TOUR CAGAR BUDAYA DI RS PANTI RAPIH

RS Panti Rapih menerima kunjungan Forum Komunikasi Kotabaru dalam rangka melihat bangunan cagar budaya yang berada di area rumah sakit dan Biara Panti Rapih pada Senin, 3 April 2023. Hadir Bapak Wahyu Hendratmoko, S.E.,M.M (Kepala Dinas Pariwisata), Bapak Setyo Budi Prabowo, S.ST (Kepala Museum Sandi), Ibu Dwi Anna (Kepala Museum Dr. YAP Prawirohusodo), Bapak Djaozan Dwi Hasto (GM Fave Hotel Malioboro), Bapak Deni Herdian (Manager Marketing Hi-Lab), Ibu Chatharina Eko Haryati (Manager Bank BTN) dan diterima langsung oleh Direktur Utama RS Panti Rapih, drg. V. Triputro Nugroho, M.Kes.



Sejarah Rumah Sakit Panti Rapih yang dikelola oleh Yayasan Panti Rapih dan didirikan oleh Ordo Katolik Carolus Borromeus dimulai pada 15 September 1928, Ordo Katolik Carolus Borromeus dengan dibantu Ir. Schmutzer van Rijckevorsel memulai pembangunan gedung Rumah Sakit Carolus Borromeus cabang Yogyakarta.

Bangunan rumah sakit dirancang serupa dengan biara utama ordo St. Carolus Borromeus di Maastricht, Belanda. Peletakan batu pertama dilakukan oleh Nyonya CTM Schmutzer sebagai penghormatan atas peran yang dilakukan untuk merealisasi berdirinya Rumah Sakit “Onder de Bogen”.

Dalam kesempatan kunjungannya, Forum Komunikasi Kotabaru diajak melihat bunker yang berada di Biara Panti Rapih, termasuk bangunan cagar budaya yang masih terpelihara dengan baik dan digunakan untuk pelayanan pasien rawat jalan serta pasien rawat inap.RS Panti Rapih sendiri telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya Nasional dalam sidang kajian yang dilakukan di Bandar Lampung, 13-16 September 2018 oleh Tim Ahli Cagar Budaya Nasional (TACBN).

Pada masa perang kemerdekaan, RS Panti Rapih turut berperan memberikan pelayanan kesehatan bagi pejuang, tepatnya dua bulan sebelum pecah Agresi Militer II, pada bulan Oktober 1948 Panglima Besar Jenderal Soedirman menjalani perawatan di RS Panti Rapih untuk menyembuhkan tuberculosis yang diderita dan menjalani operasi.

Pasca operasi, pada 19 Desember 1948, terjadi Agresi Militer II dan dalam kondisi belum pulih, Panglima Besar Jenderal Soedirman meminpin gerilya selama delapan bulan. Pada Juli 1949, Panglima Besar Jenderal Soedirman kembali ke Yogyakarta dengan kondisi kesehatan yang semakin menurun. Setelah sampai di Yogyakarta, Panglima Besar Jenderal Soedirman kembali dirawat. Ia menjalani perawatan kali kedua di Rumah Sakit Panti Rapih.

Selain menyimpan nilai penting perjuangan Panglima Besar Jenderal Soedirman dalam memimpin gerilya, Rumah Sakit Panti Rapih menyimpan jejak kepenyairan Sang Jenderal. Saat kali pertama dirawat pada 1949, Panglima Besar Jenderal Soedirman menulis sepucuk puisi. Karya sastra itu ia buat sebagai ungkapan terima kasih kepada Rumah Sakit Panti Rapih.

Puisi yang berjudul Rumah Nan Bahagia itu dipahatkan di permukaan prasasti. Letaknya berada di bawah patung dada Panglima Besar Jenderal Soedirman. Tepatnya di taman di depan ruang perawatan Panglima Besar Jenderal Soedirman di Bangsal Maria dan kamar saat dirawat digunakan sebagai ruang VVIP.

Terimakasih atas kunjungan Forum Komunikasi Kotabaru atas kunjungan budaya di RS Panti Rapih. Kunjungan tersebut sangat berarti bagi RS Panti Rapih dalam merawat dan memelihara cagar budaya yang ada didalamnya. Kami berharap kunjungan tersebut dapat memberikan pengalaman dan wawasan baru mengenai sejarah dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya termasuk perjuangan Kemerdekaan Indonesia.

Semoga kegiatan ini dapat menjadi langkah awal yang positif dalam menjaga keberlangsungan dan pemeliharaan cagar budaya yang ada di seputar Kotabaru Yogyakarta. Semoga dapat terus berkolaborasi untuk menjaga dan melestarikan cagar budaya di Indonesia.

Maria Vita
Humas RS Panti Rapih

Mohon dapat memberikan rating

Posted in Berita Terbaru, Lain-lain.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *