Pneumonia pada Anak di Tiongkok

Belum genap setahun status pandemi COVID-19 yang berasal dari Wuhan, Hubei Tiongkok tengah dicabut oleh WHO, sekarang terjadi lagi lonjakan kasus pneumonia atau radang paru-paru pada anak di Tiongkok utara. Apa yang perlu dicemaskan?

Sejak pertengahan Oktober 2023, Tiongkok bagian utara, terutama di Beijing dan Liaoning, telah melaporkan peningkatan penyakit mirip influenza dibandingkan periode yang sama pada tiga tahun sebelumnya. Sebulan kemudian pada Selasa, 21 November 2023, media massa dan jurnal ilmiah ProMED melaporkan pneumonia yang tidak terdiagnosis (undiagnosed pneumonia) pada anak di Tiongkok utara. Hari berikutnya, yaitu Rabu, 22 November 2023, WHO secara resmi meminta informasi epidemiologi dan data klinis tambahan, serta hasil laboratorium dari anak yang dilaporkan ini, melalui mekanisme resmi (the International Health Regulations).

Data menunjukkan peningkatan kunjungan pasien rawat jalan dan rawat inap anak karena pneumonia yang disebabkan oleh bakteri Mycoplasma Pneumoniae (MP) sejak Mei 2023, dan RSV, adenovirus, dan virus influenza sejak Oktober 2023. Tidak ada perbedaan dalam gambaran klinis penyakit yang baru dilaporkan dengan yang selama ini terjadi, belum ada bukti patogen yang tidak biasa atau baru. Namun demikian, hanya terjadi peningkatan kejadian penyakit pernafasan yang disebabkan oleh beberapa patogen yang telah diketahui, tetapi tidak mengakibatkan jumlah pasien sampai melebihi kapasitas rumah sakit.

Sejak pertengahan Oktober 2023, selain meningkatkan pengawasan penyakit di fasilitas layanan kesehatan dan lingkungan masyarakat, pihak berwenang Tiongkok telah menekankan perlunya memperkuat kapasitas sistem kesehatan dalam menangani pasien. Tiongkok mempunyai sistem untuk mendapatkan informasi tentang tren influenza, penyakit mirip influenza (influenza-like illness atau ILI), RSV, SARS-CoV-2, pneumonia, dan infeksi saluran pernapasan akut parah lainnya (severe acute respiratory infections atau SARI), dan melaporkan deteksi influenza ke platform global (the Global Influenza Surveillance and Response System atau GISRS).

Mensikapi kejadian di Tiongkok tersebut, telah dikeluarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, Nomor : PM.03.01/C/4732/2023, Tentang Kewaspadaan Terhadap Kejadian Mycoplasma Pneumonia Di Indonesia. Terkait adanya peningkatan kasus pneumonia di Tiongkok sejak Mei 2023, ¾ pasien di diagnosis sebagai infeksi MP, sedangkan lainnya adalah influenza, SARS COV-2 dan lain-lain. MP merupakan bakteri penyebab paling umum terjadinya infeksi jalan napas sebelum pandemi COVID-19, dengan insidensi 8,6% dan pernah turun menjadi 0,7% di tahun 2021-2022. Bakteri patogen ini memiliki periode inkubasi yang cukup lama dan penyebaran memerlukan waktu yang juga lama, sehingga disebut sebagai ‘Walking Pneumonia’. MP merupakan salah satu penyebab penyakit pneumonia di masyarakat, yang paling banyak menyerang anak.

Gambaran klinis pada pneumonia akibat MP sering mirip dengan pneumonia akibat patogen atipik lainnya, khususnya bakteri Chlamydia pneumonia. Pneumonia akibat MP dapat terjadi bersamaan dengan patogen lain, atau bahkan mendahului infeksi pernapasan akibat virus dan bakteri termasuk Streptococcus pyogenes serta Neisseria meningitidides. Infeksi MP biasanya dapat sembuh sendiri dan jarang fatal. Infeksi ini dapat melibatkan infeksi saluran napas atas maupun bawah, dengan gambaran klinisnya dapat bervariasi pada berbagai kelompok usia. Pasien anak usia di bawah 2 tahun cenderung terjadi infeksi saluran napas atas, sedangkan pada usia 6 sampai 9 tahun cenderung terjadi infeksi saluran napas bawah, yaitu pneumonia.

Masa inkubasi infeksi MP sekitar 2-4 minggu dan karakteristik pada pneumonia akibat MP adalah usia yang lebih muda, lebih sedikit faktor komorbidnya, lebih pendek masa rawat di rumah sakit dan angka kematian yang lebih rendah, dibanding kelompok pasien pneumonia akibat patogen lain. Gejala awitan infeksi pneumonia akibat MP terjadi secara bertahap, mulai dari batuk, demam, sakit kepala dan lemah atau malaise. Beberapa kasus tertentu batuk kering terjadi selama fase awal pneumonia MP, namun tetap ada untuk waktu yang lama sebagai gejala atipik. Suhu tubuh rata-rata pada pneumonia MP adalah 37,7 0C dan sekitar 29,2% pasien suhu tubuhnya tidak lebih dari 37,0 0C atau tidak demam sama sekali.

Pada pemeriksaan fisik dengan stetoskop menunjukan bahwa lebih dari separoh pasien dengan pneumonia MP tidak terdengar ronki, atau kemungkinan besar terdengar ronki pada akhir inspirasi, bila dibandingkan dengan pasien yang terinfeksi patogen khas (pneumonia tipik). Japanese Respiratory Society (JRS) mengusulkan enam tanda dan gejala pneumonia MP yang dapat membedakan dengan pneumonia akibat patogen lain. Keenam tanda dan gejala tersebut adalah usia kurang dari 15 tahun, tidak terdapat atau hanya sebagian kecil terdapat penyakit yang mendasari, batuk yang persisten, terdapat bunyi napas tambahan pada saat auskultasi dengan stetoskop, tidak terdapat produksi dahak atau sputum, ditemukannya patogen penyebab melalui uji diagnostik dan jumlah lekosit tidak meningkat, bahkan kurang dari 10.000/μL. Jika terdapat empat dari enam tanda dan gejala tersebut, maka dapat dicurigai ke arah pneumonia akibat MP, maka penggunaan obat antibiotik golongan makrolid dan obat lama tetrasiklin dapat disarankan. Namun demikian, jika kriteria tersebut ridak terpenuhi maka dapat dicurigai infeksi yang terjadi akibat bakteri Streptococcus pneumonia dan disarankan menggunakan antibiotik golongan beta laktam sebagai terapinya. MP adalah bakteri patogen pernapasan yang umum, penyebab umum pneumonia pada anak, dan cukup mudah diobati dengan antibiotik.

Setiap dokter yang menangani pasien pneumonia anak wajib berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan, Rumah Sakit Rujukan, dan Kantor Kesehatan Pelabuhan dalam pengelolaan spesimen (pengambilan dan pengiriman spesimen) kasus MP. Juga melaksanakan surveilans ketat dengan melaporkan penemuan kasus melalui Pelaporan rutin ISPA dan ILI-SARI melalui link: https://bit.ly/ILISARI dan Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) melalui link https://skdr.surveilans.org atau nomor WhatsApp (WA) Public Health Emergency Operation Centre (PHEOC) : 0877-7759-1097 atau email: poskoklb@yahoo.com, dan ditembuskan ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.

Vaksin adalah tindakan pencegahan pneumonia paling penting bagi anak, agar juga membantu keluarga terhindar dari biaya pengobatan dan beban keuangan lainnya akibat anak sakit. Pneumonia memiliki banyak patogen penyebab, tetapi sebagian besar yang paling mematikan sudah dapat dicegah dengan vaksin terhadap patogen ganas Streptococcus pneumoniae (vaksin pneumokokus), Haemophilus influenzae tipe b (vaksin Hib), pertusis (vaksin DPT), dan campak (MR). Semua vasin tersebut sudah tersedia di Indonesia, dan direkomendasikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), bahkan masuk dalam program imunisasi dasar nasional.

Obat antibiotik amoksisilin saat ini merupakan satu-satunya pengobatan lini pertama yang direkomendasikan untuk pneumonia secara umum, kalau MP belum dipastikan. Obat ini dapat menyelamatkan nyawa dalam kasus infeksi yang disebabkan oleh bakteri, dan dapat mencegah sebagian besar kematian akibat pneumonia, dengan biaya hanya sekitar USD $ 0,21-0,42 per paket pengobatan. Tablet dispersi amoksisilin adalah obat yang terjangkau dan sesuai untuk digunakan pada anak kecil. Namun waktu adalah esensi, karena pengobatan yang tertunda mungkin tidak memadai untuk mencegah dampak yang menghancurkan dari pneumonia, yaitu kematian anak. Perang melawan pneumonia harus dipertimbangkan juga untuk memerangi resistensi antimikroba. Pemberian antibiotik secara tepat untuk mengobati infeksi bakteri yang didiagnosis dengan benar, dapat membantu mengatasi pneumonia agar tidak menjadi masalah global. Namun demikian, fakta menunjukkan bahwa lebih banyak anak meninggal karena kurangnya akses ke antibiotik, daripada karena resistensi antibiotik.

Perubahan musim dan pelonggaran aktivitas masyarakat pasca pandemi COVID-19 seperti di Tiongkok utara, mengingatkan kita akan pentingnya meningkatkan kewaspadaan akan pneumonia karena MP dan cakupan imunisasi pneumokokus, Hib, DPT, dan MR dalam melawan pneumonia sebagai penyakit infeksi mematikan yang tersering pada anak.

Sudahkah kita bijak mendampingi anak dari bahaya pneumonia?

 

Artikel Edukasi ditulis oleh :

DR. dr. Fx. Wikan Indrarto, Sp.A. (Dokter Spesialis Anak RS Panti Rapih)

 

Informasi :
Klinik Vaksin Dewasa di Medical Check Up
Lantai 2 Gedung Rawat Jalan Terpadu Borromeus RS Panti Rapih
Jl. Cik Di Tiro 30 Yogyakarta 55223
Telepon: 0274-563333 ext 1125
WhatsApp MCU: 0811-2945-893 (pk 07.30 – 14.00 WIB)

Klinik Vaksin Anak di Klinik Tumbuh Kembang
Lantai 3 Gedung Rawat Jalan Terpadu Borromeus RS Panti Rapih
Jl. Cik Di Tiro 30 Yogyakarta 55223
Telepon: 0274-563333 ext 1204

Pendaftaran 24 jam :

0274 – 514004, 514006

Aplikasi PantiRapihKu di Google Play Store atau App Store

Mohon dapat memberikan rating

Posted in Artikel Kesehatan and tagged , , , , , , , .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *