Peranan Senam Diabetes dan Prevensi Primer 5/5 (1)

Diabetes Mellitus (kencing manis) merupakan penyakit metabolik kronik yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah baik puasa maupun setelah makan yang kadarnya melebihi nilai normal. Sebagai penyakit metabolik kronik, dapat diartikan bahwa selama metabolisme berlangsung maka akan selalu ada penyakit ini. Penyakit ini dapat diderita seumur hidup, atau tidak dapat dikatakan sembuh tetapi dapat dikontrol dengan baik tergantung pada penderitanya sendiri. Dokter, perawat, ahli gizi, edukator diabetes hanya memfasilitasi dan memotivasi agar pasien dapat mengelola diabates dengan baik sehingga terhindar dari komplikasi.

Patofisiologi atau perjalanan penyakit diabates ini pada dasarnya akibat dari berkurangnya pengeluaran insulin dari sel beta pankreas dan gangguan pada reseptor insulin di jaringan hati dan otot. Dengan demikian gula tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga kadarnya didapatkan meningkat dalam darah. Penyakit ini kadang tidak disertai dengan gejala, dan banyak kasus yang ditemukan secara kebetulan pada waktu periksa di pusat layanan kesehatan.

Gejala klasik yang sering didapatkan adalah banyak kencing, terutama malam hari yang disebut poliuria, merasa lapar dan ingin makan terus yang disebut polifagia dan selalu merasa haus disebut polidipsia. Jumlah penderita yang ini semakin banyak ditemukan dan kejadiannya dicenderung muncul di usia yang lebih muda. Perubahan pola hidup dan pola makan sangat besar pengaruhnya. Di jaman yang serba digitalisasi aktivitas fisik cenderung berkurang, sedangkan keinginan makan cenderung meningkat. Ketidakseimbangan antara asupan karbohidrat dan aktivitas fisik inilah yang memicu munculnya penyakit diabetes.

Prinsip pengelolaan diabetes adalah dengan diet atau pengelolaan makan, exercise atau olahraga  yang teratur minimal 30 menit sehari selama 5 hari dalam seminggu, dan minum obat atau memakai insulin secara teratur. Banyak pengertian yang sering kali tidak tepat di masyakarat seperti misalnya penggunaan insulin, dianggap penyakitnya sudah parah atau akan ketergantungan seumur hidup, kemudian adanya diabetes tipe kering dan tipe basah serta penggunakan obat kimiawi yang akan mempercepat kerusakan ginjal. Informasi tersebut perlu diluruskan agar pasien mendapatkan informasi yang benar. Penggunaan insulin diperlukan apabila pasien dirawat di rumah sakit untuk menjalani operasi, perawatan luka diabetes pada kaki, atau pada penderita diabetes yang kurus. Ketergantungan pada insulin dari luar hanya didapatkan pada penderita diabetes tipe 1 dimana sel beta pankreas penghasil insulin rusak secara total. Berbeda dengan tipe diabetes tipe 2, yang kerusakannya hanya sebagian, sehingga pada diabetes tipe 2 dapat menggunakan obat penurun gula darah, insulin atau kombinasi keduanya.

Pada diabetes yang terjadi  pada saat kehamilan juga diperlukan insulin untuk mengendalikan gula darah. Kerusakan pada ginjal yang sering dianggap karena kebanyakan obat, sebenarnya akibat kerusakan pembuluh darah kecil pada ginjal (mikroangiopati) karena tingginya kadar gula darah. Hal yang sama juga bisa terjadi pada mata yang disebut retinopati. Apabila kerusakan pembuluh darah terjadi pada pembuluh yang besar (makroangiopati), maka bisa muncul komplikasi stroke, penyakit jantung koroner maupun penyakit kaki diabetes.

Mengingat begitu banyak komplikasi dari diabetes, maka upaya pencegahan primer maupun promotif perlu ditingkatkan. Edukasi secara kelompok maupun mandiri, penggunaan media sosial baik tulis maupun audiovisual sangat bermanfaat dalam upaya tersebut. Olahraga atau senam diabetes sudah lama dikenal dan semakin banyak masyarakat yang turut aktif. Senam diabetes bermanfaat karena dapat menurunkan kadar gula darah, menaktifkan reseptor insulin pada otot, memperbaiki keluhan pada muskoloskeletal atau otot dan sendi serta mengurangi kebutuhan obat maupun insulin. Olahraga atau senam diabetes sebaiknya memenuhi unsur-unsur, Continuos yang berarti dilakukan secara terus menerus, rhythmical yang berarti berirama dimana otot melakukan konstraksi dan relaksasi, internal yang berarti kadang cepat kadang lambat secara kontinyu, progresif yang artinya beban ditingkatkan secara bertahap dan endurance yang artinya dapat meningkatkan ketahanan dan kebugaran tubuh.

 

Lokasi Pelayanan :
Klinik Endokrin
Lantai 5 Gedung Rawat Jalan Terpadu Borromeus RS Panti Rapih
Jl. Cik Di Tiro 30 Yogyakarta 55223

Pendaftaran :
Pendaftaran 24 Jam (0274) 514004 / 514006
Aplikasi PantiRapihKU (Play Store dan App Store)

 

Rating untuk artikel/halaman ini : 5/5 (1)

Mohon dapat memberikan rating

Bersahabat dengan Diabetes Mellitus dengan Pengaturan Makan yang Tepat No ratings yet.

Saat ini masyarakat sudah sering mendengar tentang penyakit Diabetes Melitus (DM) yang memang prevalensinya di Indonesia mulai meningkat.

Meningkatnya prevalensi diabetes melitus di beberapa negara berkembang akibat dari peningkatan kemakmuran di negara bersangkutan. Di Indonesia penyandang DM tipe I sangat jarang. Kasus DM tipe 1 mempunyai latar belakang berupa kurangnya insulin secara absolut akibat proses autoimun. Lain halnya dengan DM tipe 2 yang meliputi lebih 90% dari semua populasi diabetes. Pada tipe ini umumnya mempunyai latar belakang kelainan berupa resistensi insulin.

Banyak pasien yang telah terdiagnosis diabetes tidak mengetahui apa yang harus dilakukan agar diabetes ini terkelola dengan baik dan kualitas hidup tetap terjaga. Yang banyak terjadi adalah pasien hanya mengandalkan sepenuhnya pada obat berkhasiat hipoglikemik, tanpa memperhatikan pilar lain yang juga berpengaruh
pada pengelolaan DM. Menurut konsensus PERKENI (Perhimpunan Endokrinologi Indonesia) tahun 2006, penanganan diabetes terdiri dari 4 pilar utama yaitu perencanaan makan, latihan jasmani, obat berkhasiat hipoglikemi, dan penyuluhan/edukasi.

Bagaimana merencanakan makan bagi diabetisi (penderita diabetes mellitus)?
Untuk merencanakan makan pada diabetisi, pasien dapat berkonsultasi gizi dengan ahli gizi yang mereka temui. Ahli Gizi akan memandu pasien mengatur makanan sesuai dengan kebutuhan gizi masing-masing individu. Sebelum merencanakan makan bagi diabetisi, pasien harus mengetahui tujuan dari perencanaan makan pada diabetisi. Tujuan dari perencanaan makan ini adalah mengendalikan atau mengatur kadar gula darah dan lipida darah pada kondisi normal sehingga dapat menghindari atau mengurangi resiko terjadinya komplikasi kronis, mendapatkan dan mempertahankan berat badan normal/ideal, dan mengusahakan status gizi yang baik. Ada 3 prinsip dalam merencanakan makan pada diabetisi yang biasa disebut prinsip tepat 3J yaitu, tepat Jadwal, tepat Jumlah, dan tepat Jenis.

1. Tepat Jadwal
Jadwal makan harus teratur yang terdiri dari 3 kali makanan utama dan 3 kali makanan selingan / cemilan dengan interval/ jarak waktu sekitar 3 jam. Jadwal makan ini
dapat bersifat fleksibel disesuaikan dengan kebiasaan pasien sehari-harinya.

2. Tepat Jumlah
Jumlah makanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan energi masing-masing.

Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan energi adalah :
1) Jenis kelamin
Kebutuhan kalori basal untuk wanita adalah 25 kcal/kg BBI (berat badan ideal) dan untuk pria 30 kcal/kg BBI.
2) Umur
Ada penurunan kebutuhan kalori dari kalori basal sesuai umur,
yaitu umur 40-59 tahun dikurangi 5%, 60-69 tahun dikurangi 10%, dan ≥ 70 tahun dikurangi 20% dari kalori basal.
3) Aktivitas fisik atau pekerjaan
Ada penambahan kebutuhan kalori dari kalori basal sesuai jenis aktivitas, yaitu :
• Keadaan istirahat, ditambah 10%
• Aktivitas ringan seperti pegawai kantor, pegawai toko, guru, ahli hukum, ibu rumah tangga, ditambah 20%
• Aktivitas sedang seperti pegawai di industri ringan, mahasiswa, militer yang tidak sedang perang, ditambah 30%
• Aktivitas berat seperti petani, buruh, militer dalam keadaan latihan, penari, atlit, ditambah 40%
• Sangat berat seperti tukang becak, tukang gali, pandai besi, kebutuhan ditambah 50%
4) Kehamilan/menyusui
• Awal kehamilan ditambah 150 kcal/hari
• Pada trimester II dan III ditambah 350kcal/hari
• Menyusui ditambah 550 kcal/hari
5) Adanya komplikasi yang menyebabkan kenaikan suhu seperti demam memerlukan tambahan kalori sebesar 13% untuk setiap kenaikan suhu 1 derajat celsius.
6) Berat badan
Bila kegemukan/terlalu kurus, dikurangi/ditambahan sekitar 20-30%. Untuk komposisi zat gizi dibagi menjadi 45-65 % dari karbohidrat, 10-20 % dari protein, dan 20-25% dari lemak.

3. Tepat Jenis
1) Jenis makanan yang dihindari adalah gula murni/sederhana seperti gula pasir (sukrosa), gula merah, gula aren, gula batu. Hindari juga makanan dan minuman yang dibuat dengan gula murni seperti selai, manisan, cake/bolu, wajik, sirup, susu kental manis, minuman mengandung gula. Sebagai pengganti gula murni dapat digunakan gula pengganti yang mengandung aspartam atau sukralose, tetapi penggunaannya tidak berlebihan.
Penggunaan gula murni sedikit dalam bumbu diperbolehkan yaitu tidak boleh lebih dari 5% energi.
2) Jenis makanan yang dibatasi seperti makanan pokok bisa bervariasi seperti nasi (lebih baik nasi beras tumbuk atau nasi beras merah karena kandungan serat tinggi), havermut, jagung rebus, roti gandum/bekatul, kentang, mie. Sumber karbohidrat ini dikonsumsi sesuai kebutuhan.
3) Pilih jenis cemilan atau selingan yang rendah kalori dan tinggi serat seperti cincau, camcau, agar-agar, puding, rumput laut, pisang rebus.
4) Sertakan rebusan sayuran dalam makanan seperti rebusan buncis, pare, labu siam atau sayur bening seperti terong, gambas/ oyong, karena tinggi serat larut airnya.
5) Pilih buah dan sayur yang mengandung air dan banyak serat seperti apel dan pear dengan kulitnya, jeruk dengan ampasnya, belimbing, melon, semangka (bagian putih dekat kulit disertakan, timun dan tomat.
6) Batasi asupan lemak dan kolesterol dengan membiasakan membuang lemak atau gajih pada daging sebelum dimasak. Gunakan minyak goreng dalam jumlah
terbatas dengan cara menghindari kebiasaan menggoreng makanan dengan minyak banyak tetapi biasakan memasak dengan cara menumis, memepes, mengukus,
merebus, dan memanggang. Setelah mengetahui prinsip 3 J tersebut, seorang diabetisi akan mudah menjalani diet DM. Tentu saja diabetisi masih harus rutin kontrol atau konsultasi gizi ulang mengenai diet yang sudah dijalankan. Melalui konsultasi gizi ini pasien dapat menjelaskan apa yang sudah dijalani dalam pengaturan diet ini, masalah apa yang timbul dalam menjalani diet ini, dan keberhasilan setelah menjalankan diet apakah sudah sesuai dengan tujuan dietnya. Ahli gizi akan mengevaluasi dan mendiskusikan kembali dengan pasien langkah atau komitmen selanjutnya agar masalah teratasi dan tujuan diet tercapai. Dengan pengaturan makan yang tepat, diabetisi akan lebih bersahabat dengan diabetesnya.

 

Artikel ini ditulis oleh:

E.Widi Risnawati, SST.
(Ahli Gizi RS Panti Rapih Yogyakarta)

Info Pelayanan :
Klinik Gizi RS Panti Rapih Yogyakarta
Lantai 4 Gedung Rawat Jalan Terpadu Borromeus

Pendaftaran :
Pendaftaran 24 Jam (0274) 514004 / 514006
Aplikasi PantiRapihKU (Play Store dan App Store)

Mohon dapat memberikan rating

Gangguan Saraf Akibat Penyakit Gula 5/5 (1)

Diabetes mellitus (DM), atau disebut juga sebagai “penyakit gula” oleh masyarakat, merupakan salah satu jenis penyakit kronik yang sering dijumpai. DM ditandai dengan kadar gula darah di atas normal. Pemeriksaan kadar gula darah untuk mendeteksi penyakit ini ada 4 macam, yaitu: pemeriksaan kadar gula darah setelah berpuasa selama kurang lebih 8 jam, pemeriksaan kadar gula darah 2 jam setelah pemberian asupan gula sebanyak kurang lebih 75 mg, pemeriksaan kadar gula darah sewaktu, dan pemeriksaan kadar HbA1C. Peningkatan kadar gula darah tersebut sering kali disertai dengan beberapa gejala khas seperti: banyak makan atau peningkatan nafsu makan meskipun tidak ada peningkatan aktivitas, banyak minum atau sering merasa kehausan, sering kencing, memiliki luka yang tidak kunjung sembuh, dan penurunan berat badan meskipun pola makan atau tingkat aktivitas tidak berubah. Penyakit DM yang tidak tertangani dengan baik akan menimbulkan berbagai komplikasi pada jantung, pembuluh darah, otak, dan saraf.

Neuropati diabetikum merupakan komplikasi yang terjadi pada saraf tepi akibat penyakit DM. Kondisi ini sering muncul pada pasien yang menderita DM jangka lama dan/atau kadar gula darah tidak terkontrol dengan baik. Pasien yang berusia lanjut, merokok, dan memiliki penyakit penyerta seperti dislipidemia (kadar lemak darah tidak normal) dan hipertensi (tekanan darah tinggi) juga cenderung lebih sering mengalami neuropati diabetikum.

Pasien yang menderita kondisi ini dapat mengalami gejala-gejala sebagai berikut: rasa kesemutan, rasa nyeri seperti tertusuk-tusuk jarum, rasa panas atau sensasi terbakar, dan rasa tebal pada ujung tangan dan kaki yang memberikan kesan “seperti sedang menggunakan sarung tangan dan kaus kaki”. Gejala-gejala tersebut merupakan gejala yang khas atau sering dijumpai pada neuropati diabetikum. Gejala lain yang tidak khas meliputi: kelemahan otot, gangguan tekanan darah (misalnya hipotensi ortostatik), gangguan irama jantung (misalnya aritmia), gangguan pencernaan (misalnya gastroparesis), dan gangguan berkemih (misalnya sulit mengeluarkan air seni).

Mengontrol kadar gula darah dengan menggunakan obat anti diabetes, berolah raga rutin, serta mengatur pola makan dan jenis makanan merupakan kunci utama dari penanganan neuropati diabetikum. Berolah raga rutin, selain bermanfaat untuk mengontrol kadar gula darah, juga bermanfaat untuk menurunkan berat badan dan menstabilkan tekanan darah, yang secara tidak langsung juga mengatasi neuropati diabetikum.

Vitamin B kombinasi yang terdiri dari vitamin B1, vitamin B2, dan vitamin B12 merupakan salah satu terapi yang diberikan pada pasien neuropati diabetikum. Berbagai penelitian membuktikan bahwa pemberian vitamin tersebut menurunkan derajat keparahan gejala neuropati diabetikum dan memperbaiki kualitas hidup pasien. Obat lain yang sering digunakan untuk menangani neuropati diabetikum adalah obat anti nyeri (misalnya ibuprofen dan capsaicin), obat anti depresi (mislanya amitriptilin dan duloxetin), dan obat anti kejang (misalnya gabapentin dan pregabalin).

Dokter spesialis penyakit dalam adalah dokter yang berkompetensi memberikan obat anti diabetes pada pasien DM, sedangkan penanganan neuropati diabetikum dilakukan oleh dokter spesialis saraf. Konsultasi dengan ahli gizi juga dapat dilakukan untuk menyusun pola dan menu diet sehari-hari. Penanganan yang baik pada DM maupun komplikasi akibat DM dapat meningkatkan kualitas hidup penderitanya, menurunkan angka kecacatan, dan kematian.

 

Ingin mengetahui informasi ini dapat mengkunjungi Klinik Saraf Gedung Rawat Jalan Borromeus RS Panti Rapih Yogyakarta.

 

ditulis oleh:
dr. Rosa De Lima Renita Sanyasi
(Dokter Umum Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta)

 

Informasi Pelayanan : 
Klinik Saraf
Lantai 5 Gedung Rawat Jalan Borromeus RS Panti Rapih Yogyakarta

Pendaftaran :
Pendaftaran 24 Jam (0274) 514004 / 514006
Aplikasi PantiRapihKU (Play Store dan App Store)

Mohon dapat memberikan rating