Kelas Ibu Hamil “Tips Ibu Sukses saat Menyusui & Bugar Setelah Melahirkan” 5/5 (1)

Kelas Ibu Hamil (Sabtu, 11 Maret 2023) RS Panti Rapih Yogyakarta menghadirkan 2 narasumber, yaitu Bidan Yuliana Tri Murtini, A. Md. Keb (Konselor Laktasi) yang menyampaikan materi terkait “Tips Sukses Menyusui” dan dr. Amelia Kartika, Sp. KFR (Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi) dengan materi “Menjaga Kebugaran Pasca Melahirkan”.

ASI adalah makanan terbaik bagi bayi baru lahir, juga sumber energi dan zat gizi lainnya. Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh ASI. ASI saja (eksklusif) dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan bayi sampai usia sekitar enam bulan. Semua ibu memerlukan dukungan dari berbagai pihak, agar dapat memberikan ASI secara eksklusif.

 

 

Tips Ibu Menyusui :

  • Susui bayi sesering mungkin
  • Payudara yang kosong akan  semakin mempercepat produksi ASI.
  • menyusui pada kedua payudara, Jangan terlalu cepat memindahkan posisi menyusui dari payudara kiri ke kanan, dan sebaliknya.
  • Makan makanan yang bergizi dan minum cairan yang cukup banyak.
  • Ibu harus cukup istirahat dan jangan stres! Stres menghambat produksi ASI.
  • RASA PERCAYA DIRI bahwa ibu mampu untuk memberikan yang terbaik untuk bayi, yaitu ASI.
  • ibu menyusui HARUS BAHAGIA

Disela – sela kesibukan merawat bayi, tidak sedikit ibu menyusui yang mengabaikan perawatan untuk dirinya sendiri. Padahal, perawatan diri merupakan hal yang penting dilakukan untuk menjaga kesehatan fisik dan mentalnya serta menjaga kualitas ASI.

Setelah melahirkan, Ibu akan memasuki fase nifas. Proses pemulihan tubuh pada fase ini biasanya dapat menimbulkan rasa yang tidak nyaman. Pada fase ini pula, di samping sibuk menyusui, pikiran Bunda akan fokus terhadap kesehatan dan perawatan si buah hati.

Untuk mendapatkan fisik dan mental yang sehat serta terhindar dari gangguan kesehatan pasca melahirkan, Ibu perlu melakukan perawatan diri. Perawatan diri yang dimaksud bukan hanya sekedar pijat, manikur, atau spa, tapi juga menerapkan pola hidup yang sehat dengan mengkonsumsi makanan bernutrisi, cukup waktu istirahat, melakukan olahraga rutin, dan yang terpenting adalah dukungan sepenuhnya dari suami, keluarga juga lingkungan sekitar agar Ibu selalu merasa bahagia.

 

Anjar Pintosasi

Humas RS Panti Rapih Yogyakarta

Mohon dapat memberikan rating

ASI dan COVID-19 No ratings yet.

Menyusui (breastfeeding) adalah salah satu cara paling efektif untuk memastikan kesehatan dan kelangsungan hidup anak. Namun, hampir 2 dari 3 bayi tidak disusui secara eksklusif selama 6 bulan pertama yang direkomendasikan WHO dan UNICEF, cakupan yang belum membaik dalam 2 dekade terakhir, apalagi saat ini ada pandemi COVID-19.

ASI adalah makanan yang ideal untuk bayi. Aman, bersih dan mengandung antibodi yang membantu melindungi dari banyak penyakit infeksi yang umum pada anak. ASI menyediakan semua energi dan nutrisi yang dibutuhkan bayi untuk bulan-bulan pertama kehidupannya, dan ASI terus menyediakan hingga setengah atau lebih kebutuhan nutrisi anak selama paruh kedua tahun pertama, dan hingga sepertiga selama tahun kedua kehidupan.

Anak yang disusui secara eksklusif memiliki hasil lebih baik dalam tes kecerdasan, lebih kecil kemungkinannya untuk kelebihan berat badan atau obesitas, dan kurang rentan terhadap diabetes di kemudian hari. Ibu yang menyusui secara eksklusif juga memiliki penurunan risiko kanker payudara dan ovarium. Menyusui juga meningkatkan kesehatan ibu, meskipun ibu dan bayi tinggal di komunitas dengan zona merah laju penularan COVID-19.

Setelah melahirkan, bayi sebaiknya tetap harus langsung ditaruh di dada ibu, agar terjadi kontak ‘skin-to-skin’ dan disusui secara dini, meskipun ibunya dipastikan atau diduga mengidap COVID-19. Perlekatan kulit-ke-kulit bayi dengan ibu segera setelah lahir dan berkelanjutan, termasuk perawatan metode kanguru, meningkatkan pengendalian suhu tubuh bayi baru lahir. Hal ini juga dikaitkan dengan peningkatan kelangsungan hidup pada bayi baru lahir, juga mampu mengurangi angka kematian bayi. Lebih banyak manfaat yang diperoleh dari proses kontak kulit-ke-kulit ibu dan bayi baru lahir, dibandingkan risiko buruknya. Selain itu, proses menyusui juga lebih besar manfaatnya daripada potensi risiko penularan COVID-19.

Ibu yang telah terkonfirmasi atau terduga COVID-19 seharusnya tetap dapat menyusui, jika ingin melakukannya. Ibu harus menerapkan protokol kesehatan ketat. Sering mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, atau menggunakan pembersih tangan berbasis alkohol, terutama sebelum menyentuh bayi. Juga mengenakan masker medis selama kontak dengan bayi, termasuk saat menyusui. Menerapkan etika bersin atau batuk ke arah tisu, kemudian tisu segera dibuang dengan benar dan cuci tangan kembali. Bersihkan dan disinfeksi permukaan benda yang telah disentuh ibu secara rutin. Penting untuk mengganti masker medis segera setelah menjadi lembab dan segera membuangnya. Masker tidak boleh digunakan kembali atau disentuh di bagian depan.

Jika seorang ibu yang dikonfirmasi atau diduga mengidap COVID-19 tidak memiliki masker medis, ibu tetap harus menyusui. Ibu dengan gejala terinfeksi COVID-19 memang disarankan untuk memakai masker medis, tetapi meskipun tidak memungkinkan, menyusui tetap harus dilanjutkan. Ibu harus mengikuti tindakan pencegahan infeksi lainnya, seperti mencuci tangan, membersihkan permukaan benda yang disentuh, dan etika bersin atau batuk ke tisu. Masker non-medis, misalnya masker buatan sendiri atau masker kain, memang belum diteliti aspek keamanannya. Namun demikian, saat ini tidak mungkin untuk membuat rekomendasi untuk atau menentang penggunaannya.

Jika seorang ibu tidak sehat untuk menyusui bayinya karena terinfeksi COVID-19 atau komplikasi lain, ibu tetap harus didukung untuk memberikan ASI dengan aman kepada bayinya dengan cara yang memungkinkan, tersedia, dan dapat diterima oleh ibu. Dukungan ini dapat mencakup pemberian ASI perah (ASIP) dan donor ASI. Jika pemberian ASIP atau ASI donor tidak memungkinkan, maka pertimbangkan ditetekkan atau ‘wet nursing’, yaitu bayi ditetekkan pada ibu lain yang sedang menyusui bayinya. Kalau tidak memungkinkan juga, pilihan terakhir adalah pemberian susu formula bayi, dengan prosedur awal memastikan bahwa hal itu layak, disiapkan dengan benar, aman dan berkelanjutan.

Setelah terpapar COVID-19, seorang ibu dapat mulai menyusui ketika ibu sudah merasa cukup sehat untuk melakukannya. Tidak ada interval waktu yang pasti, untuk menunggu setelah dikonfirmasi atau diduga COVID-19. Tidak ada bukti bahwa menyusui mengubah perjalanan klinis COVID-19 pada seorang ibu. Petugas kesehatan atau konselor menyusui harus mendukung ibu untuk menjalani program relaktasi, atau kembali memberikan ASI eksklusif.

Pada ibu yang terkonfirmasi atau dicurigai COVID-19, tetap lebih aman untuk meneteki dibandingkan memberikan susu formula pada bayinya. Selalu ada risiko yang terkait dengan pemberian susu formula kepada bayi baru lahir dan bayi di semua situasi. Risiko medis yang terkait dengan pemberian susu formula bayi, meningkat setiap kali kondisi di rumah dan masyarakat terganggu, seperti berkurangnya akses ke layanan medis jika bayi menjadi tidak sehat, berkurangnya akses ke air bersih dan atau akses ke pasokan susu formula tidak terjamin, terjangkau dan berkelanjutan.

Ibu yang sedang menyusui bayi dapat menerima vaksin COVID-19 saat tersedia. Tidak satu pun dari vaksin yang saat ini disetujui menggunakan virus hidup, jadi tidak ada risiko menularkan virus ke bayi melalui ASI. Justru ada beberapa bukti bahwa, setelah vaksinasi antibodi ibu ditemukan dalam ASI, yang dapat membantu melindungi bayi dari COVID-19.

 

Sumber: https://dokterwikan.com/

 

 

Artikel ini ditulis oleh: DR. dr. FX. Wikan Indrarto, Sp.A

(Dokter Spesialis Anak Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta)

🏥  Klinik Tumbuh Kembang
Lantai 3 Gedung Rawat Jalan Terpadu Borromeus
Jl Cik Ditiro 30 Yogyakarta 55223

📲 Informasi lebih lanjut dapat menghubungi 0274-563333

Mohon dapat memberikan rating