Transcranial Doppler (TCD) Mengintip Aliran Darah di Dalam Otak dan Cegah Stroke

Sistem pembuluh darah di dalam otak kita sangatlah penting, sistem ini mendukung distribusi nutrisi dan oksigen ke sel-sel otak sehingga metabolismenya dapat tetap berlangsung. Otak kita bertanggung jawab memberikan perintah kepada organ-organ penting dalam tubuh, hal ini dapat berlangsung apabila metabolisme otak berlangsung dengan baik.

Pembuluh darah pada manusia dibagi menjadi dua yaitu, pembuluh darah arteri yang membawa oksigen dan nutrisi dan pembuluh darah bali (vena) yang membawa karbondioksida. Pembuluh darah arteri memiliki dinding yang kenyal karena dindingnya dibangun dari otot sehingga pembuluh darah ini dapat berkontraksi. Sedangkan pembuluh darah vena tidak mampu berkontraksi, untuk dapat mengembalikan darah menuju jantung pembuluh darah ini menggunakan sistem katub.

Arteri akan membawa darah yang kaya oksigen dan nutrisi ke sel, maka apabila arteri ini tersumbat maka sel akan kekurangan oksigen, bila keadaan ini terjadi di pembuluh darah otak maka disebut dengan Stroke, bila sumbatan arteri terjadi di jantung akan disebut dengan Penyakit Jantung Koroner dan bila terjadi di kaki maka disebut dengan Penyakit Arteri Perifer Oklusi (PAPO) atau Peripheral Arterial Disease (PAD).

Saat ini aliran darah di pembuluh darah darah arteri dapat dilihat dari luar, sehingga dapat dilihat apakah terjadi perubahan pada aliran darah yang mengarah pada suatu sumbatan pada pembuluh darah atau keadaan lainnya. Transcranial Doppler (TCD) dapat digunakan untuk melihat aliran darah di dalam pembuluh darah otak dengan  menggunakan teknologi ultrasound. Teknologi ultrasound dalam dunia kedokteran sudah sering digunakan yaitu pada alat USG. Pada pemeriksaan TCD, gelombang ultrasound yang dihasilkan akan membentur sel-sel darah yaitu eritrosit dan dipantulkan kembali ke alat TCD kemudian diolah sebagai data sehingga dapat ditentukan kecepatan aliran darah, index pulsasi dari arteri dan irama aliran darah di otak.

Pengertian Pemeriksaan TCD
Pemeriksaaan sederahana, murah, non invasif dan real time. Pemeriksaan ini tidak membutuhkan persiapan khusus sehingga pasien dapat menjalani pemeriksaan ini kapan saja, bila dibandingkan pemeriksaan CT Scan atau MRI tentunya pemeriksaan lebih murah. TCD bukan suatu pemeriksaan invasif hanya cukup menempelkan probe TCD di atas kulit di area kepala dan pasien tidak merasakan sakit, hanya suara berdenging saja yang terdengar oleh pasien yang merupakan suara ultrasound, karena non invasif maka pemeriksaan ini dapat diulang berkali-kali.

Transcranial Doppler akan memberikan gambaran aliran darah di otak secara real time artinya keadaan aliran darah di otak pada saat itu langsung dapat terlihat. Semua alat memiliki kelebihan dan kekurangan, TCD memiliki keterbatasan apabila pasien memiliki tulang kepala yang tebal sehingga gelombang ultrasound tidak dapat menembus masuk, TCD menentukan fungsional aliran darah sehingga alat ini tidak dapat melihat struktur jaringan otak, sehingga pada kondisi tertentu memerlukan kombinasi pemeriksaan dengan CT Scan atau MRI kepala bahkan pemeriksaan Digital Subtraction Angiography (DSA). 

Kapan Seseorang Harus Menjalani Pemeriksaan TCD?

TCD dilakukan pada pasien Stroke, Penyakit Sikle Cell, Malformasi Arteri-vena, Mati Batang Otak, Vasospasme pada kasus perdarahan Subaraknoid, Defek Septum Jantung dan masih banyak kasus lain.  TCD dapat dilakukam sebagai pemeriksaan preventif yaitu pada orang yang memiliki risiko vaskuler seperti diabetes, hipertensi, merokok, dislipidemia, obesitas maka TCD dapat dilakukan untuk skrining dan deteksi dini kondisi aliran darah di otak, apabila didapatkan kondisi aliran darah yang tidak baik maka faktor-faktor risiko vaskuler harus segera diperbaiki sehingga dapat mencegah terjadinya stroke.

Yuk baca artikel lainnya: https://pantirapih.or.id/rspr/?s=saraf

Lokasi Pelayanan :
Klinik Saraf
Lantai 5 Gedung Rawat Jalan Terpadu Borromeus RS Panti Rapih

Pendaftaran :
Pendaftaran 24 Jam (0274) 514004 / 514006
Aplikasi PantiRapihKU (Play Store dan App Store)

 

Rating untuk artikel/halaman ini : [mr_rating_result]

Stroke: Kenali dan Cegah Sejak Dini

Stroke merupakan penyakit dengan gejala gangguan fungsi saraf otak yang disebabkan gangguan pembuluh darah otak. Gejala stroke ini yang berlangsung lebih dari 24 jam dan bukan disebabkan oleh sebab lain seperti tumor otak, infeksi otak atau trauma. Berdasarkan penyebabnya, stroke dibedakan menjadi 2 jenis yaitu stroke penyumbatan dan stroke perdarahan. Delapan puluh persen penderita stroke merupakan stroke penyumbatan, sedangkan stroke perdarahan sebanyak 20%. Selain itu, kita mungkin mengenal istilah TIA (transient iskemic attack) atau stroke mini. Walaupun gejalanya serupa dengan stroke, TIA ini tidak masuk dalam penyakit stroke karena gejalanya bisa pulih kembali dalam waktu 24 jam.

Angka kejadian stroke di Indonesia adalah sekitar 10,9 individu per 1000 individu. Angka kejadian stroke paling tinggi terdapat di provinsi Kalimantan Timur dengan 14,7 per 1000 individu. Di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, prevalensi stroke berdasarkan Riskesdas 2018 ini cukup tinggi yakni 14,6 per 1000 individu. Data Sample Registration System (SRS) Indonesia tahun 2014 menunjukkan stroke merupakan penyebab kematian utama dari seluruh penyebab kematian untuk semua kelompok umur yakni sebesar 21,1%.  Di samping itu, stroke juga menyebabkan kecacatan yang akan menurunkan status kesehatan dan kualitas hidup serta menambah beban biaya kesehatan yang ditanggung oleh keluarga dan negara.

Beberapa penelitian menunjukkan penderita stroke datang pertama kali ke klinik umum atau praktik rawat jalan. Bahkan, ada sebagian penderita yang sampai menunda ke rumah sakit apabila gejalanya tidak berat. Akibatnya, penanganan stroke spesifik pada masa hiperakut menjadi terlambat. Sebagian orang juga belum bisa mengenali gejala stroke sejak dini. Berikut ini adalah tips mudah untuk mengenali gejala dan tanda-tanda stroke yaitu dengan slogan “SeGeRa Ke RS” yaitu

  • Senyum tidak simetris/moncong ke satu sisi, tersedak, sulit menelan air minum secara tiba-tiba,
  • Gerak anggota tubuh melemah tiba-tiba
  • BicaRapelo/tiba-tiba tidak dapat bicara/tidak mengerti berkata-kata/bicara tidak nyambung
  • Kebas atau baal, atau kesemutan separuh tubuh
  • Rabun pandangan satu mata kabur, terjadi tiba-tiba,
  • Sakit kepala hebat yang muncul tiba-tiba dan tidak pernah di rasakan sebelumnya, gangguan fungsi keseimbangan, seperti terasa berputar, gerakan sulit di koordinasi.

Setelah mengenali gejala stroke di atas, apabila kita menjumpai orang yang mengalami gejala di atas secara tiba-tiba maka harus segera dibawa ke instalasi gawat darurat rumah sakit.

Stroke merupakan kasus emergensi yang memerlukan penanganan segera. Penderita stroke akut harus mendapatkan penanganan secepat mungkin karena ada periode emas penanganan stroke agar penderita dapat tertolong dan risiko kematian atau kecacatan permanen dapat dikurangi. Periode emas ini merupakan waktu yang sangat berharga dalam penanganan stroke, yakni kurang dari 4,5 jam sejak gejala dan tanda stroke pertama kali muncul sampai dilakukan penanganan stroke di rumah sakit. Karena proses pemeriksaan sampai pengobatan membutuhkan waktu maksimal lebih kurang 2,5 jam maka penderita diharapkan sudah harus tiba di rumah sakit dalam waktu kurang dari 2 jam.

Lalu apakah stroke dapat dicegah?

Ya, Sembilan puluh persen stroke yang terkait dengan sepuluh perilaku berisiko yang dapat dicegah. Berikut adalah langkah-langkah pencegahan stroke:

  • Kontrol tekanan darah
  • Lakukan olahraga ringan minimal selama 30 menit lima kali seminggu
  • Makan makanan yang seimbang dan sehat (kurangi garam, perbanyak buah dan sayuran)
  • Kontrol kadar kolesterol
  • Pertahankan berat badan yang seimbang
  • Berhenti merokok dan hindari asap rokok
  • Tidak mengonsumsi alkohol
  • Periksa dan obati penyakit jantung
  • Kurangi risiko penyakit diabetes
  • Dapatkan pengetahuan tentang stroke

Bagaimana jika sudah terkena stroke?

Penderita stroke memiliki kemungkinan terkena stroke kedua, ketiga atau kesekian kalinya. Stroke berulang seringkali lebih berat dibandingkan dengan setroke yang terjadi sebelumnya karena kerusakan otak yang semakin banyak. Oleh karena itu, penderita stroke harus tetap berperilaku sehat dengan mengendalikan faktor-faktor risiko, modifikasi gaya hidup sehat, dan melakukan fisioterapi rutin.

Tanggal 29 Oktober 2020 kemarin merupakan hari stroke sedunia. Hari stroke sedunia tahun ini mengusung tema “Join the Movement”. Melalui tema ini, kita diingatkan untuk senantiasa tetap aktif bergerak walaupun dalam masa pandemi ini. Tetap aktif di sini dimaksudkan tidak hanya terkait olahraga saja, namun cukup di rumah saja dengan melakukan peregangan ringan minimal 30 menit sehari. Dengan melakukan hal itu, dapat menurunkan risiko terjadinya stroke pada satu dari empat orang. Untuk mengurangi risiko terkena stroke dianjurkan untuk setiap individu meningkatkan gaya hidup sehat dengan perilaku “CERDIK”, yaitu dengan Cek kesehatan berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktifitas fisik, Diet sehat dan seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola stres. Sudahkah kita melakukannya?

 

Ditulis oleh:
dr. Baruno Adi Christiantoro, Sp.S
(Dokter Spesialis Saraf Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta)

 

Informasi Pelayanan : 
Klinik Saraf
Lantai 5 Gedung Rawat Jalan Borromeus RS Panti Rapih Yogyakarta

Pendaftaran :
Pendaftaran 24 Jam (0274) 514004 / 514006
Aplikasi PantiRapihKU (Play Store dan App Store)