WHO merilis versi online program pelatihan untuk para pengasuh anak dengan keterlambatan perkembangan, termasuk autisme. Program yang telah diujicobakan dalam format tatap muka di lebih dari 30 negara, seperti Brasil, India, Italia, dan Kenya, mengajarkan keterampilan sehari-hari kepada orang tua dan pengasuh, agar dapat membantu meningkatkan kesejahteraan dan perkembangan anak autis dan gangguan perkembangan lainnya.
Di banyak bagian dunia, khususnya di wilayah berpenghasilan rendah, orang yang merawat anak autis sering kekurangan akses ke informasi dan layanan yang mereka butuhkan. Peluncuran modul pelatihan versi elektronik berarti bahwa ribuan keluarga sekarang akan dapat memperoleh manfaat darinya. Pelatihan online mencakup sesi informasi yang direkam sebelumnya, tentang topik umum untuk menggunakan kegiatan rutin sehari-hari sebagai kesempatan bagi anak untuk belajar, terlibat aktif dengan teman melalui permainan, dan pemecahan masalah. Program ini telah dikembangkan dengan kolaborasi bersama organisasi ‘Autism Speaks’, yang secara khusus dirancang untuk membantu komunitas dengan sumber daya rendah.
Gangguan Spektrum Autisme (ASD) adalah kelompok kondisi mental yang beragam, yang dicirikan dengan beberapa tingkat kesulitan interaksi sosial dan komunikasi. Karakteristik lainnya adalah pola aktivitas dan perilaku yang tidak biasa, seperti kesulitan transisi dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya, fokus pada detail, dan reaksi yang tidak biasa terhadap sensasi. Karakteristik autisme dapat dideteksi pada anak usia dini, tetapi autisme sering tidak terdiagnosis sampai jauh di kemudian hari. Anak dengan autisme sering memiliki penyakit saraf pusat lainnya yang terjadi bersamaan, seperti epilepsi, depresi, kecemasan, hiperaktif, gangguan pemusatan perhatian dan perilaku yang berbahaya seperti kesulitan tidur dan keinginan melukai diri sendiri. Derajat intelektual anak autis sangat bervariasi, mulai dari gangguan berat hingga tingkat yang lebih tinggi.
Diperkirakan di seluruh dunia sekitar satu dari 100 anak menderita autisme. Prevalensi autisme di banyak negara berpenghasilan rendah dan menengah tidak diketahui. Bukti ilmiah yang tersedia menunjukkan bahwa mungkin ada banyak faktor yang membuat anak lebih mungkin menderita autisme, termasuk faktor lingkungan dan genetik. Data epidemiologi yang tersedia menyimpulkan bahwa tidak ada bukti hubungan sebab akibat antara vaksin campak, gondok dan rubella (MMR) dengan autisme. Penelitian sebelumnya diklaim menunjukkan hubungan sebab akibat, ternyata penelitian tersebut ditemukan penuh dengan kelemahan metodologis. Juga tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa vaksin masa balita lainnya dapat meningkatkan risiko terjadinya autisme. Tinjauan bukti tentang hubungan potensial antara pengawet thiomersal dan ajuvan aluminium yang terkandung dalam vaksin yang tidak aktif dan risiko autisme, telah disimpulkan bahwa dengan sangat meyakinkan bahwa vaksin tidak meningkatkan risiko autisme.
Berbagai intervensi medis dan psikologis pada anak usia dini dan sepanjang rentang kehidupan, dapat mengoptimalkan perkembangan, kesehatan, kesejahteraan, dan kualitas hidup anak autis. Akses tepat waktu ke intervensi psikososial, memiliki bukti awal dapat meningkatkan kemampuan anak autis untuk berkomunikasi secara efektif dan berinteraksi secara sosial. Pemantauan perkembangan anak sebagai bagian dari perawatan kesehatan ibu dan anak secara rutin, sangatlah direkomendasikan.
Semua anak, termasuk penyandang autisme, berhak untuk menikmati standar kesehatan fisik dan mental tertinggi yang dapat dicapai. Namun, anak autis sering mengalami stigma dan diskriminasi, termasuk perampasan perawatan kesehatan yang tidak adil, pendidikan dan kesempatan untuk terlibat dan berpartisipasi dalam komunitas mereka. Anak dengan autisme memiliki masalah kesehatan yang sama dengan populasi umum. Namun demikian, anak autis memiliki kebutuhan perawatan kesehatan khusus yang berkaitan dengan autisme atau penyakit lain yang terjadi bersamaan. Anak autis mungkin lebih rentan untuk mengalami penyakit kronis tidak menular, karena faktor risiko gangguan perilaku seperti aktivitas fisik yang aneh dan pilihan diet yang buruk, dan mengalami risiko yang lebih besar mengalami kekerasan, cedera dan pelecehan.
Anak dengan autisme memerlukan layanan kesehatan untuk kebutuhan perawatan kesehatan umum, termasuk layanan promotif dan preventif serta pengobatan penyakit akut dan kronis. Namun demikian, anak autis memiliki tingkat kebutuhan perawatan kesehatan yang tidak terpenuhi, justru lebih tinggi dibandingkan dengan populasi umum. Program pelatihan versi online bagi pengasuh anak autis yang dikembangkan ‘Autism Speaks’ pada komunitas dengan sumber daya rendah, akan membantu anak autis mendapatkan haknya dalam layanan kesehatan, kesejahteraan dan juga pendidikan.
Sumber: https://dokterwikan.com/
Artikel ini ditulis oleh: DR. dr. FX. Wikan Indrarto, Sp.A
(Dokter Spesialis Anak Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta)
Kunjungi Klinik Klinik Tumbuh Kembang Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
Lantai 3 Gedung Rawat Jalan Borromeus
Jl Cik Ditiro 30 Yogyakarta 55223
Informasi lebih lanjut dapat menghubungi 0274-514004, 514006, 521009 (24 jam)