lempeng pertumbuhan berbentuk tulang rawan dan melekat erat pada metafisis (bagian tulang yang sudah dewasa yang baru dibentuk oleh lempeng epifisis. Keduanya dibungkus oleh selubung (periosteum) yang sangat tebal dan kuat, serta mampu menghasilkan tulang baru dalam proses penyembuhan tulang yang patah. Lempeng tulang membuat tulang menjadi lebih besar dan lebih panjang seiring dengan kepadatan tulang yang juga meningkat. Struktur anatomis tulang pada anak mempunyai fleksibilitas yang tinggi sehingga ia mempunyai kemampuan seperti “biological plasticity”. Hal ini menyebabkan tulang anak-anak dapat membengkok tanpa patah atau hancur, sehingga dapat terjadi gambaran fraktur yang unik pada anak yang tidak dijumpai pada dewasa. Pada anak-anak, pertumbuhan merupakan dasar terjadinya remodeling (kembali ke bentuk anatomi normal). Pertumbuhan diafisis (bagian tulang yang sudah dewasa) tulang panjang akan menghasilkan pertambahan panjang tulang. Secara spesifik, keberadaan lempeng pertumbuhan, periosteum yang tebal, serta kemampuan tulang anak-anak yang elastik seperti karet, dan kemampuan mengalami remodeling adalah dasar dari gambaran fraktur yang khas pada anak-anak.

FRAKTUR

Terdapat beberapa fraktur yang sering terjadi pada anak, antara lain fraktur garis rambut, fraktur green stick (seperti ranting patah) dimana tulang tampak membengkok tanpa adanya garis fraktur, dan fraktur buckle atau torus (kompresi). Fraktur-fraktur ini termasuk fraktur yang tidak berat dan stabil, dan sembuh dalam 2-3 minggu dengan immobilisasi. Sedangkan, fraktur intra-artikuler (di dalam sendi) atau fraktur melibatkan fisis (fisis, epfisis, metafisis) berpotensi lebih berbahaya dan dapat berakibat jelek di kemudian hari. Penyembuhan fraktur pada anak-anak mulai saat lahir sangat cepat dan berangsur-angsur berkurang setelah anak bertambah usianya. Sebagai contoh, fraktur femur (tulang paha) pada bayi baru lahir akan sembuh dalam waktu tiga minggu, pada anak usia 8 tahun akan sembuh dalam waktu 8 minggu, anak usia 12 tahun akan sembuh dalam 12 minggu, dan seterusnya.

GEJALA
Apabila anak mengalami cedera, orang tua bisa saja curiga ia mengalami patah tulang bila menemukan gejala-gejala seperti :
1. Adanya riwayat cedera/trauma
2. Timbul rasa sakit/nyeri dan terjadi pembengkakan, kemerahan/kebiruan serta terasa panas di daerah yang patah
3. Terjadinya perubahan bentuk/deformitas
4. Menurunnya fungsi hingga tidak dapat digerakkan daerah anggota gerak yang mengalami patah
5. Keterbatasan lingkup gerak sendi

PENATALAKSANAAN
Prinsip utama penanganan patah tulang pada anak adalah secara konservatif (tanpa operasi), baik dengan cara manipulasi tertutup atau pun traksi berkesinambungan. Sebagian besar fraktur pada anak-anak dan remaja akan ditangani dengan reduksi tertutup dan pembalutan dengan gips atau traksi. Satu-satunya cara untuk menahan reduksi adalah dengan menggunakan gips.
Fungsi utama gips adalah mencegah supaya tidak terjadi pergeseran pada tulang yang patah atau retak, mempertahankan kedudukan tulang yang patah dengan baik sehingga tidak terjadi angulasi (perubahan bentuk), dan menghilangkan rasa nyeri dengan menghambat pergerakan kedudukan tulang yang patah. Rata-rata gips dipasang selama 2-8 minggu, bergantung dari jenis patahnya dan timbulnya tulang baru yang disebut callus (lem tulang). Callus ini mulai timbul pada anak-anak dalam waktu 10 hari-2 minggu, adanya callus sebagai tanda bahwa penyembuhan sudah mulai terjadi. Untuk memastikannya, perlu dilakukan foto rontgen terlebih dahulu. Dalam kurun waktu 5-6 minggu patah tulang bisa sembuh total. Perlu dilakukan observasi klinis yang regular dan kompeten oleh dokter untuk mencegah terjadinya komplikasi pada kasus patah tulang pada usia anak, karena anak-anak belum dapat mendeskripsikan rasa nyeri, gangguan sensori, dan sirkulasi atau tanda-tanda komplikasi lainnya.

 

 

Artikel ini ditulis oleh :
dr. Alexander Mateus, Sp.OT.
(Dokter Spesialis Ortopedi Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta)

Informasi Pelayanan : 
Klinik Bedah Tulang
Lantai 4 Gedung Rawat Jalan Borromeus RS Panti Rapih Yogyakarta

Pendaftaran :
Pendaftaran 24 Jam (0274) 514004 / 514006
Aplikasi PantiRapihKU (Play Store dan App Store)

 

Patahkah Tulang Saya?

Kejadian trauma/benturan pada kasus kecelakaan lalu lintas banyak kita temui dalam kehidupan sehari-hari, apalagi di era padatnya lalu lintas, dengan jumlah kendaraan bermotor yang cenderung semakin meningkat yang digunakan masyarakat. Selain itu, bahkan setiap pilihan kegiatan tubuh kita semua memiliki risiko untuk terjadinya trauma dari yang ringan sampai ke yang berat, apalagi jika dilakukan dengan tidak tepat/aman.

Dalam hal ini, banyak sekali asumsi awal dari penderita/korban yang merasakan gejala pertama dari benturan berupa sakit/ nyeri yang timbul pasca sebuah benturan terjadi. Hampir rata-rata cepat untuk berpikir bahwa sudah timbul patah pada tulang di area benturan yang terjadi di tubuhnya, sehingga tidak sedikit pasien atau korban yang cenderung akan “mendesak” dokternya untuk keperluan pemeriksaan pencitraan/ imaging tulang untuk “membuktikan” rasa takut akan patah tulang pada dirinya.

Definisi Patah Tulang / Fraktur

Fraktur/patah tulang sendiri dapat diartikan sebagai proses terhentinya kontinuitas jaringan tulang yang disebabkan oleh proses trauma, meski begitu, tulang juga dapat menjadi lebih rentan patah dari biasanya karena gangguan lain /penyakit lain baik yang berasal dari tulang itu sendiri maupun merupakan kasus penyebaran dari penyakit di lokasi lain.

Mekanisme trauma/ sebuah benturan dapat menimbulkan patahnya sebuah tulang jika mampu melampaui ambang batas flexibilitas sebuah tulang, oleh sebab itu, sangatlah bervariasi terkait varibel usia, jenis tulang, lokasi benturan serta kekuatan mekanisme trauma, di mana semua menjadi faktor utama bagi seorang dokter memperkirakan risiko timbulnya fraktur.

Penyakit lain yang terkait baik secara langsung maupun tidak langsung dengan tulang, misal osteoarthritis, osteoporosis, rheumathoid arthritis, osteomyelitis, sampai dengan penyakit keganasan/ neoplasma/ tumor/ kanker pada tulang tersebut, ataupun merupakan penyebaran/metastase dari keganasan di regio yang lain, juga dapat menjadi faktor pencetus terjadinya sebuah mekanisme patah tulang yang lebih dikaitkan dengan menurunnya flexibilitas tulang serta turunnya komposisi kepadatan/densitas sel tulang.

Tanda Patah Tulang
Paska sebuah benturan/trauma yang berpotensi patah tulang, tanda-tanda yang utama harus diperhatikan meliputi perubahan atau kelainan bentuk/ deformitas di regio yang dicurigai, rasa nyeri, gangguan fungsi/ gerak, bunyi krepitus tulang. Tiga dari empat tanda utama ini pasti dapat ditemukan pada kasus yang dicurigai Fraktur pada tulang.

Tanda-tanda lain, lebih cenderung digunakan oleh pada tenaga kesehatan untuk memprediksi lebih lanjut tingkat beratnya fraktur, ataupun gambaran kondisi jaringan di sekitar lokasi yang dicurigai patah tulang, misalnya, pada kecurigaan patah tulang iga, maka gerakan dinding dada pasien saat bernafas menjadi tanda khas yang harus diperhatikan oleh dokter, contoh lain, tanda terganggunya aliran darah ke tepi-tepi ekstremitas seperti nadi tangan dan nadi di kaki dapat menjadi indikasi beratnya sebuah kecurigaan Fraktur sehingga berpotensi melukai pembuluh darah yang berada di sekitarnya.

Perlu dibedakan antara timbulnya deformitas pada beberapa lokasi yang dapat saja tidak terkait dengan patah tulang misal pada daerah sendi mata kaki yang terkilir/ jatuh pada posisi yang tidak sempurna/baik, maka perlu dilakukan pemeriksaan medis dengan baik meliputi gerak pasif dan aktif sendi, nyeri yang timbul, palpasi
atau perabaan terhadap krepitasi atau nyeri yang timbul pada tulang-tulang yang membentuk sendi tersebut. Deformitas yang terjadi di area-area tersebut dapat saja hanya berupa gangguan jaringan lunak seperti tendo otot, otot ataupun kapsul sendi, serta hanya bekuan darah / hematoma yang muncul akibat pecahnya pembuluh darah dan terakumulasinya darah tersebut di bawah kulit tetapi tidak melibatkan jaringan tulang di regio tersebut.

Pemeriksaan Penunjang Fraktur
Seharusnya dengan sebuah pemeriksaan radiologi sederhana berupa rontgen / X Ray tulang sudah dapat menegakkan diagnosa fraktur, pada kasus khusus yang dicurigai bahwa sumber timbulnya kerapuhan tulang sehingga timbul Fraktur Patologis (Fraktur yang dipengaruhi kondisi sakit yang lain), maka modalitas pemeriksaan radiologi/pencitraan dapat bervariasi dari CT Scan tanpa/dengan kontras, dan MRI, umumnya tahapan pemeriksaan ini juga digunakan sebagai pelacakan terhadap sumber penyakit yang menimbulkan rapuhnya jaringan tulang, atau pelacakan tingkat penyebaran penyakit tersebut.

Penggunaan sinar X pada rontgen polos/ dasar,sebetulnya sudah pada takaran yang aman bagi tubuh manusia, sehingga dalam hal khusus memang dapat saja dilakukan serial pemeriksaan rontgen, misal pada fraktur beberapa ruas tulang iga yang berpotensi juga mengganggu paru-paru, sehingga jika pasien timbul gejala yang lebih lanjut, dokter dapat meminta dilakukan kembali evaluasi rontgen dada, bahkan dalam waktu kurang dari 24 jam. Hanya saja, dunia kedokteran/medis itu juga menganut prinsip pemeriksaan fisik dasar yang sampai saat ini masih menjadi pemeriksaan utama, dibandingkan pemeriksaan yang sifatnya menunjang (tidak harus selalu dilakukan) seperti halnya pemeriksaan radiologi. Sehingga seorang petugas medis wajib melakukan pemeriksaan fisik dasar di area yang dicurigai potensial patah tulang tersebut dengan baik dan benar serta menyeluruh.

Dalam menentukan sebuah kecurigaan kasus fraktur, sebetulnya tanda-tanda yang dapat diobservasi mayoritas sudah dapat menunjukkan arah diagnosa tersebut, pada tahap ini, sebaiknya mempercayakan pada pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh dokter, dalam hal keragu-raguan atau pembuktian kecurigaan patah tulang yang berdasarkan temuan pemeriksaan fisik seperti di atas, maka foto X-Ray sederhana/polos sudah cukup dalam membantu menegakkan diagnosa Fraktur sebagai pemeriksaan penunjang awal.

 

Artikel terkait: https://pantirapih.or.id/rspr/mri-magnetic-resonance-imaging/

Artikel ini ditulis oleh:
dr.  John Hartono, Sp. KFR
(Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik RS Panti Rapih Yogyakarta)

Informasi Pelayanan : 
Klinik Ortopedi & Traumatologi
Lantai 4 Gedung Rawat Jalan Borromeus RS Panti Rapih Yogyakarta

Pendaftaran :
Pendaftaran 24 Jam (0274) 514004 / 514006
Aplikasi PantiRapihKU (Play Store dan App Store)